#Author POV
Ting tong ...
Bel rumah berbunyi, membuyarkan keseriusan Shijiro saat memasak kari salmon. Ia mematikan elektro dan segera membukakan pintu. Shijiro celingak-celinguk tak melihat siapa yang menekan tombol bel tadi hingga melihat sebuah kardus basah akan cairan merah berbau amis meleber ke lantai teras.
"Eh? Perasaan aku tidak meminta donor darah. Jangan-jangan pecah lagi kantung darahnya." Shijiro segera membuka isi kardus itu. Seketika, raut wajahnya langsung memucat dan terduduk lemas seraya berjalan mundur. Ya, isi dari kardus tadi adalah kepala Youna. Shijiro langsung menutup pintu rapat-rapat seiring jantungnya yang berdegup kencang.
"Siapa yang ngirim kepala Youna? Kenapa bisa mati? Siapa yang memenggal kepala Youna?"
Beberapa pertanyaan terus ia ucapkan dalam hatinya. Shijiro kembali membuka pintunya dan mengambil isi dari kardus itu dengan tangan gemetar. Ia menatap wajah mengerikan Youna dengan sangat lama. Tanpa berpikir panjang, Shijiro segera mengambil sekup di gudang dan mengubur kepala Youna di halaman rumahnya, yang disusul dengan do' a.
Shijiro menghela napas berat. "Belakangan hari ini sangat mengerikan di sekolah." Dia menatap sepucuk surat di kotak surat, lalu mengambilnya.
Hai, Shijiro-senpai.
Aku harap kau suka dengan kado dariku, walaupun hari ini bukan ulang tahunmu. Aku sangat menyukaimu. Aku janji, aku akan mengakhiri hidup mereka yang menghalangi kita berdua.
Yuka Arisa
Seketika, wajahnya tampak pucat pasi dan panik. "Mana mungkin kalau yang menggal kepala Youna itu Yuka-chan. Ah, tidak mungkin. Ini pasti hanya ilusiku saja." batinnya. Tiba-tiba ...
Sleebb!! Dia merasakan sebuah jiwa masuk merasuki tubuhnya. Shijiro langsung menyengir lebar setelah lamanya dia berdiri lemas.
"Kau adalah sosok yang spesial, Yuka-chan."
****
Arisa' s House
18.50 PMBraakk!! Sang kakak Yuka menendang perut rampingnya hingga terpojok di sudut ruangan. Dia langsung mencengkeram rahang Yuka dengan kuat.
"Heh, Yuka. Jangan ganggu acara tunangan aku sama Shijiro ya. Kalau kau mau ikut, pakai pakaian seadanya saja. Mengerti?!" ucapnya dengan nada mengancam.
"I-iya, kak." kata Yuka lemas. Si kakak mengedor kepala Yuka ke dinding sampai keningnya berdarah sebelum pergi keluar dari kamarnya. Yuka bisa merasakan betapa sakitnya hidup bersama keluarga yang sudah tak ingin menyayanginya. Lalu, seseorang masuk ke kamar Yuka lewat jendela.
"Hai, Kawaii." sapanya. Yuka segera menatap orang yang menyapa dengan sebutan "Kawaii" tadi.
"Shijiro-senpai!" Yuka menghampiri Shijiro dengan senyum tipis yang menghiasi wajah pucatnya.
"Ingatlah, Yuka-chan. Bunuh, bunuhlah semua keluargamu. Mereka telah menganggapmu tiada. Jadi, untuk apa kamu merasa iba pada mereka?" ucap Shijiro sembari mengikat rambut Yuka yang putih. Dia mengambil pisau cutter yang dibawa Yuka tadi saat membunuh Youna di ruang teater, lalu memutus setiap helai rambut Yuka hingga ikatan rambutnya terlepas.
"Kau benar, Shijiro-senpai. Untuk apa aku harus merasa kasihan? Mereka juga susah menganggapku tiada." timpal Yuka. Berselang 15 menit, Shijiro telah mengubah penampilan girly Yuka menjadi seorang gadis yang boyish.
Shijiro menyerahkan pisau cutternya pada Yuka. "Bunuhlah semua keluargamu di sini." ucapnya menyeringai lebar, seiring tatapan membunuhnya yang merangsang sifat psikopat Yuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
iNSaNiTY✔
Mystery / ThrillerAku bisa melihat pria itu dibalik awan mendung. Ya, tampak jelas sekali dia tersenyum padaku. Dia adalah sosok yang selalu menemani hariku, sosok yang selalu menyemangatiku, dan sosok yang menjatuhkanku pada keberingasan. PSYCHoPaTHY Tapi kenapa ora...