"Wow! Kelas ini ..." Ia tersenyum penuh semangat. "Sangat luas!" pekik Val setelah matanya menjelajahi seisi kelas.
Kelas yang hanya berisi perabotan seadanya dengan 20 siswa, membuat kelas yang tampak seperti aula, terlalu besar untuk mereka tempati.
Ric mendengus kecil, apakah cuma dirinya yang terlalu waspada atau gadis di sampingnya yang pura-pura tidak mengetahui tatapan mengintimidasi dari seisi kelas. Dibanding mencari teman untuk orang lain, sepertinya dia harus lebih memperhatikan diri sendiri.
Dikucilkan tidak selalu berakhir menyenangkan.
Ric mengambil langkah mundur ketika ribuan benda tajam melesat dari samping mereka. Keduanya berhasil menghindar dengan santai, tetapi niatan dari seisi kelas yang ingin menyingkirkan mereka terasa sangat jelas.
Tentu saja, mereka tidak semudah itu untuk bersikap baik-baik saja setelah seleksi saling bunuh. Sebuah keajaiban jika mereka saling memahami dan melupakannya.
Tetapi bagi mereka yang mengatasnamakan kemenangan di atas segalanya, Val dan Ric adalah lawan yang sangat tangguh.
Val membisikkan mantra, mengangkat kedua jarinya, menerbangkan lagi senjata tajam disekitarnya dan ketika dua jari Val menunjuk ke depan semua senjata itu melesat ke berbagai arah membuat kelas yang tegang menjadi semakin gaduh. Mereka menangkis menggunakan mantra pelindung. Bahkan ada yang menangkisnya dengan sihir bawaan. Tetapi balasan dari Val menjadi peringatan untuk mereka agar tidak macam-macam.
Val merasa terhibur ketika melihat wajah panik mereka.
"Hm benar-benar seperti yang diharapkan." ia melirik Ric sejenak. "Beruntung kita punya teman sekelas yang begitu pintar." Ric juga ikut waspada, ternyata ia telah berurusan dengan mahluk yang berbahaya.
Baru sedetik Val berbicara, tubuhnya terpelanting kesamping. Menabrak dinding dengan sangat keras, bahkan beberapa tulang rusuknya ada yang patah. Baru saja ia berlagak keren, seseorang dengan lancangnya menendang tubuhnya.
"Hey!" Bahkan teriakan Ric terdengar samar dan berdengung. Darah yang keluar bersamaan dengan batuknya telah mengotori seragam baru Val bahkan tubuhnya mulai setengah lumpuh.
Sorakan dari seisi kelas, menambah kesan kemenangan dari seorang pemuda berambut putih dengan garis merah muda. Oh, tidak, lebih tepatnya seorang gadis.
Seragam yang terlihat agak ketat dipakai oleh badan kekarnya, masih mencetak bagian feminim dari tubuhnya. Ia mengusap poninya kebelakang, sambil menyeringai menatap Val yang tak berdaya. "Hanya segini kekuatan dari wajah MVP? Hah! Lemah sekali!" Tubuhnya yang tinggi dan penuh dengan kekuatan fisik berdiri tegak. Dia pikir orang yang berhasil menghempaskan jauh mentalnya diawal adalah seseorang yang hebat. Nyatanya, hanya mahluk lemah seperti yang lain.
"Membosankan." Gumamnya. Tangannya yang dilapisi sarung tangan menepuk-nepuk sol sepatunya yang tinggi. Menghapus jejak tubuh Val dari sana dengan wajah angkuh.
"Lihat baik-baik siapa MVP yang sesungguh-" kretek! Kepala gadis itu berputar 360° dari tempatnya, begitu cepat bahkan Ric tidak bisa mengetahui apa yang telah terjadi.
Tubuhnya limbung kesamping dengan leher yang patah. Teriakan seorang gadis elf membuat semua kembali siaga. Val kembali berdiri tegak tak jauh dari tubuh gadis yang menyerangnya. Ia tersenyum lebar, sudah lama dirinya tidak melakukan pemanasan dan kejadian hari ini sangat pas untuk meregangkan otot tubuhnya yang kaku.
Val menjentikkan jarinya, kurang dari sedetik tubuh gadis itu kembali bernafas lagi dengan kepala yang kembali seperti semula, namun rasa sakitnya masih terasa. Ia bahkan menjerit ditengah kesadarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN IN THE ACADEMY (DROP)
FantasiaVal berencana untuk menyembuhkan rona kehidupan Lux dengan dalih sembunyi dari sosok yang tak pernah ada dan memilih akademi sebagai tempat persembunyian mereka. Akademi adalah tempat yang tepat untuk mempelajari emosi, bertemu banyak orang akan men...