Bagian - 02

5.2K 312 38
                                    


"Oma tolongin Asa Oma!"teriak Aksa. Dia berlari menghampiri Omanya di dapur. Dia tak memakai baju dan hanya menggunakan kolor Dora yang sudah basah.

"Aduh Asa kenapa lari-larian kesini. Lihat lantainya jadi basah gara-gara kolor kamu," ucap Widi.

"Abisnya Asa takut Oma,"jawab Asa yang kini berdiri di belakang Widi.

"Takut kenapa?emang ada hantu?"

Belum sempat Aksa menjawab pertanyaan Omanya, Devan datang. Sama seperti adiknya dia juga menggunakan kolor doraemon yang sudah basah.

"Sa kok lo kabur sih,"ucap Devan.

"Aduh kalian ini apa-apaan,kaya anak kecil aja,"ucap Widi yang sudah mulai kerepotan dengan tingkah kedua cucunya ini.

"Oma masa kak Devan nyuruh Asa nyiumin keteknya selama satu jam. Ketek kak Devan kan bau bangke Oma,"rengek Aksa. Dia masih berlindung di belakang Oma kesayangannya.

"Oy jangan curang dong!itukan udah kesepakatan,"ucap Devan.

"Kesepakatan?kesepakatan apa Devan?"tanya Widi tak mengerti.

"Gini lho Oma, tadikan Devan sama Asa lomba berenang. Terus kita bikin kesepakatan siapa yang kalah harus ngabulin permintaan yang menang. Terus Devan menang,jadi gak salah dong Devan nagih,"ucap Devan panjang lebar.

Widi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan konyol cucunya. Kadang dia berpikir, ngidam apa dulu ibu si kembar.

"Udah lah jangan gitu-gituan. Mendingan sekarang kalian mandi terus makan,Oma udah masakin makanan kesukaan kalian."

"Yah Oma gak asik ah,"ucap Devan.

"Yeyeye gak jadi nyiumin ketek,hore!" Aksa berlari kegirangan menuju kamarnya.

"Oh ya Devan, Dimas mana? kok Oma gak lihat."

"Katanya sih kerja kelompok Oma. Lagian Devan kan gak sekelas sama Dimas."

"Emm gitu. Abis makan kamu jemput Caca ke kampus ya."

"Emang kak Caca gak bawa mobil,Oma?"

"Nggak,mobilnya lagi service."

"Oke deh, kalo gitu Devan mandi dulu ya. Dingin nih."

Setelah menghabiskan makan siangnya, Devan bergegas untuk menjemput kakaknya. Namun barusaja dia menyalakan motor, Aksa datang.

"Kak Devan mau kemana?ikut dong."

"Kagak ada ikut-ikutan. Gue mau jemput kak Caca ke kampus."

"Wih ke kampus,ayolah gue ikut." Aksa merengek pada Devan.

"Gue bawa motor bego! Lo mau duduk dimana hah?"

"Lo yang bego kak, Gue bawa motor sendiri lah. Gesrek kali boncengan sama lo."

"Njir enak aja. Yaudah deh tersera Lo aja."

"Gue ambil kunci motor dulu ya." Aksa masuk ke rumah untuk mengambil kunci motornya. Selang 5 menit dia kembali, sosok Devan sudah menghilang entah kemana.

"Kampret, Gue di tinggalin."

Berkat melajukan motor dengan kecepatan tinggi, akhirnya Aksa berhasil menyusul sang kakak.

"Hello cinta, lelet amat sih lo Kak! masa udah kesusul lagi sama gue,"ledek Aksa saat motornya bersebelahan dengan motor Devan.

"Gue bukan lelet somplak!Gue sengaja nungguin Lo,"jawab Devan membela diri.

"Cihh,ngeles mulu Lo,"ucap Aksa.

"Yaudah kalo lo gak percaya mending kita buktiin. Kita balapan sampe kampus kak Caca. Siapa yang menang boleh minta apapun dari yang kalah,"ucap Devan.

"Oke siapa takut."

Dalam hitungan ketiga motor mereka berdua melesat membelah keramaian jalan kota Jakarta, dan akhirnya Aksa berhasil mengalahkan sang kakak.

"Yes,gue menang!" ucap Aksa begitu sampai di depan kampus Caca.

"Lo curang Sa!" ucap Devan yang datang sepersekian detik setelah Aksa.

"Curang apaan?Gue sportif kok."

"Lo bawa motor kekencengan bego. Kalo lo gak kekencengan pasti gue menang kok."

"Kak, sebelumnya gue minta maaf ya,"ucap Aksa ragu.

"Minta maaf apaan?" tanya Devan heran. Akhirnya Aksa pun memberanikan diri untuk melakukan itu.

"Lo yang bego somplak!Dimana-mana balapan itu ya harus kenceng. Kalo gak kenceng bukan balapan namanya." Aksa menjitak kepala Devan agar otak kakaknya ini kembalo berfungsi.

"Setan! Lo berani jitak gue hah?!"

"Kan tadi gue udah minta maaf!"

Setelah perdebatan yang cukup sengit. Devan dan Aksa pun bergegas mencari Caca. Langkah mereka terhenti ketika melihat sang Kakak sedang duduk di sebuah bangku taman bersama seorang pria. Pria itu duduk begitu rapat dengan Caca,dan sesekali pria itu mencolek pipi Caca. Tak ada perlawanan dari sang pemilik dagu, yang ada hanya senyuman malu-malu setan.

"Berani banget tuh cowok colek-colek Kakak gue,"ucap Devan tak terima.

"Iya,dia pikir Kak Caca sabun apa. Dicolek-colek,"timpal Aksa.

"Gue sebagai adik yang baik,harus bertindak Sa." Devan melipat lengan kemeja yang dia pakai sampai ke siku.

"Yaudah sono Bang, abisin."

" Lo tunggu disini ya."

"Oke."

Devan pun menghampiri Caca dan pria yang menurut Devan nggak banget. Bisa-bisanya Caca dekat dengan pria seperti itu,pikirnya.

"Heh bangsat! ngapain lo?" tanya Devan persis di depan pria yang duduk bersama Caca.

"Devan?" tanya Caca heran. Pria itu berdiri dari bangku yang di dudukinya.

"Siapa Lo?" tanya pria itu.

"Kenalin, Nama gue Raffa. Dan gue pacarnya Caca." Devan mengulurkan tangannya,namun tak dibalas.

"Apa-apaan Lo?" tanya Caca pelan.

"Pacar?"Pria itu melirik Caca untuk meminta kepastian.

"Ka..kamu ja..jangan percaya,"ucap Caca gugup.

"Kamu bilang kamu single. Tapi ini buktinya apa? Oke,mulai sekarang kita putus,"ucap pria itu lalu pergi.

"Andre kamu salah paham!" teriak Caca. Namun pria itu tak menghiraukan teriakan Caca.

"Aish!Jomblo lagi gue,"ucap Caca. Dia pun menatap Devan dengan tatapan seperti seorang pembunuh haus korban.

"Devan setan! Lo apa-apaan?!" teriak Caca.

"Gue nyelametin lo Kak,"ucap Devan.

"Awas Lo ya!" Caca mengarahkan telunjuknya di depan wajah tampan Devan lalu pergi meninggalkannya begitu saja. Bahkan saat melihat adik kesayangannya,Aksa. Caca terus berlalu.

"Kak tungguin dong." Aksa berlari mengejar Caca.

Di parkiran, Aksa berhasil meraih lengan kakaknya.

"Kak Caca mau kemana?kan Asa kesini mau jemput kakak."

"Sebel banget gue sama si Devan! Gara-gara dia gue jomblo lagi,"Ucap Caca yang masih menampilkan wajah betenya.

"Kak Devan kaya gitu karena dia sayang sama Kakak. Tadi kita lihat Kakak dicolek-colek sama cowok itu, jadi kak Devan langsung bertindak."

"Iya tapi kan gak gitu juga De,caranya!"Caca tahu mereka perduli padanya. Tapi tidak seharusnya juga mereka berkata seperti itu di depan pacarnya.

"Iya-iya Ngewakilin Kak Devan, Asa minta maaf. Udah ya jangan ngambek terus. Kakak jelek tahu kalo ngambek."

"Ah,masa? iya gitu?"tanya Caca seraya memegang kedua pipinya.

"Iya. Oh ya kak, Gimana kalo sekarang kita jalan? udah lama nih Asa gak shopping sama kak Caca."

"Yaudah deh ayo. Sekalian Kakak mau ke toko buku." Aksa dan Caca pergi meninggalkan Devan yang entah dimana.

3D TWINS [Pindah Ke DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang