Duabelas

1K 157 17
                                    

Note : Lebih seru dengerin sambil baca ☝☝

Hanbin POV

Stress berat menimpa ku..

Aku harus menerima kematian Jinny dengan ikhlas..

Tapi banyak sekali hal yang tidak masuk diakal terjadi, bagaimana mungkin ia bisa meminjam tubuh Jinan untuk menemui ku?

Ku akui, aku memang merasa sedikit senang, setidaknya kami masih bisa berinteraksi satu sama lain.

Namun aku juga sadar bahwa apa yang Jinny lakukan ini salah dan dapat melukai Jinan.

Ahhh Jinan.. Pria itu..

Aku yang sedang mengemudi langsung menurunkan kaca mobil untuk menghirup udara segar, mengingat namanya saja membuat nafas ku sesak..

Terlebih lagi jika mengingat saat ia memanggil ku byuntaee! Berani-beraninya ia menyebut ku seperti itu?

Cihh..

Ia bahkan tidak menolak ciuman ku, bagaimana bisa aku di sebut byuntae?

Dasar boncel tidak tau diri..

Wuahh.. mengingatnya benar-benar membuat ku naik darah!

Jinny pasti sangat menderita memiliki saudara kembar yang cerewet seperti seorang ajumma..

Ckck, ia bahkan tidak terlalu tampan! Wajahnya yang mungil mengalahkan wajah wanita pada umumnya!

Seharusnya ia mengenakan rok mini dan baju berwarna pink agar terlihat lebih cantik haha.

cccrrrttttt

Aku meninjak pedal rem saat ku lihat Jinan tengah berjalan mengendap tepat di depan mobil yang ku kendarai.

Tiittttttttttt

Suara klakson yang ku tekan dengan kuat berhasil membuatnya terkejut, terlihat jelas dari pergerakan bibir ia tengah mengumpati ku.

Ku turunkan lagi kaca mobil saat pria mungil itu menghampiri, aku terkekeh dan membuka sunglasses yang ku kenakan.

"Annyeong.."

Ucap ku sembari mengedipkan mata ke arahnya.

Ia menatap ku intens, mimik wajahnya terlihat seperti macan yang siap menerka mangsa.

"Brengsek kau Kim Hanbin! Mau mati huh?"

Nada bicaranya yang kasar justru terdengar lucu, aku melebarkan senyuman, menyiapkan beberapa kata untuk mengejeknya lagi.

Belum sempat ku sebutkan kata itu, Jinan lebih dulu masuk dengan tergesa-gesa, duduk di kursi bagian belakang sembari menyembunyikan badannya namun sedikit mengintip ke arah depan.

"Hyaa.. Apa yang kau la.."

"Ssstttt.."

Ia meletakkan jari tepat di depan bibirnya, meminta ku untuk berhenti berbicara.

Aku yang memang penasaran mengikuti ke mana arah pandangannya pergi.

June..

Ia sedang memperhatikan June..

Entah kenapa ini membuat ku jengkel.

"Akhh hampir saja.."

Aku dapat melihat dari kaca mobil bahwa pria boncel itu tengah bernafas lega saat June menghilang dari pandangan kami, ia memegang pintu berniat untuk membuka tapi kaki ku lebih dulu menginjak pedal gas membawanya melaju meninggalkan tempat itu.

TWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang