Rasanya semua suara tersedot dari keramaian ini. Seonho pun langsung blank. Ngerasa bego, bodor. Ngapain ngaku kalo lo Seonho, bodohie, pikirnya, tapi tidak seperti apa yang dia kira, ternyata Guanlin tersenyum lebar.
"Kalo ga salah, kamu pernah kursus piano bareng saya, ya?"
Dia inget gue, batin Seonho. "Eh, iya kak."
"Oh, jadi kalian ini semacam pernah punya masa lalu bersama gitu?" potong Daehwi sambil tertawa.
"Lo kira orang pacaran," jawab Seonho jutek, tapi kata-katanya ga bisa menutupi pipinya yang mulai merah. Bego, kenapa sih pake malu segala?!
"Kenapa kok minta les?" tanya Guanlin, duduk di samping Daehwi dan menopang dagunya diatas tangan sambil menatap Seonho. "Kamu ga mahir bahasa Inggris?"
"Dia abis didamprat Bu Jaehee, kak."
"I-iya," Seonho setuju, menatap jari-jarinya sendiri karena tidak berani menatap Guanlin.
"Oh, Bu Jaehee." Guanlin tertawa kecil. "Iya, saya ngerti kok. Saya mau bantu."
"BENERAN?!" tanya Seonho spontan, langsung berdiri dan secara tidak sengaja menjatuhkan botol saos tomat di samping mangkuk baksonya. "Waduhㅡ sampisㅡ maaf, kakㅡ"
"Santai aja ga usah salting," goda Samuel.
"Diem lo."
"Udah udah, nyantai aja," kata Guanlin sambil tersenyum. "Kamu mau mulai hari apa? Saya Minggu ini bisa, kok. Jangan hari Jumat ya, tapi, saya ada latihan sama debate team buat lomba tingkat nasional bulan depan."
"Eh, beneran nih kamu mau, kak?" tanya Daehwi heran. "Biasanya jadwal kamu padet, kan? Masa mau ngurusin anak piyik ini biar bisa bahasa Inggris lagi?"
"Hitung-hitung pahala," imbuh Guanlin sambil terus menatap Seonho.
Seonho rasanya mati gaya. Bener-bener edan. Masa dia, Yoo Seonho, si kandidat kapten basket, bisa mati gaya begini di depan salah satu kaum terpelajar yang kadang dia remehkan? Tiba-tiba Seonho ngerasa bersalah karena sudah mengejek anak-anak sebangsa Guanlin yang suka belajar di perpustakaan. Bisa aja, dibalik kecupuan mereka, terdapat jiwa yang berapi-api dan penuh semangat? Pffft. Kaya Guanlin ini, contohnya.
"Yasudah, Kamis sama Sabtu," kata Seonho bernegosiasi. "Saya bilang dulu sama bunda, tapi. Buat ongkosnyaㅡ"
"Buat apa kamu bayar saya?" tanya Guanlin heran.
Mata Seonho melebar. "Maksud kakak, saya lesnya gratis? Ga ada bayar-bayaran?"
"Serius, kak?!" tanya Daehwi dan Samuel bersamaan, mulut mereka ternganga.
"Iya, beneran. Tergantung dek Seonho-nya ini mau apa gak, tapi."
"Ya mau banget dong kak," Seonho langsung nyolot, dan kemudian menahan diri karena malu. Sudah cukup gue ngerusak imej hari ini, napadah. "Saya free kok. Senin sampai Rabu, tiap sore saya ada latihan basketㅡ berarti Kamis sampai Sabtu, ya?"
"Deal." Guanlin tersenyum. "Tapi, ada syaratnya."
Seonho kemudian menatap Guanlin dengan penasaran, diikuti oleh kedua temannya.
"Boleh tau, kak, apa sarannya?"
"Saya boleh minta nomor telepon kamu?"
ㅡ
"Gue gak paham kenapa kakak kelas setersohor Guanlin sudi minta nomor HP lo," kata Jinyoung kepada Seonho ketika bel pelatih berbunyi, menandakan berakhirnya sesi terakhir latihan basket hari itu.
"Geer amat lo, padahal yang dimintain nomornya gue," kata Seonho sambil terengah-engah, setengah berlari kearah tribun. "Ya kali aja mau diskusi lebih lanjut tentang lesnya."
"Asal lo tau aja, jarang banget Guanlin ngewaroin orang kalo dichat," kata Jinyoung nimbrung, duduk di samping Seonho seraya membuka sebotol Ponyori Sweat. "Damn, fansnya dia di kelas gua banyak banget. Suka teriak-teriak 'ihhh Guanlin cuek banget kalo gua chat!' dan dia kayanya bukan tipe mintain nomer orang."
"Ya terus kenapa kalo dia minta nomer gue, begoooo," Seonho menjawab sambil memutar mata.
"Bisa aja kan mau PDKT-in lo."
Jantung Seonho langsung berdegup tidak keruan. "Ngayal mulu lo jadi orang, sana ngelamar jadi penulis fanfic."
"Ya udah deh, terserah," Jinyoung tertawa. "By the way, pipi lo merah, tuh."
"Bodo amat." Seonho menjawab jutek, tapi tidak bisa menyangkal bahwa perasaan konyol ini memang berasal dari hatinya sendiri.
ㅡ
Suara bunda Seonho langsung menyambutnya ketika ia melangkah keluar dari kamar mandi sambil menggosok rambutnya dengan handuk.
"Seonho, ayo makan dulu sayang."
"Iya bundaaa, sebenㅡ"
Ucapannya terpotong karena suara imut yang mengumandangkan KaTalk! yang berasal dari HPnya mulai terdengar. Biasanya teman-temannya baru mulai meramaikan KakaoTalk ketika sudah lebih dari jam 8... ini baru jam 7.
Dan betapa kagetnya Seonho ketika mendapati bahwa notifikasi tersebut dari Guanlin.
Guanlin, L.: hai
seonhi
*ho
ini bner kamu?
saya ngak tau
*nggak
ngetes doanf
*doang
yah dari tadi typo muluㅡ
oh sekarang udah nggak....iya kak ini seonho
gmn?
ada apa?
Guanlin, L.: jadi
pertemuan pertama kita
besok kan?
kamu maunya dimana?perpus aja
Guanlin, L.: siap
saya udah gak sabar ketemu kamu, nihSeonho menatap baris terakhir tersebut dengan perasaan tidak percaya.
Bodo amat, masa serius sih?
ㅡ
a/n: halooo ketemu lagi sama aku! >___<)/ maaf banget ya kalo update kali ini ga seru, ataupun telat bgt. sekali lagi maaf. saya pun ngerasa kurang puas ama chapter ini. T____T maafin sya, ya?! ( soalnya lagi ada masalah di rp kebawa rl. pfffft baper , , , , napadah. WKWK ) btw, next chapter guanlin sama seonho bakal have their first tutoring session!!!! excited tidak kaliaaan!!! ^O^)/♡ oh ya btw, kalo kalian punya CA/PA dan mau ngobrol sama saya, follow saya di SEONDALJEPIT ya di twitter, saya gak gigit kok. saya carat juga btw. FOLLOW AKU YUK?! and see u on the next update ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
TUTOR 。( guanlin × seonho )
Fanfic"Gue ga bisa bahasa Inggris, duemn." ㅡ Salah apa sih Yoo Seonho sebenernya sampai dia separah ini dalam Bahasa Inggris? Untungnya sih ya, ada Kak Guanlin. Kak Guanlin yang tampan, bersahaja dan rajin menabung. Banyak fansnya, ketua English Club. Dan...