Satu

41 2 3
                                    

Hari ini aku ditugaskan untuk meminjam buku di perpustakaan, hanya sendiri. Aku pun langsung berjalan untuk pergi ke perpustakaan, ketika aku berjalan di koridor yang sepi aku mendengar langkah kaki panjang entah dari mana asalnya. Aku melirik ke kanan dan ke kiri tetapi tidak ada orang satu pun.

Brukk!!

Seseorang menabrakku, dan aku pun terjatuh. Tanpa melihat mukanya, aku langsung marah marah kepadanya.
"ADUHH KALAU JALAN PAKE MATA DONG! GIMANA SI! GAK PUNYA MATA YA?!" gerutu ku sambil berusaha bangun.
"Eh maaf, gue buru buru tadi, lo gapapa? Sini gue bantu bangun" kata cowok itu sambil mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri.
"Lain kali jalan pake mata dong!" kata ku sambil memasang muka sinis dan menolak genggamannya tersebut.
"Iya iya, maaf yaa" kata cowok itu sabar, lalu meninggalkanku.

Setelah aku meminjam buku ke perpustakaan aku pun langsung menuju ke kelas, sesampainya dikelas aku menceritakan kejadian menyebalkan saat aku ingin ke perpustakaan kepada Lintang dan Fathya.
"Siapa ul namanya?" sahut Lintang.
"Mana gue tau! Ketemu aja baru tadi pas tabrakan" kataku masih kesal.
"Ciri cirinya gimana dah? Ganteng gak? Gue penasaran, kan kalau ganteng bisa gue gebet!" kata Fathya sambil berusaha membayangkan muka cowok tersebut.

Kringgg!!

Bel istirahat pun berbunyi, aku dan kedua sahabatku ini langsung menuju ke kantin disusul dengan Akbar, Kevin, Defan, Fabian, Haykal, Dhika dan Reno. Aku melihat ke arah Lintang yang dari tadi sibuk mencari seseorang, aku pun berbisik kepadanya.
"Nyari Rakha ya?".
Lintang hanya mengangguk.
Aku kira dia hanya akan diam dengan terus berusaha mencari, tetapi ternyata pikiranku salah Lintang bertanya kepada segerombol badboy yang berjalan di belakang kami.
"Rakha mana?" kata Lintang dengan muka sok judes.
"Katanya nyusul nanti" kata Kevin. "Ciee... nyariin Rakhaa, lo suka yaa?" kata Reno meledek.
"Ekhmm, ada yang lagi jatuh cinta nih kayaknya!" sambung Akbar sambil menaik turunkan alisnya.
Kata-kata mereka pun berhasil membuat pipi Lintang bersemu. Aku dan Fathya hanya tertawa mendengarnya, karena aku dan Fathiya memang sudah tau bahwa Lintang menyukai Rakha lebih dari sekedar sahabat.

Saat kami sedang berjalan di koridor lantai 2, kami pun bertemu dengan kakak kelas yang tadi bertabrakan denganku, dia menghampiriku, dan memintaku untuk berbicara dengannya sebentar, katanya penting, ya mungkin memang penting, aku pun menurutinya dan menyuruh teman temanku untuk duluan.
"Gapapa kita tinggal?" kata Lintang cemas.
"Yaelah dia bukan setan kok!".
"Ganteng ul" bisik Fathya sambil melihat ke arah cowok tersebut.
Aku tidak menjawab pernyataan tersebut, aku hanya menatapnya sinis.

"Mau ngomong apa?" tanya ku tanpa basa basi.
"Gue cuman mau minta maaf soal tadi, maaf ya!" kata cowok itu sambil mengulurkan tangannya.
"Iya sans, udah gue maafin" aku pun membalas genggamannya.
"Eh bentar, nama gue Sultan, lo Aulia kan? salken yaaa!" kata dia sok akrab.
Aku hanya mengangguk.
"Boleh minta Id Line atau nomer telfon gak?" katanya dengan santai.
"Hah?" kataku sambil menaikkan satu alis.
"Id line lo apa? siapa tau kita bisa ngobrol trus jadi temen deh!" katanya cengengesan.
"Id line gue Auliadina" entah kenapa aku merasa canggung aku pun langsung meninggalkan dia dari koridor.

Aku merasa aneh karena meninggalkannya di koridor begitu saja, entah mengapa aku merasa malu pada diriku sendiri. Mengapa aku merasa canggung? Dia hanya meminta berkenalan, lalu meminta id line tidak lebih.

Sampai di kantin aku pun langsung disambut dengan berbagai macam pertanyaan, karena malas menjawab pertanyaan pertanyaan mereka yang terlalu berlebihan aku pun langsung pergi untuk memesan makanan. Aku memilih untuk membeli bakso bu'de, bakso satu satunya yang berada di kantin sekolah. Saat aku sampai di depan gerobak bakso bu'de lagi lagi aku pun bertemu dengannya. Dia, Sultan yang menabraku tadi siang dan mengajakku berkenalan beberapa menit yang lalu. Akupun langsung mengingat kejadian di koridor tadi, saat aku langsung meninggalkannya begitu saja. Aneh, ya itu diriku beberapa menit yang lalu.
"Hai ul, makan bakso juga? Kenapa tadi langsung pergi? Padahal mau ngajak ke kantin bareng" katanya tiba tiba yang langsung berada di sebelahku.

Deggg!

Dia menanyakan hal itu. Aduh aku harus menjawab apa? Mengapa pikiranku mentok karena kejadian tadi? dasar!!! Aulia kok jadi aneh gini sih yaampun! aku menggerutu dalam hati lalu aku tersenyum tipis kepadanya.
"Oohh" kataku berusaha menutupi rasa aneh ini.
"Oohh doang? jutek amat".
"Hmmm..".

My MistakesWhere stories live. Discover now