04

11 1 0
                                    

Happy Reading! Don't forget to Vote & Comment :)

ooOoo  

Keduanya sedang dalam perjalanan pulang. Nicholas tampak serius menyetir. Entahlah, mungkin karena topik terakhir yang mereka bicarakan terlalu menyinggung perasaannya. Marcella jadi merasa tidak enak hati. Tapi disisi lain, ia ingin menyadarkan pria itu bahwa tak selamanya cinta itu tentang rasa sakit. Marcella tidak berharap Nicholas jatuh cinta padanya. Hanya saja, ia ingin meluruskan mindset Nicholas. Walau bukan dengannya, ia tidak masalah. Setidaknya pria di sampingnya ini merasakan perasaan cinta walau untuk sekali.

Ia berdehem. "Em, Nicholas."

Pria itu tersadar bahwa ada seseorang bersamanya saat ini. "Ya?" jawabnya singkat.

"Mengenai yang tadi. Em, aku ingin meluruskan saja. Aku berbicara ini sebagai temanmu." Marcella menjeda sebentar. "Kau tahu, cinta juga penuh dengan rasa bahagia. Banyak yang merasa hidupnya lebih berwarna setelah mengenal apa arti cinta. Jadi, aku harap kau mau membuka hatimu untuk seseorang yang spesial bagimu."

Nicholas menyengir lebar. "Apa kau ingin aku menyukaimu?"

Kedua pipi Marcella memanas seketika. "Oh tidak, kau salah paham. Bukan itu maksudku, Nick. Itu saranku sebagai temanmu." Gadis itu cemberut.

Yang direspon Nicholas dengan tawa keras. "Iya, iya, aku tahu Cella. Sudah jangan cemberut lagi ya." Tanpa sadar, pria itu mengelus rambut Marcella dengan lembut.

DEG!

Sialan. Apa yang Nicholas lakukan? Oh berhenti berdetak seperti itu, Marcella!

"Ya, aku akan mencoba saranmu itu, nona Jefferson." Akhirnya, pria itu menjawab dengan serius.

Marcella tersenyum canggung. "Aku tidak memaksa, okey. Tapi lakukan secara perlahan saja kalau kau memang serius dengan perkataanmu tadi, Nick."

Nicholas bergumam pelan.

ooOoo

Langit malam begitu gelap. Hanya ada cahaya bulan yang tidak begitu terang. Angin berhembus pelan membuat rambut coklatnya bertebangan.

Marcella menikmati udara malam ini. Kedua matanya terpejam sembari mengingat-ingat kejadian apa saja yang sudah ia lewati akhir-akhir ini. Semenjak Grace mengenalkannya pada Nicholas, pria itu selalu masuk ke dalam pikirannya. Tak dipungkiri kalau Nicholas menjadi pengisi hari-harinya sekarang. 

Entah bagaimana, tapi ia merasa kalau gerbang hatinya mulai sedikit membuka. Nicholas seperti tak pernah berhenti mengetuk pintu gerbang itu agar mau menerima kedatangannya. Marcella merasa resah. Ia teringat akan ucapan Nicholas di pertemuan terakhir mereka. Pria itu tidak percaya pada cinta yang membahagiakan. Tahu darimana Nicholas kalau cinta itu hanya tentang rasa sakit padahal pria itu belum pernah merasakan apa itu cinta. Ia jadi semakin tidak percaya kalau Nicholas tidak punya seseorang yang spesial di masa lalunya.

Gadis itu menghela napasnya pelan. Kemudian ia memilih masuk ke dalam kamar dan melupakan pikirannya yang kusut. Untuk sekarang ia akan mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. Urusan pria itu, lihat nanti saja.

ooOoo

Keesokan harinya, Marcella harus menemui seorang klien. Oh ya, mengenai pekerjaannya dia adalah seorang manajer di bidang marketing. Jadi yah, dia lumayan sibuk kesana kemari untuk menyepakati sebuah perjanjian dengan klien yang bekerja sama dengan perusahaan dimana ia bekerja.

RelationfateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang