06. PINGSAN

41 3 0
                                    

Kadang aku mikir, apa akan seterusnya aku akan menjaga kamu.

Salsa dan Rama berjalan menelusuri koridor sekolah, seperti biasa beberapa pasang mata selalu melihat kearah mereka. Bahkan ada yang menggosipkan mereka berdua pacaran karna terlalu sering berdua.

"Gue ke kelas ya. Belajar yg bener!! Jgn mainin hp mulu" Rama selalu saja berucap seperti itu, tak lupa dengan elusan lembut di pucuk kepala salsa sebelum ia meninggalkan salsa dan memasuki kelas masing masing.

"Siap pak bos" lalu salsa mengangkat tangan nya seperti hormat.

"Oh iya upacara dulu, aku langsung ke UKS aja ya" Salsa hanya merespon nya dengan anggukan kecil.

Upacara segera dimulai, namun Salsa masih berdiri di depan pintu kelasnya. Masih menunggu teman sebangkunya yang dari tadi mengobrak abrik tas nya mencari sebuah benda yang selalu saja menghilang seketika ketika situasi upacara seperti ini.

"Ody, cepetan dong. Belum nemu jga ya tuh topi?" Salsa sudah menekuk wajahnya, sudah berapa menit dia menunggu melody mencari topinya.

"Udah. Di bawah meja. Hehee" cengiran melody membuat Salsa menepuk dahinya.

"Demi apa lo nyari tuh benda lama lama dan lo lupa naruhnya?" Lagi lagi Salsa berucap dengan emosinya.

"Hehee maaf ca"

"Yaudah ayo kelapangan" Salsa menarik melody berlari ketengah lapangan.

Namun karna banyaknya siswa siswi yang berdesakkan. Membuat mereka berdua berada dalam kerumunan itu.

Salsa beberapa kali menarik nafasnya perlahan lalu menghembuskannya, nafasnya terasa terlalu berat.

Seketika badan nya terasa lemas, penglihatannya memudar. Nafasnya terasa sangat sesak.

Brukk

"Cacaaaa, tolonggggg" Melody yang tadinya menggenggam tangan Salsa dengan erat. Lalu refleks berteriak ketika melihat sahabatnya itu jatuh tergelatak dilantai.

Rama menyipitkan matanya. Dia mendengar jelas. Itu suara Melody, lalu ia berlari ke arah kerumunan siswa siswi itu.

"Minggirrr, biar gue yang bawa" Rama masih berusaha menerobos kerumunan itu, namun tak ada satu pun yg menghiraukan nya.

"GUE BILANG MINGGIR YA MINGGIR, GA ADA YANG DENGER YA" teriakan itu menjadi pusat perhatian siswa siswi yang berada disana. Dan langsung memberi luang untuk dia berjalan.

Rama tak banyak bicara, dia langsung menggendong Salsa.

"Nih ram" beberapa anak PMR datang lalu menawarkan tandu ke arah Rama.

"Gk usah, gue bisa sendiri" ucapnya seketika, lalu berjalan meninggalkan tempat itu.

Nafas Salsa masih tak beraturan. Matanya masih tertutup rapat, namun nafasnya masih tak bisa di kontrol.

"Abel harus bertahan" Rama menatap wajah gadis yang ada di pangkuan nya itu dengan khawatir.

Dada salsa naik turun dengan jelas. Nafasnya terasa sangat sesak.

Lalu Rama menaruh salsa di kasur yang ada di UKS.

"Tukaran tugas ya fer. Biar gue yg jaga disini, lo ke lapangan aja" ucap Rama.

Ferdy yg tadi nya tugas jaga ruangan kini mengangguk lalu mengambil jas PMR nya, lalu iya berlari ke lapangan.

Rama mengambil inhaler di dalam tasnya. Inhaler memang sengaja dia beli hanya untuk Salsa.

Di tekannya inhaler itu di mulut Salsa. Perlahan salsa menghirupnya.

Salsa melihat sorot mata itu. Matanya memerah, air mata di mata cowok yang sedang berada disampingnya itu ingin jatuh.

Lalu salsa mengusap pipi cowok itu dengan pelan.

"Cengeng" lalu ia tersenyum kearah cowok itu.

Rama hanya cemberut.

Lalu ia berucap perlahan "Lo tau gak sih, hal yang paling gue takutin di dunia ini."

"Apa?" Tanya salsa, tangan nya masih digenggam erat oleh Rama yang ditaruhnya dipipinya.

"Ngeliat lo kayak tadi."

"Biasa aja kali ram. Biasanya kan emang kek gitu"

"Makanya jangan masuk di kerumunan orang banyak. Jadinya kan gini"

"Nyalahin gue ya!" Salsa menarik kasar tangan nya lalu wajahnya berubah seperti orang merajuk.

"Ehh enggk enggk" Rama menampilkan sederet giginya.

Keadaan seketika menjadi hening. Genggaman tangan itu masih di genggam Rama.

"Ram" Salsa berbicara memandang langit langit ruangan itu.

"Hmm" ucapan itu hanya dibalas Rama dengan berdehem pelan.

"Lo pernah mikir gk, kalo hidup gue gk berlangsung lama"

Tangan rama seketika terulur mengelus lembut pipi Salsa.

"Kok Abel ngomongnya kyak gitu. Rama marah nih"

"ihhhh lebay. Jijik gue dengarnya."

Tawa Salsa seketika pecah.

"Malah ketawa" Rama menampilkan wajah cemberutnya.

Upacara selesai. Siswa kembali memasuki kelasnya masing masing.

Rama yang tadi nya duduk di meja ruangan pmr mengisi data data pasien yang hari ini pingsan. Meninggalkan Salsa yang melelapkan matanya sebentar di kasur uks.

Lalu Salsa terbangun mendengar ricuhnya suasana diluar, karna banyaknya siswa siswi berlalu lalang untuk kembali ke kelasnya.

"Ram" ucapan itu diucapkannya begitu lembut.

"Iya sayang. Bentar" Rama masih berkutik dengan laptopnya.

"Pengen balik ke kelas" lalu Salsa berucap lagi. Sambil memainkan jarinya.

"Iyaaaa. Nanti Rama antar"

Lalu Rama menutup laptopnya, berjalan kearah kasur yang sekarang ditempati salsa.

"Ayo" Rama memegangi bahu Salsa.

"Bisa jalan sendiri kok" ucap salsa lagi.

"Iya iyaa. Tungguin ya" Rama berlari keluar dari ruangan itu.

Aneh. Katanya mau nganterin, tapi kok malah ngilang.

"Ayo" Rama sudah siap di depan pintu uks, dengan sepatu Salsa yang berada disampingnya.

Rama yang mengambilkan sepatu itu yang mulanya berada di rak sepatu, lalu sudah siap untuk di pasang lagi di kaki Salsa.

Senyum Salsa terukir lembut. Dia masih tak menduga kalo Rama melakukan itu.

Kamu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang