{Panggil Gue Tari}
Author: Qhariesta
Happy reading, jangan lupa meninggalkan voment setelah membaca..
Terimakasih :-)....
"Dia dimana?"
Kutatap arloji dipergelangan tangan kiriku, menunggu seseorang yang selalu kutemui setiap pagi.
Biasanya, ia datang lebih awal dariku, tapi mengapa hari ini, aku tak melihatnya??
Apa ia sakit? Atau ia tak akan hadir lagi disini??
Aku terduduk pada kursi yang biasanya menjadi tepatnya menyender saat menunggu bis tiba, entah mengapa rasanya begitu nyaman dan bersahabat.
Aku menutup mataku, mencoba menghirup udara pagi ini yang berhiaskan embun pagi, sisa ujan kemarin malam.
"Punya sapu tangan atau tissu?"
Pertanyaan seseorang membuatku membuka mata, suaranya serak tapi begitu merdu.
Mataku membesar saat aku menatap siapa yang saat ini berdiri didepanku. Dia yang aku nanti, akhirnya tiba juga.
Aku mendongakkan wajahku memandangnya yang masih berdiri, oh Tuhan, ia begitu berwibawa.
"Maaf, lo punya sapu tangan?"
Tanyanya lagi.
Bodoh segitu terpesonanya aku dengannya, sampai-sampai aku lupa akan pertanyaannya.
Aku berdiri dan mengangguk cepat, "Ya sebentar!" kataku dengan nada terbata.
Aku mencari saputangan dalam tasku, setelah berberaaapa saat akhirnya ketemu juga.
"Nih!" segera kuserahkan saputangan pink milikku pada pemuda itu yang langsung meraihnya.
"Terimakasih!"
Ia tersenyum tipis menatap saputangan pemberianku, jantung inipun seketika berhenti berdetak.
Sedetik kemudian Pemuda itu mulai menyapukan saputangan itu pada wajahnya yangg sedikit berkeringat dibagian keningnya, aku menatapnya lekat.
Ia terduduk masih dengan mengelapkan saputangan milikku pada wajahnya yang berlanjut ketengkuknya dan belakang telinganya, "Oh yah, aku sering melihatmu!"
Aku mencoba kembali duduk,mengancingkan kembali tasku, "Oh yah?" ada rasa tak percaya sedikit saat itu. Apa dia juga selalu memperhatikanku dari jauh??
"Yah, tentu saja." Jawabnya singkat. Ia menatap kedepan, bus yang kami tunggu belum juga nampak.
"Oh yah, Gue Rayhan cukup panggil Ian tanpa Kasela!" candanya.
Aku tersenyum tipis. Jadi namanya Rayhan.
Seketika ia mengulurkan tangan kanannya, aku membalasnya cepat.
"Nama yang bagus!" Aku kembali mencoba mengusir rasa grogiku, melepas pegangan tangannya yang mungkin dapat membuat jantungku terhenti.
"Terimakasih!" ia tersenyum lagi, tampak lesung pipi di pipi kirinya. "Terus nama Lo?" Tanyanya sembari melipat sapu tanganku dan memasukkannya dalam saku kemejanya.
"Nama gue Mentari, tapi cukup panggil Tari."
Ia mengangguk saat aku menyebutkan namaku, "Itu nama asli?" tanyanya dengan ekspresi wajahnya yang seketika berubah kaget.
"Asli, kenapa emang?, apa karena namanya terdengar sangat aneh?"
"Oh tidak, nama lo bagus kok!" Rayhan mengangguk sambil menarik nafasnya berlahan. "Lo lagi nunggu bus juga?" tanyanya bersahabat.