Prolog

2.3K 77 8
                                    

Suatu malam, ketika langit begitu indah memamerkan rasi-rasi bintang. Ketika jalanan Jogja tengah dalam suasana lenggang. Ketika dua orang lawan jenis saling berbincang. Seorang gadis kecil datang dari arah pintu masuk, kakinya melangkah menuju dua orang itu.

"Kak, biasa ya," ucap gadis kecil itu.

Salah satu diantara dua orang itu kemudian bangkit dari tempatnya. Ia mengambil  beberapa tangkai bunga mawar putih untuk diberikan pada gadis kecil yang tengah menunggu. Ia nampak mengamati lelaki yang duduk di bangku. Kemudian melempar pertanyaan padanya, "kak, kakak ini siapanya Kak Clara sih?"

Wanita yang masih berada di samping gadis kecil itu hanya diam. Tak menunjukkan ekspresi apapun. Namun begitu, dalam hati wanita itu pun bertanya-tanya. "Siapakah aku bagi dia?"

Si lelaki melirik ke arah Clara, tersenyum simpul lalu menjawab pertanyaan gadis kecil pelanggan setia Ara Florist itu. "Aku kakaknya, Dek. Kenapa?"

Gadis kecil memandang si lelaki dan wanita bergantian, "kok nggak mirip?"

Lelaki itu hanya tertawa singkat, "iya kan kakak yang terpisah lama."

Clara tersenyum tipis. Maksudnya apa? Cuma sebatas kakak-adek gitu?

"Dek, kemarin yang ulang tahun siapa?" tanya Clara mencoba mengalihkan pembicaraan meskipun sebenarnya ia sendiri juga penasaran dengan status hubungannya.

"Oh, itu adek aku Kak. Itu, si Faza. Udah kelewat dua bulan padahal," jawab gadis kecil itu.

"Oh, aku nggak dapet jatah kue nih?" ujar Clara.

"Ih, orang ngerayain sekeluarga doang."

"Hahahaha, bercanda." Clara tertawa singkat, matanya sempat mendapati lelaki yang menjadi lawan bicaranya tadi tengah memandang ke arahnya. Spontan, Clara terdiam. Pipinya bersemu kemerahan, malu karena diperhatikan.

"Udah ah. Aku pulang dulu," ujar gadis itu.

"Eh, bayar dulu dong. Sini," ucap Clara.

"Duh aku lupa nggak bawa uang," sahut gadis itu berbohong. Jelas-jelas Clara melihat ada uang di genggamannya.

"Nanti aku tagih dua kali lipat ke ibu loh kalau nggak bayar," sindir Clara.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya, sebal. Namun akhirnya ia tetap memberikan uang.  "Nih, kakak mah gitu."

Clara tertawa. Gadis itu kemudian beranjak pulang.

"Dia itu, anaknya Bu Ari yang seberang jalan bukan sih?" tanya si lelaki.

Clara mengangguk, "iya. Kamu nggak tahu?"

Lelaki itu menggeleng pelan. "Tiap hari ke sini kok nggak tahu," celetuk Clara.

"Nggak pernah ketemu sih," sahut si lelaki.

Keduanya terdiam.

Jadi, sebenarnya kita itu apa? Apa arti perhatian kamu selama ini? Apa alasan kamu mengubah sikap terhadapku? Apa arti dari setiap kata-kata puitis yang kamu kirimkan tempo hari?

Clara teringat dengan pertanyaan gadis kecil tadi. Hal yang membuat Clara kemudian bertanya-tanya jua.

More Than Word #Wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang