Chapter 4

4 1 0
                                    

"Thanks, Ken. Aku menyayangimu."

"Hmm.."

"Oh please, Ken. Umurmu sangat tidak pantas untuk merajuk" Alena mendengus melihat Kenneth yang tidak meliriknya sama sekali. Ia tau, Kenneth marah karena penolakannya. Ya... Alena menolaknya, ia tidak sanggup menyakiti satu orang lagi dalam hidupnya. Kenneth pantas berbahagia dengan wanita yang dicintainya.

Alena turun dari mobil setelah mengecup pipi Kenneth, melambaikan tangan dan berbalik saat mobil Ken berlalu. Lalu menghela nafas lelah..


******//*****

"Drew, cepatlah bersiap!! Kita sudah telat!!"

Drew masih berbaring malas di kasurnya, ia sungguh tidak ingin datang ke acara itu. Acara memuakkan, dan yang lebih memuakkan lagi melihat wajah Alena, sekali lagi ia membenci Alena. Ia muak.

"Andrew Xaquille Leonidas!!! Cepat bersiap sekarang atau aku akan-"

"Akan apa Mom? Mengatakan pada Dad jika aku sering balapan liar? Oh.. Bahkan Dad sudah tau sekarang, dan karena siapa? Karena MOM!!" Jengah. Ia sudah terlalu jengah dipaksa untuk ini dan itu. 

"Drew, please!! Sekali ini saja" 

"Mom selalu berkata 'sekali ini saja', lalu apalagi setelah ini?"

"Drew..." oh bagus! Mom memang paling pintar memasang wajah memelas.

"Ya sudah kalau-"

"15 menit lagi aku akan turun" Lagi-lagi terpaksa Drew mengikuti kemauan Mommy-nya. Padahal ia sudah punya banyak rencana untuk mangkir dari acara memuakkan itu.

*****//*****

"Selamat ya!! Sumpah kamu cantik banget malam ini!!!" 

"Makasih" pemilik suara lembut itu hanya tersenyum paksa menanggapi wanita di hadapannya. Drew mendengus di sebalahnya, lalu membuang pandangannya keseluruh ruangan.

"Alenaaaaa!!! Ahhhh selamat yaaa aku gak nyangka loh kamu duluan yang akhirnya tunangan" sontak Drew menengok ke suara cempreng itu, tubuhnya menegang. "Oh, shit! Kenapa dia ada disini"

Panik. Segera Drew beranjak dari tempatnya, lalu membaur dengan para tamu. Alena baru tersadar saat tidak menemukan Drew didekatnya menyapukan pandangan keseluruh ballroom, ia menemukannya. 

Di ujung pintu masuk, melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut. Sesak, Alena merasa dadanya sesak, senyum sendu terbit diwajahnya, hanya sedetik. Namun cukup untuk seseorang melihatnya. Menatap miris dan penuh kasih sayang pada gadis-nya.

Belong To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang