~Happy Reading~
###"Arzan"
"Hai Ra, istirahat bareng yuk," seraya mengeluarkan cengiran khasnya yang membuat siapa saja yang melihatnya akan terpaku.
'Arzan ngajakin istirahat bareng? Kesambet apa nih bocah, nggak biasanya kayak gini.' Batinku berbicara.
"Tumben ngajakin istirahat bareng, ada apa nih?" Jawabku seadanya.
"Eh, nggak ada apa-apa kok, cuma pengen istirahat bareng lu doang, mau nggak?" Ia menggaruk tengkuknya yang menurutku tidak gatal sama sekali.
'Kalau aku setujuin gimana nasib si Bella, tapi kalau nggak di setujuin rugi juga, dia jarang banget kayak gini, jadi harus manfaatin kesempatan yang ada.' Batinku berkata kembali.
"Tapi si Bella gimana ya, eh Bell lu mau bareng gue nggak ke kantinnya?" aku mengkode Bella dengan mengedipkan mata agar Bella mengerti dengan keadaanku sekarang.
"Ehm, gue ke kantinnya bareng si Siti aja deh, lu duluan aja," thanks Bell kamu memang sahabat yang paling the best deh.
###
Oh ya, Arzan itu temanku semasa MOS dulu, dia adalah satu-satunya orang yang masih dekat denganku walaupun berbeda kelas. Menurutku Arzan sebelas dua belas dengan kakak ku di sekolah ini, karena banyak sekali siswi-siswi yang memperlakukan dia layaknya artis, mulai dari fotbar, minta TTD, dan ngasih barang-barang yang pada umumnya fans ngasih ke idolanya.
"Ra, lu mau pesen apa? Sekalian nih, gue mau beli batagor," kata Arzan setelah aku mendudukan diri di meja kantin. Aku menoleh dengan dahi mengernyit. Mau pesan apa, ya?
"Siomay aja, deh," kataku akhirnya. Arzan mengangguk kemudian berlalu ke warungnya Bu Mud-Ibu Muda.
Saat sedang memerhatikan beberapa teman kelas yang sedang hilir mudik di kantin, notifikasi Instagram di handphone mengejutkanku.
Aku segera merogoh kantung seragam dan mengambil handphone-ku lalu mengecek icon DM di akun Instagram yang menampilkan sebuah message.
Huh! Cuma dari Milla. Kirain siapa.
Ketika aku melihat-lihat wall, aku tersenyum senang. Asyik, ada snapgram-nya Martin .Liat, ah!
Aku mengetuk icon tersebut dan menampilkan Martin yang sedang berjalan di trotoar.
"Despacito, na na na na na na pacito, hmm hmm hmm al oido."
"Ahahah. It's so hard to say the lyrics."
"Awwww, lucu banget," itulah reaksiku ketika melihatnya yang tidak bisa mengikuti lirik lagu Despacito tersebut.
"Siapa yang lucu Ra?" tanya Arzan mengagetkanku yang sedang fokus melihat hp.
"ehm, enggak, ini ada temen nge-post foto kucing lucu banget," kataku berbohong. Tidak mungkin kan aku cerita tentang Martin kepada Arzan.
"Oh, kirain siapa. Nih Siomay nya, abisin yak, ini gue yang bayarin kok tenang aja." Ia menyerahkan semangkuk Siomay yang penuh dengan bumbu kacang, lengkap dengan air mineralnya.
"Wuihh, yang sering-sering aja lu kayak gini, pasti gue seneng pake banget malah," kataku dengan mata berbinar. Soal makan gratis pasti kalian tau aku urutan keberapa, dan aku pastikan kalian juga akan sama sepertiku.
Arzan hanya menanggapinya dengan kekehan. Wow seorang Razita Zafarani mendapat kekehan dari seorang Arzan Kinza Ravindra, it's so awesome. Dia senyum saja itu suatu keberkahan.
Setelah selesai makan, kami kembali ke kelas, tentu saja karena bel terkutuk itu. Tidak bisakah waktu lebih lama lagi membiarkanku bersama Arzan, ini sangat menyebalkan. But wait Razi, kenapa kamu jadi bertingkah seperti ini, apa kamu menyukainya?###
"Ra, nanti sore gue kerumah lu yak," ucap Bella ketika bel pulang sekolah berbunyi.
"Mau ngapain lu, ngecengin kakak gue?" tanyaku sembari menyenggol lengannya.
Yang ditanya bukannya menjawab malah menunduk malu dan pipinya merah merona, uh dia ini selalu saja.
"Bye calon adik ipar, hati-hati di jalan, salam juga buat kak Daniel." Ucap Bella seraya berlari meninggalkan kelas.
"Kampret lu Bell." Umpatku kesal padanya.
Aku berjalan menyusuri koridor sekolah untuk menuju gerbang depan. Tak disangka, aku bertemu seseorang di sana.
"Belum pulang Ra?" tanya seseorang tersebut.
"Eh, iya nih, lu sendiri belum pulang Zan?" jawabku kikuk. Pasalnya hanya kami berdua yang berada di sana, ya aku dan Arzan, yang lain? Entah kemana perginya mereka semua, seketika hilang seperti ditelan bumi.
"Kalo gue karena ada ekskul basket. Oh ya tadi gue liat kak Dani di pos satpam, kayaknya nungguin lu deh."
"Oh, yaudah gue duluan yak, kasian kak Dani nunggu lama."
Baru berjalan beberapa langkah, tanganku ditarik olehnya.
Deg.
"Malam minggu ini ada acara nggak?" tanya Arzan masih tetap dengan memegang tanganku.
Karena aku gugup dengan sikapnya yang berubah drastis, aku hanya menggelengkan kepalaku seraya menatap matanya.
"Oke, bagus kalo gitu. Besok gue jemput jam tujuh di rumah lu, nggak ada kata penolakan."
Ia meninggalkanku dengan keadaan terpaku. Hei tentu saja, ini sifat Arzan yang sangat langka. Tapi, tadi apa dia bilang 'tidak ada kata penolakan' lalu bagaimana aku menolak, dia saja tidak membiarkanku untuk berbicara. Eh, kali saja dia mau mentraktirku lagi, kan lumayan. Aissh Razi, pikiranmu hanyalah makanan gratis saja.###
"Tante Rani, Razitanya ada?" Itu pasti suara Bella.
"Ada kok, tapi kamu kesini mau nyari Razi apa Dani, hayo?" Ah ibuku itu walaupun sudah tua selera humornya masih saja tetap tinggi.
Aku yang mendengar percakapan mereka dari dapur langsung berlari menuju ke ruang tamu, pasti sudah telat melihat rona wajah Bella yang seperti tomat merah itu, tak apalah lagian kasian juga jika Bella terus saja digoda oleh ibuku, bisa-bisa seluruh tubuhnya akan berubah menjadi tomat merah, dan aku akan memasaknya bersama cabai, jadilah sambal ala Razita. Oh Bella maafkan sahabatmu yang durhaka ini.
"Eh Ra, gila yak, kok nyokap lo tau kalo gue kesini buat liat anak cowoknya, atau jangan-jangan lu ngasih tau ke nyokap lu soal itu?" Tuduhnya ketika kami sudah berada di kamarku.
"Eits, enak aja lu nuduh gue, ada juga lu kali yang sering ngobrol sama nyokap gue tentang kak Dani." Jawabku sebal karena dituduh seperti itu.
"Ehehehe, lupa gue," ucapnya cengengesan.
"Btw, kakak lu mana? Kok gue nggak liat batang hidungnya yak dari tadi," sambungnya lagi.
"Tadi siang dia cuma nganterin gue pulang doang, terus balik lagi ke sekolah." Jawabku acuh.
"Lah ngapain, nggak bosen apa yak, gue aja bosen, pemandangan di sekolah gitu-gitu aja, nggak ada yang menarik. Kecuali ada kakak lu plus cogan yang bikin gue tertarik liat tuh pemandangan." Kan mulai lagi alay nya.
"Pikiran lu tentang cowok mulu, pikirin tuh nilai lu yang anjlok. Kakak gue lagi ekskul basket, hari ini jadwalnya tuh ekskul, bentar lagi juga pulang, dan ini tuh yak udah puluhan kali gue ngomong ke lu kalo setiap seminggu tiga kali kakak gue ekskul basket, lu mah pikunnya kebangetan Bell," ucapku jengah dengan sikapnya yang kelewat pikun.
"Sorry kali Ra, gitu aja ngambek." Rayunya dengan mencolek-colek daguku sambil memuji-muji betapa cantiknya aku sore ini, tapi menurutku itu lebih terdengar mengejekku, pasalnya sore ini aku hanya mengenakan celana pendek dan baju longgarku tidak lupa dengan rambut yang hanya aku cepol sembarangan.
"Ngejek gue, lu yak."
"Nah, lu tauk, jadi gue nggak usah ngejelasin lagi kan ya," ia terkekeh dan langsung menghaburkan badannya ke kasur kesayanganku.
"Sahabat durhaka lu, Bell." Ini anak sangat menyebalkan.
"Ra, gue haus nih, ambilin minum kek." Hei, emang aku ini babunya apa.
"Ra, lu denger nggak sih, lu tuh sebenernya harus nurut sama calon kakak ipar sendiri," mulailah drama alay-alaynya, bilanglah harus jadi adik yang baik, nurut apa kata orang tua, tapi kelakuan dia sendiri malah seperti itu, kalian pasti taulah bagaimana.
"Iya, calon kakak iparku, di tunggu sebentar yaa," ucapku dengan nada yang dibuat-buat.____________________________________
Hello..
Maaf ya lama updatenya, tadinya sibuk ada UKK ehhh keterusan jadi males dehh😂😆
Maaf juga kalo typo bertebaran, kosa kata masih belum bener. Semoga suka yahh di chapter ini.
Please, jangan jadi siders.
Vomment, OK!!!
Btw, yg di mulmed itu Arzan Kinza Ravindra yahh
Thanks😘😍
16 Juli 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger to be Love
Teen FictionCinta yang berawal dari aplikasi media sosial, mempertemukan seorang cewek dengan pangerannya. Bermula dari si cewek yang menemukan nickname seorang cowok yang menurutnya tampan di aplikasi Instagram-nya. Ia langsung mengikuti akun si cowok yang sam...