Peperangan sudah berlangsung 10 hari di daerah tempat tinggalnya, Half-Island. Di siang hari yang terik ini, Fernand sedang mengendap-endap, kebiasaannya belakangan ini ; Memata-matai beberapa penjajah berpakaian militer yang lengkap dengan senjatanya, AK-47 sepertinya..
Fernand hanya seorang pemuda berusia 16 tahun biasa yang juga mengalami kepahitan akibat peperangan ini. Orang tuanya di sandera oleh para penjajah.
Mungkin mereka hanya kekurangan pelayan, pikir Fernand.
Pikiran yang positif selagi peperangan. Dari pada berpikiran sesuatu buruk yang akan terjadi dan bakal membuat kepalanya pecah, meskipun ia tidak menginginkan hal itu terjadi.
Selama peperangan berlangsung, Fernand lebih sering mengamati gerak-gerik penjajah yang berada tak jauh dari tempat persembunyiannya yang berpindah-pindah. Pernah suatu kali ia bersembunyi di dekat tenda musuh demi mengambil senjata yang ada disana, dan ia hampir mati karena itu. Hari yang menyebalkan untuk Fernand, karena senjata yang ia dapat hanyalah sebuah panah tanpa busur.
Dan siang ini, ia sedang bersembunyi di belakang tumpukan jerami berbentuk kubus yang tersusun rapi di dekat sebuah peternakan. Siang ini ia tidak berniat untuk mengawasi para penjajah, namun tempat persembunyiannya berada di dekat tenda para penjajah. Kira-kira sekitar 50 meter dari tempat Fernand berada.
Terdapat 10 tenda kecil, 2 tenda berukuran sedang, dan 1 tenda berukuran besar. Hanya satu tenda yang memiliki jendela, lainnya tidak. Sehingga Fernand hanya harus lebih berhati-hati pada tenda yang besar, yang merupakan markas para penjajah. Dua tenda yang berukuran sedang berada di sebelah kanan markas utama, itu tempat persediaan makanan dan senjata. Busur tanpa panah yang dimiliki Fenand, ia mengambilnya di tenda tersebut.
Saat ini, Fernand baru menyadari bahwa ia sinting, karena ia tidak tau apa yang akan ia lakukan di daerah yang bisa saja diketahui oleh para penjajah dengan cepat. Rambut coklat Fernand bisa saja terlihat mencolok di bawah pancaran sinar matahari yang terik ini.
Sedungu itukah aku?!, pikir Fernand.
Tak ada binatang di peternakan itu, mungkin binatang-binatang ternak itu diambil oleh para penjajah sebagai persediaan makanan.
Sudah sekitar 2 jam Fernand diam di tempat persembunyiannya, hal ini membuat matanya terasa berat karena mengantuk.
Siang ini terasa sepi, tidak biasa-biasanya, mengingat hari-hari sebelumnya selalu terdengar suara ledakan dan sebagainya. Tapi bukan berarti ia akan aman dari para penjajah.
Angin bertiup lembut. Membuat kelopak bunga dendelion yang banyak berada di sekitarnya ikut terbawa angin. Suasana yang damai, seakan-akan tidak sedang terjadi peperangan di daerah ini.
Fernand mulai tertidur kala itu. Namun, ia bermimpi buruk!
Ia seakan-akan melihat peristiwa yang telah ia lalui. Dimana ia dan kedua orang tuanya di tangkap dan dipenjarakan oleh para penjajah. Dan yang bisa Fernand lakukan hanyalah menangis cengeng.
Dan yang lebih buruk lagi, ia melihat kilas balik dimana ia pergi meninggalkan orang tuanya di dalam penjara.
Kala itu adalah pagi ke-2 Fernand tinggal di dalam penjara Half-Island yang kini telah dikuasai para penjajah. Penjara itu beralaskan tanah, dindingnya berbahan dasar bata merah dan jeruji besi seperti penjara pada umumnya, terkunci di dalam.
Tangis Fernand sudah cukup mereda pagi itu. "Bagaimana jika kita kabur dari sini? Para penjaga sedang terlelap sekarang", ia bertanya pada Ayahnya.
"Jangan bodoh!", Ayahnya memukul Fernand, "Bagaimana caramu untuk keluar dari sini?" Ayah Fernand berkata tegas, meskipun dengan volume suara yang rendah, Fernand tetap merasakan aura kemarahan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret
AdventureMereka bertemu. Mereka berjuang bersama, melarikan diri dari pulau itu.