Tigabelas

1K 155 7
                                    

Setelah hari itu Jinan Dan Hanbin berkerja sama guna memantau pergerakan June.

Mereka bahkan mencari beberapa bukti bahwa adik tiri dari Kim Hanbin itu sering menemui Jinny tanpa sepengetahuan mereka.

"Ya.. Ku rasa aku telah di permainkan oleh June.. Bagaimana bisa ia menipuku.."

Jinan yang tengah menyantap jajangmyeon itu meletakan chopsticks nya, berbicara serius pada orang yang juga menikmati makanan serupa di hadapnya.

"Itu karna kau terlalu bodoh.."

Sontak Jinan tersedak mendengar jawaban singkat yang cukup membuatnya terkejut, sial, ia selalu naik darah jika berbicara dengan pria bermarga Kim ini.

"Ckck, bodoh kata mu? Setidaknya aku di terima di Universitas Negri Seoul, sedangkan kau? Bergumul pada tempat buangan itu, pantas saja kau tak mengetahui apa yang telah di lakukan adik mu sendiri, nyatanya June dan aku setingkat lebih pintar!"

Ia meletak gelasnya kasar setelah menengak habis air yang berada di sana, memulai percakapan mematikan karna Hanbin yang menginginkan itu terjadi.

"Akhh"

Hanbin memukul kepala Jinan dengan chopsticks yang ia gunakan secara pelan. Ia bahkan menunjukan jari telunjuk dan tengahnya seakan ingin mencolok mata pria mungil itu.

"Hya.. Aku masuk ke universitas buangan itu karna pilihan ku.. Buktinya aku mendapatkan beasiswa hingga menyelesaikan S2 ku di Amerika" gumamnya lagi lalu menyantap kembali jajangmyeon yang sudah mendingin.

"Dan, aku sangat bersyukur karna dengan masuknya aku di sana aku mengenal orang sebaik Jinny.."

Entah apa yang salah dari kalimat Hanbin, yang jelas ia dan Jinan enggan mengeluarkan suara untuk beberapa detik.

"Huhhh, Jinny-ahh kau di mana.."

Jinan menghela nafas lalu bersandar pada sandaran bangku, sudah beberapa hari ini ia tak melihat adiknya, walaupun ia marah karna Jinny memakai tubuhnya tanpa ijin, naluri seorang kakak akan tetap mengkhawatirkan sang adik.

Di sisi lain, Hanbin mengontrol rasa sedih dengan membolak-balikkan data yang mereka terima tentang June, jujur ia sangat terpukul, hanya saja ia tak ingin menampakkan kesedihannya di hadapan Jinan.

Namun ada satu hal yang menarik perhatian, secara tak sengaja ia menemukan bukti bahwa June ada bersama Jinny tepat sebelum gadis yang ia cintai itu meninggal.

"Jinan-shi.."

Jinan mengerling ke arah Hanbin yang bersuara, ia menaikan alisnya sebagai respon.

"Kapan tepatnya tanggal kematian Jinny?"

Hanbin menyelidik karna merasa tak yakin dengan apa yang ia lihat.

"12 April.. Hya, bagaimana bisa kau tidak mengetahui itu?"

Braaakkkkk

Jinan yang baru saja menyelesaikan kalimatnya tersentak saat Hanbin membanting meja, terlihat jelas bahwa lawan bicaranya itu tengah menahan amarah.

"June.. Aku akan membunuhnya!!"

Hanbin mengepalkan tangannya, wajahnya memerah, tatapannya pun berubah, hal ini membuat Jinan sedikit panik, ia bahkan tak tau apa yang sebenarnya terjadi, dengan segera Jinan merampas kertas yang tengah Hanbin genggam, membacanya dengan teliti hingga pria mungil itu pun sama terkejutnya dengan Hanbin yang menemukan lebih awal.

"Ju.. June? Ada di tempat kejadian itu?"

Jinan tersungkur, lututnya melemas, bagaimana bisa? Dan mengapa June menyembunyikan informasi penting seperti ini dari dirinya?

TWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang