Enam.

24 3 0
                                    

Gio membaca tulisan yang tertera di atas pintu di hadapannya sekali lagi untuk meyakinkan dirinya.

Benar. XI MIPA 1.

Gio pun mengetuk pintu tersebut dan membukanya. Tanpa dikomando, seluruh pasang mata penghuni di dalamnya, langsung melihat ke arah Gio. Tidak terkecuali ibu guru di depan kelas. Dia langsung tersenyum melihat kedatangan Gio.

"Nah, baru aja diomongin. Orangnya udah dateng. Ayo sini, nak!" Ibu guru tersebut mengangkat tangan kirinya, meminta Gio untuk berdiri di sampingnya.

Gio pun langsung melangkah tanpa ragu. Dan berhenti tepat si sebelah Ibu guru yang dia yakini sebagai wali kelas barunya.

Beberapa siswi mulai berbisik-bisik. Malah ada yang sampai memekik senang. Pekikkannya membuat beberapa siswa terganggu dan mencibir sang siswi. Suasana kelas pun menjadi ramai.

"Hei, hei, hei! Semua tenang dulu, dong!" Ucap Ibu guru tersebut sambil bertepuk tangan tiga kali, meminta perhatian seluruh siswa di dalam kelas.

"Oke, Gio kan?"

Gio mengangguk sambil tersenyum, membuat beberapa siswi disana, mendesah panjang.

"He-i! Tenang dulu! Kalian nih, cewe-cewe belum kenal aja, udah centil-centil. Gimana nanti kalo udah kenal?"

"Ya, langsung sikat lah, bu. Ya, ngga? Ya, ngga?" Teriak salah satu siswi yang tampak mencari perhatian Gio, sambil memainkan kedua alisnya keseluruh penjuru kelas, meminta dukungan.

Beberapa dari mereka menertawakan dan menyetujuinya. Beberapa lagi, tampak tidak peduli dan memasang raut wajah tidak senang. Namun melihat jumlah dukungan yang terkumpul, siswi itu langsung mengedip genit kepada Gio.

"Heeii! Udah, udah. Biarkan dia perkenalan diri dulu. Silahkan, Gio!" Ibu guru langsung menginterupsi keributan barusan dan menyilahkan Gio untuk memperkenalkan dirinya secara singkat.

"Halo, nama gue Jonathan Giovander Satria, biasanya dipanggil Gio. Gue pindahan dari Jakarta. Salam kenal."

Perkenalam Gio ditutup dengan senyuman cool. Akhirnya, para siswi kembali berteriak histeris, menanggapi senyuman khas Gio.

Ada yang sampai terbalik dari kursi, ada yang menggelepar-gelepar di lantai, ada yang memekik histeris sambil memukul-mukul meja, ada yang menggigiti kotak pensilnya, yang punya asma bahkan langsung menekan inhaler-nya kuat-kuat sampai jebol.

Mereka masih beruntung, baru senyuman cool. Coba senyum manis. Tutup sekolahnya. Kalaupun buka, beralih jadi sekolah khusus murid laki-laki. (Coba kalian imajinasikan sendiri apa yang terjadi sampai sekolahnya tutup).

Sebagian besar siswi di kelas ini, tidak bisa mengelak dari kegantengan dan pesona Gio. Apalagi ditambah sentuhan coolnya yang kentara dan tak bercacat cela. Wah, semuanya langsung tergila-gila berat padanya.

Setelah mengkondusifkan kondisi kelas sekali lagi, Ibu guru, yang baru saja memperkenalkan dirinya sebagai Miss Netta-karena dia guru bahasa inggris, mempersilahkan Gio duduk di bangku kosong yang bertempat di sampin jendela.

Ternyata benar dugaan Gio. Miss Netta adalah wali kelas barunya. Dan yang barusan, adalah jam perwalian. Tepat ketika Gio dipersilahkan duduk, bel berbunyi singkat, menandai akhir jam perwalian.

"Berdiri! Beri salam!" Ucap seorang siswa lantang dan langsung dipatuhi oleh seluruh temannya sekaligus Gio, yang agak kebingungan karena masih baru.

"Good byee miiss, Thaank youuu miiiss, see you next time, God bless you!" Ucap seluruhnya kompak.

"Lho, dia? Dia kan cowok yang nganterin gue ke TU tadi. Oh, ternyata gue sekelas sama dia. Bagus, deh." Ujar Gio dalam hati. Dia memperhatikan siswa yang tadi memberi aba-aba mengucapkan salam.

"Your welcome, class! Semangat belajarnya, ya! God bless you!" Balas Miss Netta sambil melangkah keluar kelas.

Dan begitu, pintu tertutup, beberapa siswi langsung menghampiri meja Gio. Terutama bagi yang ingin mencoba menarik perhatian Gio dengan bersikap genit.

Sisanya, cukup sopan untuk tidak menambah padat keadaan di sekeliling meja Gio. Beberapa dari mereka bahkan melempar senyum sopan dan tidak enak. Senyum yang seperti berkata, 'Salam kenal! Lo udah jadi bagian dari kelas ini. Sori ya mereka emang gitu'

Mereka sebenarnya juga ingin berkenalan dengan Gio. Yah, mungkin nanti saja saat istirahat.

Tapi tentu saja caranya tidak seperti beberapa dari mereka yang malah bersikap genit. Diam-diam mereka sendiri juga tidak suka melihat teman-temannya bersikap seperti itu.

Begitu pun para cowok. Mereka langsung menunda niat mereka untuk menyapa dan mengajak Gio berkenalan begitu kalah cepat dengan cewek-cewek itu.

Gio langsung menghela nafas jengah. Tidak nyaman dengan tindakan para kaum hawa ini padanya.

Beberapa dari mereka sibuk bertanya macam-macam pada Gio. Ada juga yang mengajak kenalan.

Gio pura-pura merapikan isi tasnya. Tidak berniat sama sekali menanggapi mereka.

Untung saja tiba-tiba seorang berteriak menyebut nama salah seorang guru yang hendak mengajar mereka pada jam ini.

Semua anak cewek yang sedang ada di sekeliling meja Gio langung buru-buru kembali ke mejanya masing-masing.

Ah, ingatkan Gio untuk berterima kasih pada penyelamat itu. Dua-duanya. Pak guru dan teman barunya yang belum ia kenal.

VergioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang