Harry Potter and The Half-Blood Prince
***
" Bisa kau menjauhi Ginny ?? "
Dan Harry hanya terdiam.
" Maksudku, well... kau tahu sendiri kan, Ginny perlu berkonsentrasi pada OWL nya "Lanjut Hermione cepat
" Aku tidak menganggunya "Gerutu Harry, bagaimana bisa Hermione mengatakan hal itu sedang dia tahu Harry mati - matian menahan diri agar tidak mendekati Ginny setiap kali gadis itu mengerjakan tugas di sudut Ruang Rekreasi
" Kau tahu Ginny sangat menyukaimu "Kata Hermione dengan suara lembut " Dan menurutmu bagaimana dia bisa berkonsentrasi jika kau selalu mengajaknya jalan - jalan?? "
Harry mendengus menyadari hal yang dikatakan Hermione ada benarnya--tidak, sangat benar. Seharusnya ia mengerti Ginny harus fokus menghadapi ujiannya, seharusnya. Tapi sisi dirinya yang lain juga tidak mau mengerti, ia masih ingin selalu menghabiskan waktu bersama Ginny.
" Hanya sampai ujiannya lewat "Gumam Hermione mengusap bahu Harry
" Aku... baiklah "Kata Harry akhirnya.
"Kau masih detensi dengan Snape Sabtu ini?"Hermione melanjutkan.
"Yeah, dan Sabtu sesudahnya, dan Sabtu sesudahnya lagi," desah Harry. "Dan dia sekarang sudah mengisyaratkan kalau aku tidak bisa menyelesaikan semua kotak itu pada akhir semester, kami akan melanjutkannya tahun depan."
Bagi Harry detensi ini sungguh menjengkelkan, karena mengurangi waktu yang bisa dilewatkannya bersama Ginny, yang sudah terbatas. Malah belakangan ini dia sering membatin, jangan-jangan Snape tahu ini, karena dia setiap kali menahan Harry semakin lama, sambil melontarkan komentar tersirat tentang Harry terpaksa tak bisa menikmati cuaca cerah dan berbagai kesempatan yang ditawarkannya. Harry dibangunkan dari renungan pahit ini oleh kemunculan Jimmy Peakes di sisinya, mengulurkan gulungan perkamen.
"Trims, Jimmy ... hei, ini dari Dumbledore!" kata Harry bersemangat, membuka gulungan perkamen itu dan membaca cepat isinya.
"Dia ingin aku ke kantornya secepat aku bisa!""Ya ampun," bisik Ron yang baru ikut bergabung "Menurutmu ... dia telah menemukan ...?"
"Lebih baik aku ke sana dan lihat, kan?" kata Harry, melompat bangun. Dia bergegas meninggalkan ruang rekreasi
*
Ron dan Hermione sedang duduk berdua di ruang rekreasi ketika Harry kembali.
"Apa yang diinginkan Dumbledore?" Hermione langsung bertanya.
"Harry, kau baik-baik saja?" dia menambahkan dengan cemas."Aku baik,"kata Harry pendek, berlari melewati mereka. Dia melesat menaiki tangga dan masuk ke kamarnya. Dibukanya kopernya dan dikeluarkannya Peta Perompak dan sepasang kaus kaki yang tergulung. Kemudian dia meluncur turun lagi ke ruang rekreasi, berhenti di depan Ron dan Hermione, yang tampak tercengang.
"Aku tak punya banyak waktu," Harry terengah.
"Dumbledore mengira aku mengambil Jubah Gaib-ku. Dengar ..." Cepat-cepat dia memberitahu mereka ke mana dia akan pergi, dan kenapa. Dia tidak berhenti, kendati Hermione terpekik tertahan dan Ron buru-buru mengajukan pertanyaan. Mereka bisa menyimpulkan sendiri rincian detailnya nanti. "... jadi, kalian paham, kan, apa artinya ini?" Harry mengakhiri penuturannya dengan amat cepat. "Dumbledore tak akan ada di sini malam ini, maka Malfoy akan punya kesempatan besar untuk melakukan apa pun yang direncanakannya. Tidak, dengarkan aku!" dia mendesis marah, ketika baik Ron maupun Hermione menunjukkan tanda-tanda akan menginterupsi."Aku tahu Malfoy-lah yang bersorak gembira di Kamar Kebutuhan. Ini" Disorongkannya Peta Perampok ke tangan Hermione.
"Kalian harus mengawasinya dan kalian juga harus mengawasi Snape. Pakai anak-anak LD lain yang bisa kalian kumpulkan. Hermione, Galleon pengontak itu masih berfungsi, kan? Dumbledore bilang dia menambah perlindungan ekstra di sekolah, tetapi kalau Snape terlibat, dia akan tahu apa perlindungan Dumbledore itu, dan bagaimana menghindarinya tetapi dia tak akan mengira kalian akan berjaga-jaga, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Potter (Love Story) [END]
FanfictionCerita Harry Potter dari sudut pandang Ginny ------------------------------ "Ini hanya sebuah kisah cinta lain tentang sebuah penantian dan pengharapan." Menunggu itu sangat membosankan bukan?? Namun entah kenapa menunggunya bertahun-tahun tak perna...