FIVE

2.5K 166 4
                                    


GEDUNG UTAMA UNIVERSITAS TOKYO, lift lorong 3.

Hinata merasa kepalanya berdenyut, lampu penerang di lift berkedip-kedip, membuatnya pusing.

"Hinata.. Hinata... bangunlah..", suara Naruto sensei terdengar samar di telinga Hinata.

"aww", kepala Hinata semakin berdenyut nyeri saat dia mencoba duduk.

"Hinata, kau tak apa-apa ?? apa ada yang luka ?". Naruto membantu Hinata duduk dan mengabaikan bahu nya yang ngilu terkena benturan.

"s-sensei, kepalaku sakit" Hinata menunduk, penglihatan nya masih belum fokus.

"kepalamu terbentur ya, apa kau bisa melihatku?? Hinata coba lihat tanganku, apa kau masih bisa melihatnya??" Naruto melembaikan jari nya di depan wajah Hinata.

"aku bisa melihat, tapi pusing" Hinata merengek, denyut di kepalanya benar-benar mengganggu"

"coba kulihat sini, bersandar disini Hinata". Naruto mencoba membantu Hinata bersandar di sisi dinding lift. Lalu dengan perlahan menyingkap poni dan rambut depan Hinata yang berantakan. Ada memar kebiruan dan sedikit robekan di dahi kanan Hinata, pasti tadi dia terbentur keras sekali.

"Kita harus mencari pertolongan, sepertinya tadi ada kerusakan di tali lift nya, semoga tidak parah".

Naruto mengeluarkan handphone di saku jas nya, tapi sinyal nya tidak terjangkau. Mereka pasti berhenti di antara lantai LG dan basement, hingga sinyal pun tidak bisa terjangkau.

" Sial telepon lift darurat nya juga rusak, Naruto mengecek tombol bantuan di atas nya. Apa yang harus kulakukan. "

Naruto melihat Hinata, dia masih meringis kesakitan. Naruto lalu membasahi sapu tangan dengan air mineral yang dia bawa di tas nya. Perlahan Naruto membersihkan luka Hinata.

"aahh, s-sensei sakit" Hinata berjengit ketika Naruto membersihkan memar di dahinya. Tubuhnya masih lemas sekali, tidak bisa bergerak.

"tahan dulu, kalau tidak dibersihkan nanti infeksi". Naruto menahan kepala Hinata dan mulai menyeka darah yang mengalir ke pipi Hinata.

"pelan-pelan sensei", Hinata merengek, saputangan Naruto menggesek luka nya.

Naruto dengan perlahan membersih kan luka Hinata, pandangan nya fokus pada Hinata. Walaupun dalam pencahayaan lampu yang temaram dan berkedip, Naruto bisa melihat darah di dahi Hinata tidak sebanyak tadi, mungkin robeknya tidak terlalu dalam. Mata Hinata Nampak di hiasi garis hitam, sepertinya dia sering begadang. Pasti dia sangat ketakutan namun tidak menangis, sebenarnya Naruto juga ketakutan, saat ini sudah menjelang malam. Dia tidak tahu apakah jadwal patrol petugas keamanan sampai ke dalam gedung utama atau tidak.

"sepertinya kita harus menunggu, kau jangan khawatir Hinata, aku pasti akan mencari jalan keluarnya". Naruto berusaha menenangkan Hinata.

"aku tidak takut sensei, aku hanya sedikit pusing." Hinata menjawab dengan ringisan

"kau tidak takut ??",

"iya, yang harus kita lakukan hanya menunggu petugas keamanan berpatroli kesini. Pergantian petugas pagi dan malam dimulai pada jam 10.00 malam, dan jalur patrol nya pasti melewati area basement". Hinata dengan tenang menerangkan.

"ah, begitu ya. Kau tahu darimana ?? yakin sekali ??". Naruto sedikit kesal karna ternyata Hinata tidak ketakutan seperti yang ada di fikiran nya.

"tadi waktu aku membantu tugas Kurenai-sensei, aku sekilas melihat jadwal petugas keamanan nya".

"whhoaaa kau ini hebat sekali bisa mengingat dalam waktu sekejap".

"tentu saja, kalau tidak jeli seperti itu aku takkan bisa jadi jaksa yang baik".

FALL WITH MY SENSEI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang