05

12 2 0
                                    

ooOoo

Marcella mengambil tas tangan kerjanya. Buru-buru ia berjalan menuju lift. Hari ini ia lebih bersemangat ketika waktunya pulang dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Tentu saja, Nicholas sempat mengiriminya pesan tadi kalau pria itu akan menjemputnya. Memikirkan akan bertemu dengan Nicholas lagi membuatnya berbunga-bunga. Apalagi semenjak kejadian tadi siang.

Drrrtt drrtt

Getaran pendek terasa dari dalam tasnya. Ia membuka tas tersebut dan melihat cahaya dari layar ponselnya.

Aku sudah sampai.

Marcella tersenyum manis begitu melihat notifikasi dari Nicholas yang mengiriminya pesan singkat. Jari-jari tangannya bergerak untuk membalas pesan dari prianya. Oh, bolehkah ia menyebut Nicholas seperti itu? Ia menahan senyumnya takut dikira orang yang 'kurang' sehat.

Oke, tunggu sebentar.

Tiba-tiba, gadis itu teringat dengan ucapan Nicholas saat mengantarnya ke kantor tadi siang. Katanya, pria itu akan meneleponnya. Tapi, ia tidak menerima panggilan satupun darinya. Ah sudahlah, tidak penting juga.

TING

Bunyi dari lift terdengar, kemudian pintu terbuka. Marcella berjalan anggun menuju lobi. Matanya menangkap sosok Nicholas yang sedang duduk santai di sebuah sofa yang tersedia. Pria itu berniat untuk mengambil sebuah majalah dari atas meja.

"Nick!" seru Marcella sedikit mengejutkan pria itu.

Nicholas berbalik. "Cella! Kau mengagetkanku."

Semntara gadis itu tertawa kecil, Nicholas hanya tersenyum melihatnya. Ia bangkit dari duduknya, lalu menggenggam jari jemari gadisnya. Hal itu mampu membuat Marcella berhenti tertawa. Kali ini, ia yang terkejut dengan tingkah Nicholas. Ia memandang Nicholas heran.

"Kenapa? Apa ada sesuatu di wajahku sampai-sampai matamu tak berkedip menatapku?" goda pria itu nakal.

Marcella membuang muka. Berusaha menutupi semburat merah di kedua pipinya. Sialan prianya ini. Baru beberapa jam mereka resmi berpacaran, namun Nicholas selalu membuatnya tersipu malu. Ia jadi meragukan ucapan pria itu yang katanya belum pernah memiliki kekasih, tidak tahu apa itu cinta, kecuali rasa sakit yang diberikan oleh cinta itu sendiri. Benarkah pria itu belum pernah berpengalaman sama sekali?

Jentikkan jari menyadarkannya. "Hei! Apa yang kau pikirkan?" tanya pria yang sejak tadi mengisi pikirannya.

"Bukan apa-apa, Nick. Ayo!"

"Jadi kau baik-baik saja dengan.. ini?" Nicholas menunjukkan kedua tangan mereka yang saling menggenggam ke arah Marcella.

Gadis itu mengangguk. Dan keduanya berjalan menuju mobil Nicholas.

ooOoo

Di dalam sebuah flat kecil itu, seorang gadis tengah sibuk memasak sesuatu untuk dirinya sendiri. Marcella mengambil sendok, lalu ia mencicipinya. Setelah ia rasa cukup, ia mematikan kompor.

Suara deringan panjang dari ponselnya mengganggu. Dengan cepat, Marcella mencari ponselnya takut kalau-kalau itu telepon dari atasannya. Karena biasanya, atasannya itu senang mengganggu malam harinya dengan tugas yang tiba-tiba.

Matanya menangkap layar ponsel yang menyala di atas meja ruang nonton. Kemudian tangannya langsung mengambil benda berbentuk segi panjang itu. Ia melihat nama itu.

Nicholas?

"Halo?" ujarnya pelan. Hatinya gugup menunggu suara pria di seberang sana.

"Cella!" balas Nicholas bersemangat. Marcella tentu bisa langsung tahu kalau prianya sedang sangat bahagia. Tapi karena apa?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RelationfateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang