Bagian 19: X

34 9 7
                                    

*Vin POV*

Entah sudah hari keberapa aku disini. Sampai kapan dia akan menyekapku disini?

Belakangan ini dia sering mampir. Memberikan aku makanan dan mengerjakan sesuatu yang tidak ia perbolehkan untuk dilihat olehku. Dia melakukan pekerjaannya di samping ruangan penyekapanku. Jadi aku tidak bisa melihat apapun.

Beberapa kali dia terlihat membawa ember berisi sesuatu cairan yang berwarna hitam. Terkadang cairan itu tumpah sedikit mengenai lantai. Dia akan langsung mengelapnya. Mungkin itu Oli mobil.

Setiap kali aku bertanya, dia selalu menjawab "Kau akan kaget jika tahu apa yang aku lakukan." dan pada akhirnya aku tidak mendapat jawaban apapun darinya.

Hari ini dia belum datang dan sarapanku sudah lewat. Seharusnya aku makan siang sekarang. Terkadang dia seperti ini juga, melewatkan makan pagiku dan datang pada sore hari.

Setiap dia datang pada sore hari, aku tidak pernah melihatnya masuk. Entah dari mana dia masuk. Tiba-tiba saja keluar dari ruangan sebelah ruangan penyekapanku. Mungkin disana ada pintu keluar, sehingga mudah di akses olehnya tanpa ketahuan olehku.

Ditempat ini, benar-benar sunyi. Tidak pernah sekalipun aku mendengar suara orang yang berlalu lalang atau suara mobil. Suara mobil yang selalu kudengar hanyalah miliknya.

Sepertinya tempat ini benar-benar di tempat terpencil. Dia pintar sekali memikirkan segala macam kemungkinan.

Aku berbaring pada kasur matras yang sudah dia sediakan untukku.
Yang selalu kulakukan disini hanyalah tidur, bangun dan makan saja.

Tiba-tiba terdengar suara mobil yang sedang melaju. Aku beringsuk bangun dari kasur, kemudian menempelkan telingaku pada dinding kamar mandi. Karena suaranya terdengar jelas di dalam kamar mandi. Lalu akupun berhenti disana dan mendengarnya dengan seksama. Tak selang berapa lama, terdengar suara langkah kaki di dalam ruangan. Mungkin di samping kamar mandiku merupakan sebuah trowongan. Suara langkah kaki itu menggema. Setelah 12 langkah, dia berhenti. Lalu dia membuka pintu besi yang suaranya nyaring karena sudah tidak diberi oli. Tapi bukankah selama ini dia membawa oli? Kenapa tidak dia berikan sedikit pada pintunya? Setelah suara pintu itu, aku tidak mendengar suara lagi. Mungkin karena sudah di dalam ruangan.

Satu-dua jam? Dia belum kesini. Sedang apa dia di dalam sana?

"Kau sepertinya sudah terbiasa disini, huh?" Ucap X padaku yang mendadak muncul lagi. (Dia menyuruhku memanggilnya dengan "X" saja)

"Sampai kapan kau mau menyekapku disini?" Tanyaku.

"Umm... Entahlah. Mungkin sampai kau mati. Hahahaha!"

"Bukankah kau sudah membuatku menjadi tersangka? Bukankah jika aku dibebaskan olehmu, aku juga akan tetap dikurung para Polisi itu? Lalu kenapa tidak kau lepaskan saja aku? Toh sama aja." Ucapku jengkel.

"Tujuanku belum selesai Vin. Lagipula, bukti yang kutinggalkan belum cukup kuat. Kau akan tetap lepas dari tuduhan."

"Kenapa kau tidak ambil saja sample rambutku atau apalah untuk memberatkanku? Bukankah itu tidak akan bisa membuatku bisa lepas lagi dari tuduhan?"

Dia menyeringai lebar di balik masker wajahnya. "Jika semudah itu, apa serunya untukku?" Ucapnya sinis.

Aku menggeram kesal padanya.

"Ini, makanan untuk hari ini dan ini pakaianmu. Mandilah dan kembalikan baju kotormu. Aku akan menunggu sampai kau selesai." katanya sambil memberikan bungkusan nasi dan air minum serta kantong plastik yang berisi pakaian bersih.

Aku menurutinya dan segera mandi. Setelah selesai mandi, aku membuka nasi bungkus yang dia berikan padaku. Aku mengernyitkan dahi setelah melihat makanan yang ia berikan padaku.

"Kenapa ini lagi? Aku bosan makan ini selama hampir 1 tahun!" keluhku kesal.

"Vin. Bukankah semua makanan itu fungsinya sama? Untuk mengenyangkan bukan? Seharusnya kau bersyukur ketika aku masih berbaik hati memberikanmu makanan setiap harinya. Dan lagipula kau tidak perlu membesar-besarkan masalah. Kau hanya 1 bulan lewat 2 minggu saja disini. Belum setahun." Jelasnya.

"Rasanya setahun!" bentakku.

"Sabarlah sedikit, sebentar lagi kau akan kuijinkan bertemu orang yang paling ingin kau temui." Ucapnya.

"Kau akan mengijinkanku bertemu Theya? Kau akan melepaskanku lagi?" Tanyaku.

"Tidak, tidak. Tentu saja tidak. Jika aku membiarkanmu keluar untuk bertemu dengannya lagi, kau pasti merencanakan sesuatu agar bisa melihat apa yang kulakukan untuk membuatmu bisa keluar dari sini." Ucapnya.

"Lalu bagaimana kau bisa mempertemukan aku dengannya?" tanyaku.

"Kita lihat saja Vin. Hahaha" Katanya sambil menjulurkan tangannya untuk mengambil pakaian kotor dan sampah makananku.

Aku mengembalikannya padanya. Lalu dia kembali ketempat dimana dia muncul.

Aku kembali ke kamar mandi dan menempelkan telingaku untuk mendengar suara langkah kakinya yang keluar dari sini. Tetapi ternyata dia tidak langsung keluar dari sini. Tidak terdengar tanda-tanda bahwa dia keluar dari sini.

Aku kembali ke ruanganku. Duduk di atas kasur matrasku. Aku benar-benar tidak paham, bagaimana caranya agar bisa keluar dari sini. Aku melihat besi kurunganku. Aku memegangnya kemudian menggoyang-goyangnya dengan paksa. Tapi hasilnya tetap nihil. Besi ini menancap kuat pada atap dan lantai tempatku disekap. Besi kurunganku sedikit berbau. Sebenarnya bukan hanya besi saja, di tempat ini baunya aneh. Aku tidak tahu bau apa ini. Hanya saja aku yakin ini bukan bau oli atau bau minyak. Ini tidak berbau seperti bengkel kendaraan.

Aku melihat-lihat di luar ruangan penyekapanku, alih-alih berharap adanya petunjuk. Masih sama seperti biasa, Nihil. Akupun mulai putus asa dan menundukkan kepalaku. Kemudian mataku menangkap sesuatu yang berada di lantai depan besi kurunganku, dimana X berdiri tadi. Itu adalah gantungan kunci berbentuk donat yang berbahan keras.

Aku meraihnya lalu menatapnya secara seksama. Gantungan ini terlihat famillier, tapi dimana aku melihatnya?

Aku berpikir sekeras mungkin, agar setidaknya aku bisa mengetahui siapa pelakunya.

Kemudian aku teringat masa kecilku.

*Flashback On*

Hari ini aku bermain dengan power ranger merah milikku. Aku senang karena ini pemberian ayah saat aku berulang tahun yang ke 5 saat itu. Kakak juga memberiku hadiah.

Hadiah yang kakak berikan adalah gantungan kecil berbentuk donat yang berbahan keras.

Kakak bilang, jika aku lapar pegang saja gantungan ini. Maka laparku akan hilang.

Lalu, ibu memberiku sebuah kalung. Kalung itu berbentuk bulat dan kecil. Ibu berkata "itu adalah jimat agar kamu selalu dilindungi" ucapnya. Aku senang sekali dan tetap memakai ini hingga sekarang.

*Flashback Off*

Seingatku gantungan ini sudah lama hilang.

Hai guys!
Yuk main tebak-tebakan.
Kira-kira siapa hayoo yang menjadi pelakunya? Dan sebutkan alasan kenapa kalian menebaknya sebagai pelaku yaa... 😘

Soalnya pelaku yang sebenarnya bakalan ketebak oleh Vin di Bagian selanjutnya. >.<

Chróma [The Power Of Feelings]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang