9

86 20 0
                                    

Keheningan seketika tercipta seusai kalimat itu aku lontarkan kepada kak Kevin. Dia seakan mengerti apa yang aku rasakan dan tidak ingin mencoba mencari tahu lebih lagi tentang yang terjadi pada ku saat ini. Mungkin dia mengerti, bahwa bertanya ketika suasana hati sedang bersedih hanyalah akan menjadi pertanyaan yang sia sia. Aku sendiri juga tidak tahu mengapa aku mau melontar kan kalimat itu, hatiku berkata bahwa kak Kevin bisa menjadi tempat ceritaku yang pas selain kawan kawan ku.

Setelah 30menit perjalanan, akhirnya aku sampai dirumah. Kak Kevin langsung pamit pulang tanpa singgah terlebih dahulu. Aku langsung masuk kerumah dan melihat adik ku sedang tidur siang pulas. Aku memutuskan untuk istirahat dan melepas semua kepenatan.

.....

Malam ini terasa berbeda dengan malam sebelumnya, jika malam sebelumnya terasa sepi. Malam ini terasa sangat ramai, bukan ramai sebenarnya tetapi gaduh. Karena mama dan papa sedang adu mulut. Aku sendiri tidak tahu apa yang dipermasalahkan. Aku merasa suntuk mendengarkan suara mereka yang dari tadi tidak berhenti henti. Sesekali adik kecil ku bertanya apa yang terjadi dan setelah helaan nafas yang panjang aku hanya menjawab mama dan papa sedang latihan percakapan untuk tugas kantor. Dia masih terlalu kecil untuk tahu bahwa mama dan papa sedang berantam.

Lambat laun suara itu hilang, dan menyisakan sedikit suara isakan tangis mama. Aku bingung, dan takut tentang yang terjadi saat ini. Apa mungkin semua yang ada dimimpi itu benar akan terjadi? Hanya itu kalimat yang sedari tadi berputar putar di kepala ku.

.....

"Anak anak, hari ini ibu akan mengadakan ujian dadakan, dan ujiannya adalah membuat puisi dan membacakan di depan kelas. Tema puisinya bebas" Kalimat bu Leti membuat seisi kelas mengeluh, terkecuali aku. Aku sangat senang nulis puisi, bagiku puisi dan sajak adalah ungkapan rasa yang tidak pernah terlisankan.

Setengah jam berfikir, akhirnya aku menyelesaikan puisi tersebut dengan puas. Aku tidak tahu mengapa aku memilih tema ini dan rasanya puisi ini sangat cocok untuk ku. Aku melirik ke arah teman temanku dan mendapati mereka juga sudah selesai membuat puisinya. Aku memutuskan untuk maju kedepan.

"Bu saya sudah siap"
"Oke Fiya silahkan baca puisi kamu"

Sampai kapan aku begini?
Hidup dalam jeratan pertengkaran
Tidak pernah usai dan selalu terdengar gaduh
Aku kira aku bisa tangguh melewati semua ini
Ternyata aku rapuh.

Sampai kapan hidupku begini?
Tidak bisa berbuat banyak saat mengetahui sebuah fakta menyakitkan
Tidak bisa melakukan apa apa saat melihat bidadari tanpa sayapku berlinangan air mata

Tidak ada lagi bahagia yang menjadi nyata,
Semua kedamaian dalam rumah hanya ilusi saja.
Tidak ada lagi tempat yang bisa dibilang rumah,
Karena tempat yang ku anggap rumah, tidak pantas lagi disebut rumah.

Aku ingin berteriak kepadanya,
Tetapi apa akan di dengar?
Aku ingin menjerit dihadapannya,
Tetapi apa akan di gubris?

Bidadari tanpa sayapku sangat kuat,
Berkali kali kaki dan badannya terhempas karena luka
Dia tetap saja mampu berdiri tegak dan bertahan.
Saat ku tanya alasan dia bertahan apa
Dan jawabannya hanya satu; karena kami,anak anaknya.

Tidak terasa, air mata ku jatuh dengan sendirinya. Saat aku mengusapnya dan memperhatikan sekelilingku ternyata bu Leti dan beberapa kawanku juga meneteskan ajr mata.

"Fiya puisi kamu sangat bagus" Puji Bu Leti
"Terimakasih bu"

.....

There is no homeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang