2

7 1 0
                                    

*sunny pov

"Sun mau keluar ga?"
"Boleh tapi gua ganti baju dulu ya"
"Oke gua tunggu sini"
"Keluarlah bego guakan mau ganti baju"

Akupun tertawa melihat fajar aku dorong sampai terjatuh. Dia memang mantan tapi berasa bukan, huh sudah sejam lebih gibran belum memberi kabar mungkin dia tidur kali pikirku positif atau lagi nyervis memang sih tadi pagi gibran bilang kalo mau masang lampu motor temennya. Gibran itu bukan anak yg kalo jajan atau apa² minta ke orangtuanya apalagi ibunya sudah tidak ada dan bapaknya hanya pensiunan pabrik ya walaupun mereka masih terbilang mampu tapikan adiknya masih sekolah juga perempuan pula. Jadi selagi bisa sendiri kenapa mesti minta, itulah yg membuat aku mencintainya mandiri,bertanggung jawab,dan baik.

Setelah memakai baju aku keluar menuruni tangga yg ternyata fajar sedang nonton bersama kakakku moony lestie anggara. Aku memilih merantau bersamanya ke kota ini meninggalkan ibuku dan ayahku karena aku ingin belajar mandiri. Awalnya kami mengontrak di kontrakan papahnya fajar namun setelah kakakku naik pangkat dan aku membantu bekerja sambilan dikafe kamipun memutuskan membeli sebuah rumah sederhana dikomplek.

"Ayo jar" ucapku menarik² ujung tangan kaos fajar
"Emang mau kemana non" tanya kakakku
"Gatau nih fajar mau ngajak makan kali"
"Kakak nitip ya"
"Uangnya mana?"
"Gaboleh pelit sunsun kalo lo mau ntr gua beliin ya bang. Pamit dulu ya"
"Yaudah jangan pulamg malem²"

Kamipun keluar dari rumah, ternyata si pentol korek ini membawa aku ke sebuah hutan tapi didalamnya ada rumah makan,tempatnya bagus mungkin yg baru pertama kali kesini mikirnya akan dibawa ke hutan kali ya padahal ini tempat makan. Kami pun turun dari mobil, untuk kesana harus jalan kaki yg lumayan jauh mungkin sekalian menikmati pemandangan, benar² tempat yg luar biasa apalagi pas mendekati cafe nya pemandangannya kayak difilm snow white sepanjang jalan banyak jamur tempatnya juga ga besar karena mengambil suasana out door gitu dan kalo pun tiba² hujan ada payung dgn konsep hujan disetiap meja dan bangku. Siapapun yg punya tempat ini aku jamin bakal rame tapi ko makin deket makin sepi tidak ada orang malah, aku menatap fajar dengan tajam.
"Jar sepi lo gila mau ngapain kesini kalo belum buka"
"Ngapain mesti nunggu buka sayang kalo yg punya aku"
"Tailah percaya sama lo mah kiamat"
"Dih gapercaya kebetulan temen gua juga udah didalem kali. Yuk ah buru"
 
Fajar menggeret tangan ku seenaknya, dasar jones. Begitu kami sampai depan cafe itu fajar membuka pintu itu tanpa kunci berarti benar temannya sudah di dalam. Cantik,baik dan ramah menggambarkan gadis itu siapapun yg dekat dengannya mungkin akan nyaman tapi kenapa perasaan ku aneh gini ya, Ah mungkin karena baru pertama ketemu kali. Pikirku

Sun and RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang