02 - kesal

123 18 2
                                    

Typo bertebaran!

Didepan kelas pak Edi selaku wali kelas 11 IPA - A sedang berbicara mengenai  pembelajaran kelas 11 yang pastinya akan lebih sulit dari kelas 10, pak Edi seperti tak kenal haus karna sedari tadi sejak 30 menit ia masuk kelas dan memperkenalkan diri sampai saat ini pak Edi masih terus saja mengoceh, membuat para siswa dan siswi bosan. Sepanjang pak Edi berbicara Deva terus saja mengganggu Emil membuat gadis itu kesal

“ih lu bisa diem ga si? Ngga usah ganggu gue mulu napa, gue bilangin pak Edi tau rasa” mukanya diteku, bibirnya mengerucut, tatapan matanya tajam, Emil kesal, ia menyesal duduk sebangku dengan Deva

“gabisa Mil kayaknya hobby gue ganti deh sekarang” ucap Deva, wajahnya menengadah, Emik mengerutkan dahinya bingung, apa hubungannya?. “hobby gue sekarang adalah gangguin lo” Deva tersenyum sangat manis, niatnya mau bikin Emil melting lihat senyumannya tapi Emil malah biasa aja dan bergaya seolah ingin muntah lalu setelah itu Emil mengangkat tangannya kedahi dengan jari telunjuk dimiringkan

“stres”

“ih Emil mah gitu, kalau aku stres aku ngga bakal sekokah disini dan naik kelas dan sekelas sama kamu Emil” Deva pura pura merajuk dengan gaya yang di imut imutkan walau sebenarnya dia memang imut

“najis” Emil jengah melihat kelakuan teman sebangkunya itu, sedari tadi bukannya mendengarkan pak Edi berbicara Deva malah asik mengganggunya, heran padahal mereka baru saja kenal tapi Deva sudah seperti mengenal Emil lama

“jangan najis najis gitu sama gue, suka sama gue tau rasa lo” ucap Deva percaya diri

“idih gue? Suka sama lo?” Deva mengangukkan kepalanya meng-iyakan pertanyaan Emil. “nggak bakal” ucap Emil setelahnya

“perasaankan gampang berubah Mil, ingetloh kalau benci juga bisa jadi cinta” Deva mengedipkan sebelah matanya membuat Emil mengerjapkan matanya, perkataan Deva barusan mengingatkannya akan novel novel yang ia baca, dimana ceritanya si cewek benci sama si cowok tapi akhirnya rasa benci itu jadi cinta, Emil gak mau kayak gitu, ia menggelengkan kepalanya

“apasih, emang siapa yang benci sama lo? Gue tuh cuma kesel sama lo” jelas Emil menyangkal ucapan Deva

“iyaa iya aku tau kok sayang” ucap Deva santai

“stres emang ya lo Dev” Emil memutar bola matanya jengah, ia sama sekali gak baper disebut sayang sama Deva, toh mereka aja baru kenal, setelah mengucapkan itu Emil memfokuskan pandangannya ke arah pak Edi, Deva hanya tersenyum menanggapi

“yasudah anak anak, karna ini baru hari pertama kalian sekolah, kalian masih bebas, bapak pamit ke ruang guru dulu, ongat jangan pulang sebelum bel berbunyi” ucap pak Edi mengakhiri pembicaraannya, setelah pak Edi keluar, kelas menjadi bising, anak anak yang belum kenal satu sama lain mulai berkenalan, yang sudah saling mengenal sibuk mengobrol dibangkunya, begitu pula Emil dan Deva, Deva berbalik kebelakang mengobrol dengan Beno yang Emil dengar namanya tadi saat Deva berkenalan

“hai, kenalin gue Felica Handia, lo bisa panggil gue Felic” Felic, cewek yang duduk didepan Emil itu tersenyim ia sudah memutar kursinya menghadap kebelakang dan mengulurkan tangannya mengajak Emil berkenalan, Emil membalas uluran tangan itu

“Emilia Ferinscha, lo bisa panggil gue Emil” balas Emil tersenyum, setelah pegangan tangan mereka terlepas Felic mengajak Emil ke kantin dan Emil menyetujuinya, ia bisa dengan mudah melewati Deva karna kursi cowok itu diputar kebelakang dan menyisakan ruang untuk Emil lewat

Deva yang menyadari Emil akan pergipun bertanya

“mau kemana lo?”

“kantin” jawab Emil singkat, lalu ia berlalu dengan Felica

“Mil gue nitip” tapi percuma Emil sudah terlebih dahulu keluar kelas dengan Felica

***

Yee chapter 2 nih ;)
Sorry pendek ya :(
Maklumin aja masih newbie hehe, semoga suka!
Eits jangan lupa vote sama comentnya dong, jangan jadi pembaca gelap ya :)
Makasih yang udah baca, ikutin terus kisahnya Emil sama Deva ya! ;)

l'espoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang