Part 1 - TRAGEDY

121 13 0
                                    

'Dunia tak mengerti betapa pilunya aku. Lukaku adalah air dan minyak yang tak bisa menyatu.' –BTS,Whalien52

Saat lengah, Sakura meraih ponselnya. Bermaksud menghubungi rumah sakit jiwa untuk mengambil Ayahnya. Benar, sang ayah sebenarnya memang sedang menjalani pengobatan akibat depresi yang di derita. Namun, sejak tiga bulan yang lalu beliau kabur. Sejak itu hidup keluarga Sakura menjadi neraka. Ia dan ibu sering kena pukul oleh sang ayah. Pria paruh baya ini mendadak menjadi tempramen dan pemabuk. Namun, sang ayah mengetahui gerak gerik Sakura dan merampas kasar ponselnya. Ponsel itu dilempar dan melandas kasar di lantai.

Apa penyebab semua ini? Dahulu keluarga Sakura cukup mampu dan harmonis. Namun, sejak usaha sang ayah mengalami kebangrutan karena penipuan oleh teman ayah Sakura. Ayah Sakura berubah menjadi sosok monster penghancur. Pria paruh baya itu tak bisa menerima kenyataan. Parahnya teman ayah Sakura entah hilang di telan bumi setelah menggelapkan dana perusahaan Sakura.

Penipuan yang sukses menghancurkan sebuah keluarga. Sakura memiliki seorang kakak laki-laki tiga tahun lebih tua darinya. Tapi kakaknya itu jarang di rumah karena harus bekerja di Seoul, Korea Selatan dan hanya pulang sebulan sekali. Sakura dan sang ibu tentu tak mungkin mengadukan semua ini pada sang kakak. Mengapa? Karena kakak Sakura, Yukio Sato memiliki tempramen buruk sejak kecil. Bisa dipastikan akan semakin runyam jika Sato tahu pada adik dan ibunya.

Hanya sebuah rumah berlantai dua dengan sebuah kedai ramen sederhana ini menjadi sisa harta yang dimiliki keluarga Sakura. Tapi, yang menjadi masalah depresi yang dialami oleh ayah Sakura mengubah segalanya. Pria paruh baya itu hidup dengan berfoya-foya di diskotik dan akan pulang jika uang yang ia bawa habis.

Akibat hempasan sang Ayah. Tangan Sakura membentur ujung lemari. Rintihan pelan Sakura terdengar. "Sakura-chan!" panggil sang ibu. "Ibu," rintih Sakura kemudian memeluk sang ibu sambil menangis dalam diam. Sedangkan ayahnya yang tak lain seorang pemabuk hanya menatap datar sambil menghitung uang yang berada di tangannya.

"Aku akan kembali dua hari lagi dan siapkan uang," perintah Ayah Sakura sebelum beranjak pergi.

Setelah punggung sang ayah menghilang di balik pintu. Sakura mengeraskan volume tangisannya. Tubuhnya gemetar bukan main merasakan sakit fisik dan psikis yang sedang ia rasakan sekarang ini."Kembalilah ke kamarmu, ibu akan membereskan."

Sakura menggeleng, gadis itu melihat luka di sudut bibir sang ibu. Bekas pukulan ayahnya tadi. "Maafkan aku ibu, aku tak bisa melindungimu," pelan Sakura diiringi isak tangis. Wanita paruh baya itu mengelus lembut penuh kasih sayang rambut putrinya itu.

"Justru ibu yang harus melindungimu sayang, kau masih terlalu muda untuk menghadapi semua ini."

Tangis dua wanita ini pecah, ditengah kekacauan perkakas kedai yang tak berada di tempatnya. "Kembalilah ke atas nak, istirahatlah."

Sakura kembali menggeleng kemudian menghapus air mata dan menghentikan tangisannya. Ia tak boleh lemah seperti ini. Itulah tekad Sakura. Gadis itu berusaha menangkis ketakutannya sendiri. "Aku tak boleh lemah Ibu, siapa lagi yang akan menjaga ibu selain Sakura Bu?" tanya Sakura. Kemudian ia beranjak dan mengambil sapu untuk membereskan pecahan piring dan gelas yang tersebar di lantai.

Saat menggerakkan tangan Sakura merasakan nyeri di sekitar lengan dan sikunya. Benar saja akibat benturan tadi membuat memar di tangan Sakura.

-

-

"Tanganmu kenapa?" tanya Sato saat melihat balutan perban di tangan sang adik. Sakura menghentikan aktivitasnya menyiapkan makanan di meja makan.

"Ini hanya terkilir saat bermain voli dua hari yang lalu," dusta Sakura.

"Lain kali hati-hati," ucap Sato kemudian kembali sibuk dengan ponselnya.

[ON GOING] WHALE 52Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang