BAB DUA

2.5K 150 9
                                    

Kacau.

Satu kata yang terlintas dibenak pria bermata hijau gelap. Dahi nya membentuk lipatan saat melihat bangunan kokoh yang pernah dia singgahi hancur berkeping-keping.

Diantara puing-puing bangunan berdiri seorang wanita berkulit gelap dengan tudung putih yang menatap tajam dengan mata seterang batu delima.

"Nona tidak berada disini." Ujarnya tak bersahabat.

Pria berambut tosca itu hanya bisa terdiam. "Kemana beliau pergi?"

Wanita itu mengangkat kedua bahunya acuh. "Entahlah."

"Aku mendapatkan pesan dari nona melalui burung camar." Ucap pria itu agar si pelayan mau menjawab kebingungannya.

"Anda memiliki kodenya?"

  Pria itu mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Tolong sebutkan."

Pria itu menggaruk tengkuknya, sambil menyebutkan satu kalimat dengan enggan. "kEtika cahaya Tak dapat melIndungi KitA Maka kegelapan adalah Obat Racun yAng Liar dan mematikan untuk keyakinan." Dia tidak begitu mengerti dengan kalimat aneh yang ditulis di ujung surat. Yang jelas gurunya hanya menambahkan pesan untuk mengatakannya ketika bertemu wanita bermata merah yang memiliki tampang acuh tak acuh.

  Senyuman tipis tersungging dibibir tebalnya. "Semoga cahaya tuhan selalu melindungi duke Venton dari mereka." sungguh perubahan sikap yang aneh. Sebelumnya wanita itu selalu mengeluarkan kalimat dengan nada  menganggap Venton layaknya parasit.

Kini pelayan setia itu tersenyum menunjukan keramah tamahannya kepada tamu majikannya.

Venton menelan ludah, pelayan disini seperti anjing betina yang galak. "Sekarang bisa kau ceritakan apa yang telah terjadi?"

"Jangan disini. Saya akan menceritakan segalanya tapi jangan disini." ia menatap sekitarnya waspada dan memberikan pematik kepada pria dihadapannya.

"Mereka bisa saja mendekat untuk mendengarkan. Mahluk lain akan mengetahuinya."

Ia membimbing Venton kembali memasuki kastil lebih dalam dengan penerangan yang jauh lebih terang dari pada diluar.

Putih dan penuh cahaya, sebuah mantra membantu melindungi tempat ini dari reruntuhan bangunan, Venton bisa merasakannya. Perasaan yang hangat ini.

Kastil besar yang sangat tua ini hanya dihuni oleh tiga orang dulunya dan sekarang hanya satu orang yang menempati. Kerusakan yang dia lihat dibeberapa bagian kastil mengusik pikiran.

Apa yang sedang terjadi?

Venton menatap pemantik ditangannya. "Lucifer." gumannya.

"Namamu Lucifer?"

Wanita itu tidak merespon pertanyaan Venton. Kedua tangannya sibuk menuang teh dicangkir putih dengan lambang mawar hitam.

"Itu bukan nama saya. Saya Safety, pelayan setia kastil Altamor." jawab Safety setelah menyuguhkan teh.

Venton membuka penutupnya, menjentikan rodanya, menatap kobaran api dipematik perak kecil. Seketika dia melihat beberapa gambaran didalam api. "Ah, begitu rupanya. Rekaman yang sangat luar biasa." Safety hanya tersenyum simpul mengagumi kepekaan Venton yang cepat.

"Ya, rekaman dalam api pemantik itu hanya bisa dilihat oleh tangan kanan nona. Tidak salah lagi anda lah orangnya."

Venton menatap Safety serius. Sejak tadi ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang selama ini telah diperbuat oleh wanita setengah abadi itu. "Ceritakan apa yang telah terjadi."

HIDDEN IN THE ACADEMY (DROP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang