Aku sudah melupakanmu, tolong jangan hadir kembali dan merusak semuanya. Jangan menggangguku.
~~
Selamat membaca!
Tidak butuh waktu lama untuk Deva mengantar Emil ke rumahnya, hanya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit untuk sampai karna jarak rumah Emil dan sekolah memang dekat.
Emil turun dari motor beat milik Deva dengan wajah pucat. Deva membuka helmnya dan bertanya kepada Emil
"mil lo gapapa?" tanya Deva khawatir setelah melihat wajah Emil yang pucat
"gapapa matamu, lo bawa motor gabisa pelanan dikit apa?" sahut Emil kesal karna sejak tadi ia di bonceng oleh Deva rasanya seperti ia sedang naik wahana rollercoaster, Deva bawa motornya ga selo nyalip sana nyalip sini
"gue kira lo nikmatin momen dibonceng sama gue mil, abisnya lo diem mulu gangomong apa apa terus tangan lo megang jaket guenya kenceng banget" ucap Deva dengan wajah so polosnya
"tau ah, btw makasih udah nganterin gue pulang" Emil hendak memasuki rumahnya namun tangannya di tahan oleh Deva, ia mengangkat alisnya bingung seolah bertanya kenapa?
"lo gamau ngajakin gue mampir gitu mil?"
"ngga" jawab Emil enteng, padahal Deva sudah berharap lebih tadi. Bukannya tidak mau hanya saja Deva dan dia kan baru kenal tadi pagi nanti jika ditanya oleh mamanya bagaimana? Pasti urusannya akan panjang apalagi Deva laki laki
"yah yaudah deh gue pulang, lo masuk gih salam buat mama papa abang sama adek lo ya" Deva memakai helmnya berniat untuk pergi tapi tidak jadi, sepertinya ia melupakan sesuatu, ia menoleh lagi ke arah Emil yang masih berdiri ditempatnya menunggu untuk Deva melajukan motornya
"apalagi?" tanya Emil yang melihat Deva tidak jadi pergi
"gue minta id line lu dong" Deva mengeluarkan ponselnya dan memberikannya kepada Emil agar Emil menuliskan id line miliknya
Emil menurut toh Deva mengajaknya berteman walaupun ia enggan berteman dengan cowo aneh seperti Deva tapi mau gimana lagi? Emil dan Deva juga duduk sebangku jadi berteman itu perlukan?
"nih udah, sana pulang" ucapnya sambil mengembalikan ponsel milik Deva
"gue diusir?" tanya Deva sedih, tangannya mengusap usap dada menandakan dia harus sabar dan tatapannya seolah ingin menangis. Drama! Emil memutar kedua bola matanya malas "hehehe yaudah gue pulang ya! Sampai ketemu besok Emil" Deva menyalakan mesin motornya dan ia berlalu dari rumah Emil
Emil memasuki rumahnya yang cukup besar, ia melihat sekeliling rumahnya yang tampak sepi dimana mama dan abangnya? Papanya sudah pasti bekerja
Emil memiliki satu kakak laki laki yang berbeda dua tahun dengan usianya bernama Emilio Farischo, kurang kreatif apa papanya yang memberikan nama hampir sama seperti itu? Emil memanggilnya bang io
Ia berjalan kearah dapur karna biasanya jika mamanya pergi dan tidak menghubunginya mamanya itu akan menempelkan notes di kulkas dan benar saja di kulkas itu terdapat notes denga tulisan "Emil mama dan abangmu pergi sebentar ke bandung untuk bertemu dengan nenek, mama sudah siapkan makan di meja dimakan ya sayang! I love u"
Emil menghela napasnya sudah sering seperti ini mama dan abangnya pergi tanpa dirinya, yah karna Emil memang sulit untuk diajak bepergian oleh mamanya jadi mamanya malas jika harus mengajak Emil, bukan karna apa apa jika diajakpun Emil hanya diam dan cemberut sepanjang jalan
Emil melangkahkan kakinya ke lantai atas, kamarnya. Ia membuka pintu dengan cat berwarna biru kesukaannya, menutup pintu, menaruh tas di meja belajar dan langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur ia ingin memejamkan matanya namun getar di saku roknya menggangu, ia mengeluarkan ponselnya dan ternyata ada chat dari seseorang yang membuat Emil menatap kesal ponselnya
***
Chat dari siapa ya kira kira? 😯Yeayy akhirnya bisa update lagi 😂
Maaf banget lama :( dan makasi yang udah baca sampai detik ini
Sebenernya udah gaada niatan buat lanjut cerita ini dan niatnya mau bikin cerita baru soalnya dicerita ini udah mentok banget gaada ide buat lanjut :( tapi aku milih buat lanjut 😁
Jangan lupa vote dan commentnya ya! Kritik dan sarannya juga ya :)

KAMU SEDANG MEMBACA
l'espoir
Teen FictionTak salah bukan berharap lebih pada sahabat sendiri? -Emilia Ferinscha My first story :) Yang kepo baca yuk :)) semoga suka!