"Gak tau, gue udah masukin semua rumus tetep gaada jawabannya" bisik Rachel sambil mengacak rambutnya frustasi.
"Yah, coba lagi dong chel," bisik Fika yang berada di sebelah Rachel sambik sesekali melirik kertas ulangan milik Rachel yang masih kosong, tidak biasanya Rachel seperti ini.
Rachel menjambak rambutnya frustasi, ia akan pergi ke toilet sebentar mungkin saja ia dapat cahaya illahi yang menuntunnya mendapatkan jawaban soal fisika itu.
Setelah mendapatkan ijin dari sang guru, Rachel melangkahkan kakinya keluar kelas lantas melirik Fika dengan tatapan seoalah berkata "tenang aja nanti gue contekin." Membuat wajah Fika yang tadinya kusut berubah berbinar seketika.
Rachel keluar kelas, tepat di depan kelas Genta, orang yang akhir- akhir ini jarang terlihat oleh Rachel,
Setelah kejadian dikantin waktu itu, Rachel jadi sering memikirkan Genta tapi Rachel tak pernah berani bersitatap dengan Genta akhir- akhir ini, entahlah mengapa.
Rachel yang sempat termenung di depan kelas Genta, kini melangkahkan kakinya menuju toilet yang berada diujung koridor kelas X,
"Aww," sebuah ringisan lolos dari bibir Rachel, Rachel berdiri membenahi androk nya sambil mengepalkan tangannya.
Rachel menatap orang yang menabraknya tadi,
Jantungnya seakan berhenti sejenak, matanya tak lepas dari mata elang milik Genta yang ada di hadapannya kini, Genta yang juga menatap manik mata milik Rachel kini memilih membuang mukanya,
"Hati- hati kalau jalan" ucap Rachel pada Genta, lalu berlalu meninggalkan Genta yang masih setia berdiri di sana.
Perasaan aneh itu muncul lagi di hati Genta, setiap ia berhadapan dengan gadis itu, memikirkan gadis itu. Entah apa yang terjadi padanya kini, ini sungguh merugikan Genta, karena selalu menggagalkan masa fokusnya.
Disisi lain, Rachel juga merasakan hal yang sama seperti Genta, ia tidak tau apa yang ia rasakan kini, dadanya berdegup nyaring dan berkeringat dingin, Rachel jadi takut jika jantungnya akan bermasalah jika melihat Genta, karena yang di rasakan Rachel saat bertemu Genta adalah Jantungnya seaakan tak berfungsi secara normal.
Rachel membasuh mukanya, sedikit mengelap matanya yang terasa lelah. Lalu beranjak menuju kelasnya kembali.
Setelah kertas ulangan milik Rachel dan Fika sudah dikumpulkan, mereka pergi keluar kelas berniat menuju kantin, untuk mengisi perut.
Rachel sempat melirik kelas Genta dengan melambatkan langkahnya, tidak tau mengapa Rachel ingin melihat Genta, padahal ia sendiri tau jika ia bertemu dengan Genta akan ada masalah dengan jantungnya.
Rachel dan Fika meneruskan langkahnya menuju kantin, ia melewati tangga yang di penuhi oleh senior- senior mereka yang duduk di anakan tangga sambil berbincang- bincang.
Tepat di pintu kantin, Rachel mematung sambil menatap lurus pandangan di depannya, Fika yang menyadari itu mengikuti arah pandang Rachel.
Genta.
Fika tersenyum senang, selama ini dugaannya benar jika Rachel mulai memiliki rasa pada Genta, namun Rachel masih tak menyadari itu, dan menyangkal semua tentang Genta.
"Chell, cehlooww!" Teriak Fika tepat di telinga Rachel, Rachel tersentak kaget lalu memukul lengan Fika sambil menatapnya sinis, "gua masih bisa denger kali gausa teriak ngapa"
"Yakali, lo diem aja disitu mau makan apa mau jadi patung welcome lo?" Sinis Fika, sedangkan Rachel hanya menyengir sambil menggandeng Fika menerobos gerombolan siswa- siswi yang juga ingin mengisi perut.
****
Rachel duduk di halte dimana ia pernah di goda oleh preman sialan waktu itu, sebenarnya ia agak trauma jika berada disini tapi yah mau bagaimana, dirumahnya tak ada orang yang mau menjemputnya, supirnya mendadak pulang kampung karena istrinya melahirkan, mama dan papanya sibuk bekerja, adiknya masih duduk di bangku smp, tak ada orang yang bisa menjemputnya bukan?
Dengan sabar Rachel menunggu angkot atau taxi yang lewat, sambil bersenandung kecil. ia kembali mengingat dimana ia pernah di tolong Genta waktu itu,
"Rachel?"
YOU ARE READING
F E E L I N G S
Teen Fictionmemang benar kata orang- orang, jangan bermain dengan cinta nanti sakit. kini Rachel Irawan gadis cantik tengah membuktikkan ucapan orang- orang. cinta itu jahat, takdir itu kejam dan pahitnya adalah kita tidak bisa lari dari kenyataan.