Prolog.

138 9 3
                                    

"Gioooooo!!!!" Teriakan mama menggema sampai ke setiap sudut rumah. Telinga Gio sampai panas mendengarnya. Gio buru-buru menghampiri mamanya di dapur.

"Apasih, ma? Kenapa teriak-teriak??" Tanya Gio sambil mengacak-ngacak rambutnya sendiri.

Di dapur, Mamanya sedang asyik membuat cookies andalannya. Jemari-jemari lentik mama, dengan handal mencetak dan menata adonan cookies pada nampan lalu memasukannya ke oven-ganti memanggang dua nampan cookies yang baru saja matang.

Mamanya terkekeh pelan sebelum menjawab pertanyaan Gio yang sempat terabaikan beberapa saat.

"Kamu mau ikut mama bertamu ke tetangga sebelah, ga? Nganterin cookies-cookies ini?" Tanya mamanya sambil mengusap beberapa titik peluh yang bercucuran di wajahnya.

Gio pun mengeluarkan sapu tangan yang ada di kantong celananya dan memberikannya pada mama. Mama sempat bingung sejenak sebelum akhirnya menerima saputangan tersebut dan memukul-mukul bahu Gio.

"HOHOHO!! Kamu sekarang udah besar yaaaaa!!! Hohoho udah bisa perhatian sama mama yaa... Hohoho anak mama yang ganteng banget ini, udah punya pacar belom sihhh??? Kok ga dikenal-kenalin sama mamaaa??"

"Iiih apaansih, ma! Mama kaya sinterklas, tau. Ketawanya hohoho gitu. Natalan aja masih enam bulan lagi." Gio mengusap-usap bahunya yang sama sekali tidak sakit, kemudian mengambil salah satu cookies yang ada di meja.

*Plak*
Mama memukul punggung tangan Gio pelan. Gio pun tidak jadi mencomot cookies mama.

"Nonononono, cookies-nya bukan buat kamu." Mama mengeleng-gelengkan kepalanya sambil menelengkan telunjuknya ke kanan dan ke kiri. Sementara keempat jari lainnya, sibuk mengenggam sapu tangan Gio.

"Cookies kamu yang di oven. Lagian kamu belum jawab pertanyaan mama yang tadi."

"Yang mana?"

"Kamu mau ikut mama ke rumah tetangga sebelah, ga? Nganterin kue? Sekaligus kenalan dan silaturahmi gitu laaah."

Kini, mama berbicara sambil menata cookies-cookiesnya dalam stoples. Gio mengambil kembali sapu tangannya yang sudah diletakkan di meja, sebelum akhirnya membantu mamanya.

"Hmm.. ga deh, ma. Gio di rumah aja. Jagain Joe."

"Ah, alasan kamu. Jagain Joe. Orang Joe ikut. Jadi kamu ikut kan?"

"Hmmm Ga ah, ma. Gio mau beli alat tulis buat besok."

"Iih kamu, mah. Alasan terus. Yaudah. Jangan nyesel ya, kalo ternyata ada anak cewe cantik disana." Mama menutup stoples sambil memeletkan lidahnya ke Joe.

"Iih, hahahaha. Iya, ga nyesel."

"Oh, iya. Gaada kukis buat kamu. Huh." Kata mama sambil lalu.

"Yahhh, mamaaaa.." Gio berlari mengejar mamanya sambil terus memelas.


VergioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang