scoupsxsowon : set me free

574 77 20
                                    


winter, 2017.

"......Kim Sojung, dinyatakan tidak bersalah dan bebas dari segala tuduhan."

Tak ada sorak riuh lega. Yang ada hanyalah seorang pengacara yang jatuh berlutut, menangis terisak-isak.

"Selamat, Pengacara Choi." 

Andai ucapan selamat itu ada artinya.


xx


winter, 2010.


Puk -

Ketika tawa membahana terdengar ke sepenjuru kelas, Sojung hanya bisa menundukkan kepalanya.

Tidak - jangan jadi pengecut.

Sojung menengadahkan kepalanya, menatap ke sekolompok anak yang baru saja melempar kotak susu ke punggungnya, membuat jaket dan seragamnya basah.

"Kalau kalian tidak suka susu itu, kalian bisa memberikannya padaku baik-baik. Atau pada anjing penjaga sekolah. Atau pada kucing di halaman belakang. Kalian tidak usah melemparnya seperti itu."

Sojung tahu kata-katanya tak pernah digubris, bahkan didengar sekalipun. Sojung tahu semuanya sia-sia. Lalu kenapa ia masih di sini?

xx

Sojung menatap lokernya yang tak jelas lagi rupanya. Entah apa yang anak-anak itu lakukan pada lokernya hingga menimbulkan bau menyengat seperti ini. Buku-bukunya kotor, jilidnya habis dicoreti kata-kata kasar yang Sojung sudah hafal baik.

Ini sungguh keterlaluan, tapi ia tahu ia tak bisa melakukan apa-apa. Jadi ia hanya mengambil bukunya dan merobek jilidnya tanpa mengatakan apapun.

Aku hanya perlu bertahan beberapa bulan lagi -

xx

Sojung berjalan tertatih-tatih - ia sungguh benci pelajaran olahraga. Apalagi basket. Bola itu lebih banyak menghantam punggung atau kepalanya daripada masuk ke ring. Dan guru itu masih saja beranggapan bahwa itu hanya ketidaksengajaan mereka.

Tidakkah ia mendengar bagaimana anak-anak sekelasnya cekikikan di belakang punggungnya?

"Sial," Sojung menggeram, punggungnya sakit sekali. Dan jalan licin bersalju ini malah membuatnya terpeleset jatuh. Ia bahkan tak sanggup untuk berdiri lagi. Ia membiarkan kakinya beku oleh salju - ia tak peduli. Ia pun tak ingin pulang.

Ia tak ingin ada dimana-mana.

"Lihat, kau terluka lagi!"

Tidak - jangan lagi. Sojung memaksakan dirinya bangkit ketika mendengar suara itu. "Jangan," geram Sojung, tapi anak laki-laki itu tidak pernah mendengarnya. "Pergi." suruh Sojung dingin, mulai berjalan kembali.

Namun Seungcheol menahan tangannya dan tentu saja ia jauh lebih kuat daripada dirinya.

"Tidakkah kau lihat lututmu berdarah?"

"Aku tahu. Tapi bukan urusanmu."

"Sojung!" bentak Seungcheol, menatapnya frustasi. "Aku tidak tahan lagi. Cukup sudah. Ini keterlaluan."

season : winter; svtxgfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang