0 ; camera

6.3K 1K 144
                                    

Aku sedang berada di pemakaman, lebih tepatnya upacara pemakaman adikku satu-satunya, Lee Donghyuck. Ia meninggal karena terpleset di kamar mandi dan kepalanya menghantam closet duduk di depannya.

Aku benar-benar tak terima dengan kematian adikku, karena aku sangat menyayanginya. Dia benar-benar pribadi yang menyenangkan. Hanya dia yang bisa membuatku tertawa lepas tanpa beban, hanya dia yang bisa membuatku lupa akan kesedihanku saat melihat Jennieㅡmantankuㅡ berselingkuh dengan pria lain.

Aku benar-benar menyayanginya.

Dan aku benar-benar terpuruk sekarang.

Terlintas sebuah pikiran untuk ikut menyusulnya, dengan dua cara ; bunuh diri atau membayar orang untuk membunuhku.

Jika saja aku tak ingat kedua orang tuaku yang sedang menangis tersedu-sedu sekarang, mungkin hal itu akan aku lakukan saat pulang nanti.

Aku menatap sekeliling, para kerabat sudah mulai pulang. Tinggal aku dan kedua orang tuaku saja yang masih bertahan untuk berdiri disamping makam Donghyuck.

Ingin rasanya aku menangis, tapi tak bisa. Airmataku rasanya sudah habis saat aku menangis di rumah sakit kemarin.

Yang bisa aku lakukan adalah meninggalkan makam Donghyuck, dan pergi ke mobil untuk menenangkan diri.

Aku berjalan dengan kepala tertunduk, ujung mataku sesekali menatap makam-makam yang tak kukenali.

Dan langkahku terhenti ketika seseorang menghalangi jalanku.

Aku mendongak, dan menemukan sosok pria atau wanitaㅡentahlah, dia memakai jubah hitam dengan tudung jubah yang menutupi kepalanya yang tertunduk.

Aku menatapnya dari atas sampai bawah, tak menemukan sesuatu yang aneh darinya, kecuali satu hal, sebuah kamera di tangan kanannya.

Aku hendak kembali melanjutkan langkahku, berusaha untuk tidak memperdulikannya.

Tetapi lagi-lagi langkahku terhenti ketika sosok itu menepuk pundakku.

Dia menyodorkan kamera yang dia genggam kepadaku. Beberapa detik aku diam, dan selama itu juga dia tetap berdiri di tempatnya dengan tangan kanan menyodorkan kamera tersebut.

Dengan ragu, aku mengambilnya.

"Apa maksudnya?" tanyaku.

Sosok itu tak membalas, ia langsung pergi begitu saja ketika aku menerima kameranya.

Aku berusaha mengejar, tetapi sosok itu sudah tidak ada.

Aku menatap kamera ditanganku. Hanya kamera biasa, tak ada yang spesial. Bentuknya seperti kamera fotografer yang sering kulihat di televisi, entahlah aku tak begitu mengerti dengan kamera. Asal bisa menangkap gambar, sudah cukup menjelaskan bahwa itu adalah kamera.

Aku kembali berjalan meninggalkan area pemakaman, dengan sebuah kamera di tanganku.

Yah, lebih baik aku menyimpannya.

Mungkin saja dengan kamera ini hidupku akan membaik?

Kita tak pernah tahu.

cursed camera | lee taeyong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang