#8

9 0 0
                                    

Cerita ini sebelumnya udah pernah di posting di grup OGCPI sebagai salah satu cerita untuk event di grup tersebut. Dengan judul Parasit

-------------------------------------------------------------

88 hari, tidak 89 hari. Ingatanku mulai samar - samar, yang ku ingat 3 bulan yang lalu aku masih bisa tidur nyenyak, masih bisa menyeduh kopi untuk lembur riset arkeologi yang lain, masih bisa mencium wanginya Bunga Violet di terik matahari pagi, aku sungguh merindukannya.

Jika saja aku yang ceroboh bisa mendengarnya. Seandainya bisa.

Hari itu.

Aku menatap proyek pengalianku yang paling besar sepanjang karir ini. Makam seorang bangsawan dari peradaban Sumeria. Kupikir tak mungkin ada yang lebih berumur dari ini di seantero eropa, aku cukup percaya diri dengan pekerjaan kali ini.

Bagi seorang arkeolog yang belum memiliki nama besar sepertiku, ini adalah sebuah Jackpot.

Aku merogoh saku dadaku, mengambil ponsel tua yang sebentar lagi akan kuganti jika namaku melambung nanti, dari layar ponsel kemudian menekan nomor kawanku.

"Hallo." Suara seorang Pria dari seberang.

"Robert, ini aku Moses, kau tak kan mempercayai apa yang kutemukan, aku berani bertaruh agensi akan memperpanjang masa kontraku, lalu majalah Time akan menampang wajahku di cover depan nantinya, bhahaha!"

Aku tak mendengar balasan suara segera dari telepon, setelah beberapa terdengar suara tangis samar.

"Maaf, mungkin ini salah sambung."

Aku berniat menutup telepon jika saja Pria itu tidak berteriak.

"Kumohon, hentikan!"

Sayangnya panggilan sudah kumatikan, dengan sengaja.

Pria itu terdengar seperti seorang aneh, mungkin seorang sandra sekelompok teroris atau apapun itu, tapi aku punya sesuatu yang lebih penting, mimpi semua arkeolog awal.

"Bos, aku berhasil membobolnya, kurasa kau harus melihat ini!"

Perhatianku teralih ke suara yang berasal dari bawah pijakanku, dari sebuah lubang besar yang sengaja di lubangi.

Aku mengiyakannya dengan mumasukan kembali ponselku, kemudian mengambil beberapa peralatan yang kukira akan berguna, lalu mengaitkan katrol di pinggangku untuk kemudian beranjak turun ke bawah.

Gua yang benar-benar gelap dengan penerangan minim. Aku memasang senter, menelusur setiap sudut tempat ini, hingga ku ketahui ukurannya cukup besar, mungkin seukuran lapangan sepak bola.

"Sebelah sini!"

Ku ikuti suara itu, menuju 3 rekanku, atau lebih tepatnya orang sewaanku.

"Apa yang kau temukan."

Dia hanya menyambutku dengan tatapan yang seolah berkata 'ini sesuatu yang besar'.

Dan dia benar, ketika ku memasuki tempat yang lebih dalam, melewati gerbang batu yang di hancurkannya dengan Dynamite.

Sebuah peti besi dengan ukiran kuno beserta puluhan patung yang membungkuk mengarah ke Peti itu, pula terlihat 4 buah batu berbentuk pentagon setinggi dada membatasi Peti dan patung-patung.

Aku tersenyum.

Apapun yang berbaring di dalamnya, seakan seperti seorang dewa yang pernah hidup.

Peti itu di kaitkan dengan beberapa tali dari atas, membuat peti itu tak sampai menyentuh tanah.

Aku mendekat, menuju empat batu yang mengandung bahasa yang tak lagi di gunakan di zaman ini.

Kompilasi Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang