Satu

70 5 0
                                    

Cinta bukanlah sesuatu yang kamu temukan. Tapi Cinta adalah sesuatu yang menemukan.

°°°

Author

"Sabilllllll.. tungguin gue dong, gue kan cape". Teriakan cowok itu tak di hiraukannya. Gadis itu masih berjalan lurus kedepan, dia sudah sangat kesel sudah hampir satu jam dia menunggu cowok itu.

"Sabillll". Tak berapa lama langkahan kaki cowok itu sejajar dengannya. Namun tak sedikitpun dia menoleh kearah cowok itu. Tatapan nya masih lurus kedepan, dengan tangan yang memegang ujung tali ranselnya.

"Sabil marah?" Kalimat itu terucap dengan nada manjanya, Salsa sudah menduga cowok itu pasti mengeluarkan jurus andalan nya.

"Menurut lo" Salsa masih berjalan lurus kearah lantai 2 parkiran sekolahnya.

"Maaff" sekali lagi cowok itu hanya menunduk, dia tau gadis yang berada disampingnya itu pasti sangat kesel dengannya.

Salsa memang sudah jadi kelemahan cowok itu. Bahkan gadis itu sudah menjadi prioritasnya.

"Cepetan!!!". Tama langsung gelabakan melihat ekspresi Salsa yang sepertinya sangat kesel dengan nya.

Tama langsung mengeluarkan motornya dari kerumunan motor motor siswa itu.

Salsa masih tetap berdiri menunggu Tama.

Motornya di lajukan nya kearah Salsa. Dan berhenti tepat di depan gadis itu.

Namun Tama tak langsung memasangkan helm ke gadis itu seperti biasa yang dia lakukan, Tama malah turun dari motornya. Lalu menunduk ke kaki Salsa.

Salsa POV

Kesel sihh, tapi sebenarnya gue gk tega ngeliat muka dia yang minta maaf mulu ke gue. Gue seneng ngerjain dia, seolah olah dia punya banyak salah ke gue. Jahat ya gue.

Gue mengulum senyum, pas dia nanya gue marah atau nggak. Padahal sih itu cuma hal sepele, buat apa juga gue marah. Dia telat juga pasti ada sesuatu. Ya tapi itu, gue suka ngeliat muka bersalah dia.

Gue berdiri di depan gerbang parkiran, menatap dia dari jauh yang masih berusaha ngeluarin motor dia. Setakut itu kah dia sama gue. Hahaha lucu sihh ngeliat muka dia kaya gitu.

Motor itu sudah melaju kearahku dan berhenti tepat di depanku, namun kali ini dia tak langsung memasangkan helm nya ke kepala ku seperti biasa yang dia lakukan. Dia malah turun dari motornya, lalu menunduk kearah kaki ku.

"Diam bentar"

Aku kaget, aku langsung diam.

Biasaaa. Namun terlihat istimewa, dia mengikat tali sepatu ku. Bahkan akupun tak tau klo tali sepatuku lepas.

"Gimana mau jalan kalo tali sepatu gini"

Dia masih berucap sambil mengikat tali sepatuku.

Aku? Aku bingung mau bicara apa. Benar sihh hal seperti ini bukan hanya sekarang kejadian nya. Sudah beberapa kali terjadi, tapi kalo dia dekat kaya gini terus sama gue, gue bisa bisa mati mendadak. Jantung gue sudah berdetak tak normal.

Mati gue. Kenapa sih nih anak selalu aja bisa ngelakuin yang buat gue seakan akan istimewa.

"Udah. Ayo"

Kali ini dia mengambil helmku, lalu memasangkan nya di kepalaku.

Aku masih bingung, mataku masih menatap kearah sepatuku.

Sepatu? Tali? Dan dia? Kok bikin gugup ya.

"Hey"

Lagi lagi dia membuatku mati.

"Hah apa?" Aku malah sepeti orang bloon.

"Ngelamunin apa sih? Ayo naik"

Dia udah diatas motornya? Sejak kapan? Kok gue baru nyadar.

Duhh salsaa, plis deh jangan bikin diri lo malu.

Aku langsung menaiki motor itu, dengan bantuan uluran tangannya.

"Dasar pendek" lagi lagi dia tersenyum.

Arghhh plis. Jangan bikin gue mati sekarang.

"Gue masih ngambek"

"Jangan dong. Gue beliin apa aja deh"

"Gk mau disogok"

Motor itu dijalankan nya dengan kecepatan normal.

Dia hanya tersenyum, senyumnya mengambang. Seperti ada sesuatu yang akan dia lakukan. Arghhh ngeselin, gue gagal bikin dia seolah olah bersalah.

Motor itu malah mengarah ke jalan yang tidak semestinya. Seharusnya ini jam pulang gue, dan sekarang dia malah ngajak gue yang entah kemana.

"Pliss jgn culik gue" Aku menghembuskan nafasku kasar ke arah bahunya.

"Siapa juga yg mau nyulik lo? Gk guna bngt". Lagi lagi dia hanya mengulum senyumnya

Sangat jelas terlihat di kaca spion motor itu.

"Ya wajar, kan gue imut"

"Imut?" Tawanya seketika pecah. Membuat aku memajukan bibir bawahku.

"Gue marah"

"Marah aja bilang"

Aku tak mau lagi merespon ucapan dia, ngeselin. Lagi lagi sekarang aku kalah debat sama dia.

Motor nya berhenti tepat di depan sebuah supermarket.

"Yakin mau disini aja" Wajah nya spontan di dekatnya dengan wajahku.

Aku hanya terdiam kaku, masih dengan wajahnya yang sangat dekat dengan wajahku.

"Mau ikut atau mau gue cium disini"

Mati gue. Kenapa harus kalimat itu yang dia ucapkan.

Aku langsung turun dari motornya. Sedangkan dia mengukir senyum kemenangan.

Menyebalkan. Kenapa selalu aku yang kalah debat dengannya.

Aku hanya mengekor di belakang nya.

Coklat. Dia mengarah ke arah deretan coklat coklat itu.

"Buat siapa?"

"Seseorang"

"Hmmm" Aku hanya mengangguk patuh mendengar ucapannya. Bahkan aku pun tak tau siapa seseorang yang dia maksud.

Setelah mengambil satu coklat Silverqueen dia berjalan menuju kasir dan membayarnya.

Aku dan Tama menaiki motornya. Motor itu berjalan pelan menyusuri kota.

--

Kamu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang