"Yak, Axel mengoper kearah Gilang, Gilang mengoper kearah Reyhan, Reyhan menendang dannnnn GOOOOOLLLL!!!!! 3-1 buat Universitas Merdeka!" Lapangan Universitas Merdeka bergemuruh, dengan sorakkan para penyemangat dari kubu Universitas Merdeka. Sementara, ada beberapa penggemar dari Universitas TD yang berteriak menyemangati timnya ada juga yang hanya diam karena tegang.
Dara termasuk pendukung yang tegang, bukan dari Universitas TD melainkan Universitas Merdeka -kampusnya sendiri- Dara hanya diam, dengan mata yang sibuk mengikuti arah bola bergulir. Tiba-tiba rusuknya disikut heboh oleh Gina.
"Dar! Dar! Dar! Axel tuh Dar!" Dara menoleh kearah Gina yang heboh menunjuk-nunjuk kearah lapangan.
"Apasih Gin?" tanyanya heran.
"Itu liat! Axel jatoh, Daraaaa!" seru Gina heboh, mata Dara langsung mengarah ke lapangan, dan mencari sosok Axel dilapangan. Ia menemukan Axel yang sedang terkapar sambil memegangi dengkulnya. Terlihat beberapa tim medis berlari menghampirinya. Mata Dara tidak bisa berhenti menatap Axel, sampai ia dibawa keluar lapangan dan digantikan oleh Nino.
"Lo khawatir, Dar? Kalo khawatir, samperin sana ke bench." kata Gina, sambil menatap Dara yang masih belum berpaling dari Axel.
"Nggak. Dia udah biasa jatoh kok, Gin. Gak khawatir gue. Cuma itu yang tim medis emang ada ceweknya ya? Seinget gue dari dulu biasanya medis laki semua." ujar Dara, agak heran.
"Iya, Dar. Ada. Kalo yang gotong-gotong emang laki. Tapi yang ngobatin ada ceweknya kok." jawab Gina, Dara hanya mangut-mangut.
💗💗💗
"Dara!" Axel melambaikan tangannya kearah Dara, yang berjalan kearahnya dengan membawa sebotol air mineral dingin. "Udah makan kamu?"
"Kenapa nanya-nanya? Kalo belom biar aku disuruh traktir kamu makan kan?" tanya Dara, sambil duduk disebelah Axel yang tertawa geli.
"Kamu tuh emang pantes banget jadi anak Pak Handoko, yang serba tau. Top banget deh." Axel mengacungkan jempolnya kearah Dara, yang meliriknya sebal. "Yaudah sekarang, kamu yang aku traktir deh. Secara aku lagi hepi karena menang. Haha."
Dara menatap kaki kiri Axel yang diperban, sepertinya ia cidera hingga harus diperban seperti itu. "Kaki kamu, gapapa?" tanya Dara sambil menatap kearah tulang kering Axel.
"Gapapa. Manjanya doang ini kumat. Biasa, minta perhatian." sahut Axel ringan.
"Seriusan? Kok sampe diperban gitu? Biasanya luka doangan." tanya Dara, sedikit cemas. Axel menatap Dara sambil tersenyum kecil.
"Dara." panggil nya pelan, Dara menengok.
"Hah?"
"Kamu ngomong sama aku ato sama kaki aku? Kalo ngomong sama aku, muka aku di sini." kata Axel sambil menarik wajah Dara naik, berhadapan dengan muka nya. "Kalo kamu ngomong sama kaki aku, yaudah ngomong deh." Axel langsung mengeser badan nya menjauhi Dara, dan melonjorkan kaki nya di atas bangku panjang antara Dara dan dia. Dara menatap Axel sebal.
"Kamu boleh ngomong sama kaki aku, tapi jangan bungkuk-bungkuk gitu. Walopun kamu memang kayak nenek-nenek, aku kesian aja sama rumput lapangan ini kalo harus denger suara cempreng kamu sedeket itu. Bisa pecah gendang telinga nya." ujar Axel, dengan wajah serius. Membuat Dara menarik napasnya.
"OH, oke. Berarti kamu baik-baik aja ya. Ayuk makan." Dara langsung menarik pelan kaki Axel yang di perban, ia tidak berani menarik kencang walaupun ia kesal pada lelaki satu ini. Karena ketika tadi Axel menaikkan kakinya, ia terlihat berhati-hati dan sedikit meringis.
"AAAAAAKK, DARA PENGKHIANAT DASAR SETAN KECIL JAHAT TEMENNYA MAK LAMPIR, SAHABATNYA WEWE GOMBEL! ANAKNYA PAK HANDOKO BOTAK JAHAT!!!!" Teriak Axel, Dara hanya tertawa puas.
💗💗💗