01

65 6 3
                                    

Please, click the 'Star' ⭐

ooOoo

Matahari terik menyilaukan pandangannya. Tangan kirinya terangkat untuk memayungi kedua matanya yang menyipit. Bagaimana tidak, sekarang tepat pukul dua belas siang. Sial.

"Grace, dimana sebenarnya pria yang kau maksud itu?" tanya gadis itu kesal.

"Tunggu sebentar, Cella." Gadis yang bernama Grace itu terlihat kelimpungan. Apa dia sendiri bingung? Oh, yang benar saja. Dia juga yang memaksanya kesini.

Marcella Jefferson. Dia hanyalah seorang pegawai kantoran biasa. Hidup mandiri sejak umurnya delapan belas tahun. Meninggalkan kedua orang tuanya dan sang adik di desa yang jauh dari kota New York.

Giliran Marcella yang menarik tangan Grace menuju pohon yang rindang. Mereka tengah berada di taman kota.

Grace mencari jawaban dari apa yang dilakukan Marcella. "Panas, G," jelasnya singkat.

Nada panggilan telepon terdengar dari ponsel Grace. Yang segera diangkat oleh sang pemilik.

"Ya, Nick? Kau dimana?" tanyanya. Sebenarnya, dirinya pun takut kalau-kalau tingkat kekesalan Marcella semakin meningkat dan memilih mangkat dari acara kencan buta yang ia siapkan hanya untuk sahabat tercintanya ini.

Setelah mematikan teleponnya, Grace angkat suara. "Dia ada di cafe seberang."

"Ehm, G." Marcella berdehem pelan membuat Grace menatapnya.

"Kau serius tentang berkata dia tampan, bukan?" Oh My God. Marcella memang suka langsung pada intinya.

Grace terkekeh kecil. "Percayalah padaku, Marcella Jefferson. Mana mungkin aku memberikan pria yang jelek untuk sahabatku yang cantik ini?"

Tak dipungkiri, bahwa Marcella memang gadis yang cantik. Sangat cantik. Di sekolah dulu, ia bahkan terkenal karena parasnya. Walau otaknya pun bukan otak yang pas-pasan. Beberapa kali, Marcella pernah mengikuti olimpiade dan memenangkannya.

"Ayo, kita buktikan!" ajak Grace.

ooOoo

Suara bel di pintu cafe terdengar pelan ketika Grace membuka lebar pintunya. Mereka berdua memasuki cafe yang sepi ini. Begitu tenang. Dan Marcella menyukai suasananya. Mungkin ia akan sering-sering datang ke sini untuk menenangkan pikirannya ketika jenuh.

Grace mencari keberadaan pria yang akan ia kenalkan kepada Marcella. "Itu dia!"

"Cella, berhati-hatilah," bisik Grace padanya. Dahi gadis itu berkerut keheranan. Apa maksudnya? Berhati-hati untuk apa?

"Karena kau akan terpesona." Grace tersenyum miring.

Marcella mengikuti langkah kaki sahabatnya di belakang. Keduanya menuju meja paling ujung dengan seorang laki-laki yang sudah duduk memunggungi. Entah kenapa, ia merasa gugup. Tenanglah, Marcella. Melihat mukanya saja belum.

"Halo, Nick!" sapa Grace ceria sembari menepuk bahunya. Ia segera menduduki kursi di seberang pria bernama Nick itu. Diikuti Marcella yang duduk di sebelahnya.

"Hai, Grace." Suara beratnya mampu menarik dagu Marcella ke atas untuk segera menatap wajah pria itu.

Sialan, apakah dia bidadara surga?

DEG

Detak jantungnya berdegup sedikit tidak normal dari biasanya. Gadis itu membeku. Terlalu terpukau oleh ketampanan Nicholas. Sudah lama sekali sejak ia merasakan perasaan aneh ini. Ia bahkan sudah lupa rasanya sebelum ini semua terjadi.

RelationfateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang