Melody

13 1 0
                                    

Matahari terbit dari ajrah timur untuk kesekian ratus juta kalinya. Hari Minggu yang cerah ini merupakan hari yang spesial bagi gadis remaja 16 tahun berambut pirang panjang dan bermata biru gelap ini, Melody. Ia akan menunjukkan kebolehannya dalam bernyanyi pada acara yang diselenggarakan oleh sekolahnya di gedung opera ternama di kotanya, dalam rangka memperingati masuknya musim panas pertama tahun ini. Acara ini akan dihadiri oleh beberapa orang penting, salah satunya Bapak Presiden.

Melody turun dari ranjangnya dan bergegas mandi. Setelah itu, ia segera mengenakan pakaiannya. Baju yang dikenakannya berwarna oranye dengan motif bunga matahari dan celana panjang berwarna hitam polos. Pakaian yang dikenakannya cukup simpel, karena pakaian yang sebenarnya akan digunakan Melody telah kotor dan susah untuk dicuci akibat ulah temannya kemarin, menyebabkan ia harus memakai pakaian konyol yang disiapkan oleh sekolahnya.

Semacam baju balet berwarna oranye tak berlengan, rok dengan kain yang merumbai-rumbai seolah-olah pemakainya menggunakan rok yang robek, serta tak lupa accessories bando antena kupu-kupu yang membuat muncul pertanyaan ada-apa-dengan-kupu-kupu dalam benak Melody.

Meskipun hal tersebut sangat mengganggu, Melody tetap ingin tampil sempurna, maka ia mencoba untuk menata dirinya agar ia tidak tampak aneh di panggung, paling tidak dengan sedikit menyingkirkan pemikiran konyol dari kostum. Melody memberikan sentuhan make-up tipis yang membuatnya tampak natural, karena ia tidak ingin bertambah konyol. Rambut panjangnya ia tata dengan gaya ala perancis.

Setelah sarapan, Melody dan orang tuanya segera berangkat menuju gedung opera yang telah ditentukan oleh pihak sekolahnya dengan mengendarai mobil, menempuh waktu sekitar 15 menit.

Melody tiba di gedung opera. Dengan api semangat yang berkobar-kobar di dalam hatinya, Melody segera menyampirkan tas ranselnya dan keluar dari mobil. Tampak di depan pintu masuk opera, seorang wanita yang ia kenali berdiri. Kepala sekolah Melody, Bu Kelly. Ia tampak gusar, seperti menunggu kehadiran seseorang.

Melody bergegas mendekati wanita itu. "Ah.. Melody", wanita itu tampak memaksakan senyumannya,"Sebelumnya saya minta maaf.."

Melody bertanya-tanya. Orang tua Melody sudah tiba di samping Melody dan mulai berbasa-basi dengan Bu Kelly, seperti pertemuan orang tua dan guru pada umumnya. Mereka berbincang-bincang dalam suasana canggung.

"Sekali lagi saya minta maaf, begini.. Pak Presiden yang kami undang untuk menghadiri acara ini rupanya berhalangan karena ada keperluan mendadak, sehingga acara ini mesti kami pindah pada tempo lain", Bu Kelly tampak sungkan mengatakannya.

Semangat Melody yang berkobar-kobar untuk berdiri di panggung dan menunjukkan bakat terbaiknya padam seketika. Serasa liburan musim panas ini akan menjadi yang paling buruk. Orang tua Melody mulai berdebat dengan Bu Kelly. Namun, apa boleh buat, undangan istimewa acara ini tidak bisa hadir, dan apabila acara ini tetap dilaksanakan, rasanya pasti hambar.

"Baiklah.. Kira-kira, acara ini akan dilaksanakan kapan?", Melody memberanikan diri untuk bertanya.

"Em.. Beliau bilang, ia akan dapat menghadiri acara ini bulan depan", jawab Bu Kelly.

Melody menghela nafas. "Baiklah.. Terima kasih atas informasinya", ujar Ibu Melody. Mereka kembali berbasa-basi, seperti sekedar meyakinkan Ibu Melody atas kejadian ini, mencoba membesarkan hati Melody dengan bakat yang dimilikinya sebagai alasan, dan ditutup dengan permintaan maaf Bu Kelly untuk yang kesekian kalinya.

-----------

Di mobil, Melody masih terdiam. Kecewa, tentu saja. Menatap kosong pemandangan dari jendela mobil.

Serepot apa sih Presiden itu?, pikir Melody. Meskipun sebenarnya ia tau bahwa menjadi presiden pastilah sangat merepotkan, namun, demi melampiaskan amarahnya, apa saja bisa ia jadikan alasan untuk marah, termasuk seberapa-sibuknya-presiden.

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang