KITS : Kamu dan Burung Origami Kala Itu [1/1]

210 48 17
                                    




[a short story]

[Kala Itu : The Series]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Kala Itu : The Series]

Kala itu aku duduk di bangku menengah pertama kelas dua. Seorang wanita yang kira-kira berkepala dua datang dengan membawa murid baru di belakangnya, yang katanya pindahan dari luar Jawa. Aku tidak tahu lebih tepatnya, karena tidak penting bagiku.

Wanita itu bernama Bu Diah. Beliau menyuruh anak baru itu untuk duduk di bangkuku yang memang sengaja kukosongkan sejak dua tahun belakangan, karena tidak ada yang mau berteman denganku kala itu. Mungkin karena aku jelek? Atau mungkin aku kurang bersosialisasi? Aku tidak tahu, tidak terlalu penting juga bagiku. Yang penting prestasi yang kuraih selalu mendapat tiga besar.

Tapi apakah anak baru itu akan betah duduk sebangku denganku? Ah ... sudahlah. Aku memberikan anggukan kepala pertanda memperbolehkan murid baru itu untuk duduk di bangku sebelahku. Anak baru itu kemudian berjalan mengarah padaku.

Selama seharian ia sama sekali tidak mengeluarkan suara. Ia hanya diam seperti orang bisu. Mungkin ia bisu? batinku kala itu.

Aku sering mencuri-curi pandang menggunakan ekor mataku. Sialnya ia menoleh ke arahku, dengan gerakan cepat aku mengibaskan tangan kiriku ke udara, seolah-olah cuaca di hari kala itu sangat panas.

Sudah tiga hari sejak anak laki-laki itu duduk di bangku sebelahku ia benar-benar tidak mengeluarkan suaranya sedikitpun. Bahkan saat namanya disebut untuk absen, anak laki-laki itu hanya mengacungkan tangannya. Sungguh aneh.

Iya, kayaknya dia emang bisu, batinku kala itu meyakinkan

Kala jam istirahat tiba, anak laki-laki itu selalu mengeluarkan kertas origami dari ransel motif karakter kartun. Ia selalu membawa benda persegi empat itu ke dalam ranselnya. Bisa kutebak, seni lipat melipat kertas mungkin sudah menjadi kesukaannya kala itu. Lipat ke atas, lipat ke bawah, lalu membentuk diagonal kemudian selesai.

Aku membiarkannya dengan beberapa lembaran origami yang mulai berserakan di atas meja, sementara kala itu aku membuka bekal siang yang sudah Mama buatkan. Ayam kecap kesukaanku. Sangat lezat. Yummy.

Aku mengacuhkan anak laki-laki itu yang sedang sibuk dengan dunianya. Aku melahap bekal siangku. Awalnya, aku ingin menawarkan bekal yang kubawa itu padanya, tapi lihat saja, anak laki-laki itu terlalu sibuk. Sibuk dengan origaminya. Jadi lebih baik tidak usah.

Aku tidak betah jika ada seseorang yang duduk di sebelahku namun tidak mengeluarkan suara sedikitpun, bahkan aku belum berkenalan dengannya. Apalagi ini sudah tiga hari lamanya. Aku bingung harus memulai percakapan darimana, bertegur sapa seperti 'kamu suka origami?' rasanya seperti aku-yang-sok-sksd-banget. Sebaiknya tidak usah, tapi aku ingin mengobrol dengannya. Batinku kala itu beradu hanya karena sangat ingin berbincang dengannya.

Kala Itu : The SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang