Empat

20 0 0
                                    

"Aulia! Gua duluan yaa!" kata Lintang yang sudah siap duduk di jok belakang Vespa milik Rakha.
"Duluan ul!" sambung Rakha dan membunyikan klaskson miliknya.

Aku menunggu setengah jam di pos satpam sekolahku, menunggu supir yang menjemputku, tapi tidak kunjung datang dan setelah menunggu beberapa menit kemudian, Sultan menghampiriku.
"Lah? Belom balik ul?".
Aku hanya menggelengkan kepala.
"Bareng gue aja yuk, ini udah sore banget" katanya sambil melihat ke arah langit.
Aku pun ikut melihat ke arah langit,
langit sudah menunjukkan warna jingganya.
Lalu aku melihat ke arah sekitar, tidak ada satupun mobil yang menyerupai milikku.
"Hufttt! mungkin mama lupa untuk memberi tahu bahwa aku tidak jadi rapat hari ini" batinku.
Aku pun menerima tawarannya.
Dia tersenyum tipis, manis. Tatapannya hangat, membuat perasaanku seketika nyaman saat dia menatapku. Dia menyuruhku menaiki motor sport miliknya.

Di tengah ramainya kendaraan, entah mengapa aku merasa canggung dengan posisi saat ini. Menatap punggungnya yang tepat di depanku. Ingin sekali aku memeluk erat punggungnya yang terlihat nyaman itu, pasti hangat rasanya! Seketika hayalanku buyar ketika seseorang kenatapku sinis dari motornya yang berada di sebrang sana. Aku pun langsung mengalihkan pandanganku, Kak Sultan pun curiga atas kepanikkanku.
"Kok panik?" tanyanya spontan.
Aku yang sedang panik bertambah panik karena pertanyaan yang dilontarkan olehnya.
"Pasti dia melihat dari kaca spion!" batinku
"Hah? Sok tau! Siapa yang panik?" aku menjawab dengan gugup.
"Hahahaha, muka lo ketara kalau lagi panik ul!".
Aku pun langsung menundukkan wajahku.
"Lo laper gak? Makan dulu yuk?" ajaknya dengan penuh perhatian.
"Dimana?".
"McDonald aja yuk?".
"Yaudah".

Beberapa menit kemudian aku pun sampai, aku mengalihkan pandanganku ketika dia menatapku lekat. Saat aku sudah masuk, aku langsung memesan makanan dan meninggalkannya yang sedang memesan makanan. Dia menghampiriku, dan untuk ke sekian kalinya dia tersenyum tipis kepadaku.
Aku risih, merasa dia selalu melihat ke arahku, ya benar saja, tidak sekali atau dua kali dia tertangkap sedang melihat ke arahku. Rasanya aku ingin mencolok matanya, karena dia sudah membuatku merasa risih. Dia sukses memecahkan keheningan di antara kami, dan sukses membuat pipiku berubah warna menjadi merah muda karena perkataannya.
"Lo lucu kalau lagi salting!".
Aku hanya menatapnya lekat dan melanjutkan makanku.
"Pipi lo merah" katanya sambil tertawa meledek.
"Apaan sih! Makan aja kenapa sih! Gausah berisik!" kataku kesal sekaligus malu.
"Hmmm".

Setelah selesai makan, kami langsung menuju rumahku, tempat makan itu tidak jauh dari rumahku. Ya benar saja, lima belas menit kemudian aku sampai di depan rumahku.
"Makasih ya, maaf ngerepotin" kataku yang sudah berdiri di samping motornya.
"Hahahaha" tiba tiba dia tertawa lepas.
"Lah? Kok ketawa sih? Kan gua bilang makasih!" aku pun memasang muka jengkelku.
"Iya iya, lo manis kalau lagi baik!".
"Apaan sih!".
"Yaudah, gua balik ya, udah malem. Nanti jangan tidur malem malem ya! night ul" dia tersenyum kepadaku lalu langsung meninggalkanku.

Saat aku sudah masuk ke dalam rumah, berbagai macam pertanyaan pun dilontarkan dari kakakku yang sedang asik menonton tv.
"Siapa noh?".
"Cowo baru?".
"Pacar lo?".
Tanyanya dengan muka penasaran.
"Bawel lo!".
Aku menaiki tangga lalu masuk ke dalam kamar. Aku langsung menjatuhkan badanku ke atas ranjang empuk miliku.
Seketika ponselku berbunyi memberi satu notifikasi dari seseorang.
"Gue udah sampe rumah ya!".
Sultan, lagi lagi dia, huft! Coba saja dia tahu, bahwa aku tidak perduli dengan apa yang dia lakukan, Menyebalkan. Aku hanya membaca notifikasi tersebut dan langsung beranjak bangun untuk mandi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 06, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My MistakesWhere stories live. Discover now