03

28 5 4
                                    

Happy Reading! Don't forget to Vote & Comment :)

ooOoo

Jam sudah menunjukkan angka lima. Waktunya bagi para pegawai kantor untuk pulang. Semuanya terlihat sangat bersemangat. Termasuk, Nicholas Muller. Pria itu segera mengambil tas kerjanya dan keluar dari ruangan. Senyuman lebar tak pernah lepas dari wajahnya. Ia merasa seperti akan pergi kencan.

"Grace!" Lagi-lagi, ia menyapa gadis itu dengan gembira. Sementara yang dipanggil hanya bisa melenguh pelan.

"Apa lagi, bapak Nicholas?"

"Kau mau tahu sesuatu? Aku akan bertemu Marcella sekarang."

Grace agak melotot mendengarnya. "Apa kau serius?" Ia hampir berteriak.

Nicholas hanya menyengir. "Semoga berhasil dengan pertemuanmu, Mr. Muller." Grace menepuk bahunya agak keras. Kemudian, pergi lebih dulu meninggalkannya yang sedang mengeluarkan ponsel.

"Halo?" sapa suara di ujung sana.

"Marcella, aku sedang menuju kantormu, oke."

"Oh, ya. Aku tunggu."

Ia menutup teleponnya. Dengan langkah ringan, Nicholas menuju basement kantor dimana mobilnya diparkirkan.

ooOoo

TINN TINN

Suara klakson mobil mengejutkan Marcella. Kepalanya menoleh ke samping ke arah sumber suara. Kaca jendelanya terbuka sampai bawah. Gadis itu mendekat dengan kepala yang agak menunduk.

"Nona Jefferson." Nicholas tersenyum manis. Lalu, ia membuka kunci pintu mobilnya secara automatis.

"Hai, tuan Muller." Gadis itu membuka pintunya. Ia berniat memakai seatbelt-nya setelah duduk, namun tangan besar Nicholas sudah lebih dulu memasangkan seatbelt itu. Dan sekarang sudah melingkari tubuhnya.

DEG

Marcella merasa gugup sekaligus malu. Lagi-lagi, jantungnya tidak berdetak dengan normal. Sialan, pesona Nicholas mampu membunuhnya.

"Terima kasih," ucapnya pelan. Kepalanya menunduk malu tak berani menatap wajah tampan Nicholas.

Sementara pria itu hanya tersenyum geli tanpa sepengetahuan Marcella. Badannya berbalik ke belakang. Seperti hendak mengambil sesuatu. Marcella mengetahui itu dari sudut matanya.

"Untukmu." Sebuket bunga mawar berwarna biru sudah berada di hadapannya sekarang. Kali ini dengan refleks, Marcella menoleh menatap wajah Nicholas penuh tanya.

Dengan ragu, tangannya mengambil bunga itu dari Nicholas. "Kenapa?" Ia butuh alasan.

"Karena aku ingin," jawab pria itu singkat.

Marcella bingung. Dengan nada bercanda, ia bertanya. "Apa kau sedang menggodaku, Mr. Muller?"

Nicholas tertawa pelan. "Ya, anggap saja begitu." Keduanya tertawa.

ooOoo

Di dalam perjalanan mereka, kecanggungan terjadi. Marcella tidak betah dengan kondisi seperti itu. Tangannya masih memegang se-buket bunga yang diberikan oleh Nicholas tadi. Dan ia baru sadar, bahwa bunga ini bunga dengan warna kesukaannya. Ya ampun, dia terlalu terpesona oleh pria tampan itu.

"Apa kau... tahu warna kesukaanku?" tanyanya ragu.

Nicholas menoleh sebentar. "Tidak, kenapa?"

RelationfateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang