Episode 2 (R18+)

63 3 0
                                    

Episode sebelumnya:
Anita penasaran dengan apa yang dikerjakan dua siswa itu di kelas yang terbengkalai. Hasil ia menguntit di sana membuat dirinya merasa malu dan berusaha melupakan apa yang ia lihat di kelas tersebut.
#####

WARNING
Ada adegan 18+

================================================================================

Anita membuka kedua matanya. Ia kini sedang duduk di pinggir lapangan kecil yang mirip seperti yang ada di gedung sekolah waktu ia SMA dulu. Sekolah ini jika dianologikan seperti sawah yang di terasiring. Jadi area sekolah ini terbagi 4 wilayah dan ia sekarang ada di wilayah ketiga tempat dimana ruang kelas X-A sampai X-E berada. Di wilayah ketiga ini pun ada ruang kelas terbengkalai sama seperti ruang kelas terbengkalai tempat ia PPL sekarang. Ruang kelas itu bersebelahan dengan ruang kelas X-A.

Tak ada yang perlu ditakuti karena memang tak ada yang menakutkan di sana. Hanya saja, Anita bertanya-tanya kenapa dua orang siswanya ada di sekitaran sini dan mereka sedang berjalan ke arah kelas yang terbengkalai itu.

Anita tahu betul tempat yang mereka tuju itu hanya berisikan meja dan kursi yang sudah tak layak pakai. Lalu, mau apa mereka ke sana? Tanpa pikir panjang, Anita pun mengikuti mereka.

Sampai di sana, Anita segera membuka pintu kelas tersebut dan terlihatlah dua anak laki-laki berumur sekitar 15 atau 16 tahun masih lengkap dengan putih abu-abu tengah bercumbu dengan mesra. Mulai dari bibir lalu turun ke leher. Satu per satu kancing baju seragam mereka dilepas beriringan dengan lenguhan-lenguhan kecil. Baju atasan mereka tanggalkan dan menautkan bibir mereka dengan mesra lagi. Permainan mereka mulai panas dan bergairah. Kini celana abu-abu yang mereka kenakan, dicopot sampai celana dalamnya pun iya. Kemudian salah satu dari mereka menungging dan satunya menghujamkan penisnya ke dalam lubang anus lawan mainnya.

"Ah!" teriak yang dihujam.

Seketika kedua mata Anita langsung terbuka. Wajahnya mengekspresikan "apa yang barusan aku mimpikan?". Ia kemudian mengedip-kedipkan matanya beberapa kali untuk menyakinkan bahwa ia sudah bangun dari mimpi tak diinginkannya itu. Lantas ia melepas headset-nya dan bangkit berdiri, bergegas ke dapur dan membasuh wajahnya dikala otaknya masih proses mengumpulkan segala kesadarannya.

Ia duduk diam cukup lama di depan keran air dengan air yang masih menetes dari wajahnya ke lantai kayu ulin yang basah dan dingin sekali.

"Astaghfirullah, kenapa aku bermimpi seperti itu? Apa ini karma karena mengintip mereka sehingga aku diberi mimpi semacam itu? Astaghfirullah alazim," ucapnya seraya menutupi wajahnya dengan kedua tangan yang bertopang pada kedua kaki yang berjongkok. "Ampuni dosaku ya Allah."

Sedikit demi sedikit kesadarannya kembali seratus persen. Ia mulai bisa merasakan udara malam yang sangat dingin menerpa kulit lengan bawah dan betis serta kedua puluh jarinya yang tidak ditutupi kain. Rasa kesemutan pada paha kirinya. Lengan atas kirinya yang tiba-tiba terasa pegal saat digerakkan karena terlalu lama menopang wajahnya tadi.

"Ugh, benar-benar kacau," gumam Anita. "Eh, tapi kenapa lokasinya di SMA-ku ya? Arrrggghhh. Kenapa malah mikirin itu sih?!" Ia memukul kepalanya sendiri, cukup keras membantunya tak memikirkan mimpi barusan. Setelah merasa tenang, ia kembali ke kamar dan melanjutkan mengoreksi susunan RPP untuk jadwal mengajar berikutnya.©HaniEagle

***

"Hai, Anita," sapa Mara yang tengah menyapu ruang aula sekolah yang dipinjamkan untuk menampung barang-barang semua mahasiswa yang PPL di sekolah ini.

"Hai, Mara. Pagi," ucap Anita sembari meletakkan tas ransel hitamnya dekat tasnya Mara.

"Pagi."

ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang