Dering bel berdengung diseluruh penjuru bangunan sekolah. Daegu High School, sebuah sekolah menengah atas dikota Daegu, Korea Selatan. Sekolah tersebut tak tergolong elit, tetapi juga tak bisa dikata rendahan. Hanya sebuah sekolah biasa berakreditasi menengah.Murid-murid mulai memasuki kelas mereka masing-masing. Adapula yang masih berlarian menuju gerbang yang perlahan mulai tertutup, mungkin mereka bangun terlambat.
Matahari bersembunyi dibalik awan kelabu. Suatu keadaan yang normal terjadi di musim dingin, terlebih jika sudah mendekati puncaknya.
Kelas 11-2, satu diantara banyaknya kelas di Daegu High School. Murid-murid dikelas itu berjalan menghampiri tempat duduknya masing-masing. Mereka segera duduk disana, kemudian mengeluarkan buku pelajaran saat wanita berkacamata itu melangkah memasuki kelas bersama sepatu pantofelnya yang mengetuk lantai dengan mantap.
"Siap, beri hormat"
Seorang siswi memimpin semua murid dikelas itu untuk memberi hormat pada guru mereka, Guru Jung. Mereka mengikuti perintahnya, terbukti dengan menunduknya kepala mereka bersamaan saat Guru Jung melangkah ke kursinya.
Siswi yang memimpin hormat tadi adalah Ryu Jinsa, sang ketua kelas. Ia gadis yang serius, tak banyak bicara, sangat sopan kepada para guru, dan juga si ranking satu dikelas itu.
Ia tampak biasa saja, bukan?
Jinsa hampir tak pernah berjalan bersama temannya untuk sekedar pergi ke kafetaria sekolah. Ia lebih suka makan sendirian dengan cepat dan setelahnya ia akan menghabiskan sisa waktu istirahatnya di perpustakaan hingga bel masuk berdering.
Jinsa bukan individualis, hanya saja ia kadang merasa risih terhadap teman-temannya yang menurutnya sangat berisik dan mengganggu. Ia punya teman, tapi tidak untuk sahabat karib dimana ia akan menghabiskan weekend untuk berjalan-jalan bersama atau sebagainya.
"Hari ini kita akan membahas materi tentang resensi buku, perhatikan penjelasan ini baik-baik karena saya tak akan menjelaskannya dua kali."
Guru Jung meraih sebuah spidol hitam dari tempat pensil, ia menghampiri papan tulis putih yang tergantung didepan kelas. Ujung spidol itu menuliskan sebuah kata yang merupakan judul dari materi hari itu.
"Guru..."
Terdengar suara seorang lelaki dari bangku belakang, membuat Guru Jung dan semua murid dikelas itu menolehkan kepalanya kearah si pembicara. Lelaki itu mengangkat satu tangannya disertai wajahnya yang tampak meringis, tangan lainnya ia gunakan untuk memegangi perutnya.
"Ada apa, Kim Taehyung?" Tanya Guru Jung dari depan kelas.
Siswa bernama Taehyung itu menurunkan tangan kanannya yang terangkat, "Perutku sakit, aku izin pergi ke klinik sekolah."
Guru Jung memicingkan matanya, "Sungguh?"
"Iya, Guru. Sepertinya aku terlambat makan," jawabnya meyakinkan.
"Baiklah, kembali ke kelas jika sudah membaik"
"Baik, Guru"
Taehyung beranjak dari duduknya, ia berlari kecil keluar kelas sambil memegangi perutnya. Ketika berhasil mencapai pintu, Taehyung langsung keluar dan menutup pintu dengan cepat.
"Yes!"
Taehyung berseru dengan sangat pelan, sepertinya hanya terdengar olehnya. Ia tersenyum lebar seraya melangkah ringan menuju tangga yang menghubungkannya ke klinik sekolah.
Lelaki itu hanya berpura-pura sakit demi terbebas dari pelajaran literatur yang membosankan itu.
Taehyung meraih gagang pintu, kini ia berada di klinik sekolah. Dilangkahkannya kedua kakinya menuju sebuah ranjang yang terletak di sisi tembok klinik. Taehyung duduk di atasnya, tangannya merogoh kantung celana untuk mendapatkan ponselnya.
Cukup lama Taehyung duduk bersila, sementara tangan dan matanya terfokus pada game yang ia mainkan diponselnya. Sampai sebuah suara yang tak pernah lelaki itu duga terdengar menyapa rungunya.
"Apa perutmu sudah membaik, Kim Taehyung?" Tanya wanita itu sembari membenarkan letak kacamatanya.
Taehyung membeku saat itu juga, dengan takut-takut ia menoleh kearah pintu, menghadap seseorang yang menyuarakan kalimat tadi. Taehyung memperlihatkan cengirannya, sedangkan tangannya menggaruk tengkuk.
"Ah, Guru. Bukankah seharusnya Guru ada dikelas?" tanya Taehyung dengan suara yang dibuat seimut mungkin.
Guru Jung menggelengkan kepalanya. Wanita itu menghampiri Taehyung dan menarik telinga pemuda itu, membuatnya meringis kesakitan.
"Sudah kuduga, kau pasti hanya beralasan supaya bisa bolos pelajaran, kan? Sekarang, ikut aku ke ruang guru!"
Dan pagi itu berjalan lebih menyebalkan daripada pelajaran literatur bagi Taehyung. Ia berakhir dengan omelan panjang diruang guru, dan sebuah surat peringatan yang harus Taehyung berikan pada orang tuanya.
Taehyung kembali ke kelas pada jam pelajaran ketiga dengan ekspresi masam. Ia sudah dapat menebak omelan macam apalagi yang akan ia terima ketika menyerahkan surat itu pada ibunya. Mengingatnya saja sudah membuat rautnya kian menekuk.
Masih belum ada guru yang masuk ke kelas 11-2 pada jam ketiga, mungkin guru bahasa inggris mereka kali ini tidak masuk. Taehyung hanya duduk diam-walau sebenarnya sedang meratapi nasibnya yang menyebalkan- dikursinya. Tahu-tahu saja seorang siswi menghampiri tempatnya, Ryu Jinsa.
"Kim Taehyung," panggil Jinsa. Taehyung menautkan kedua alisnya.
'Tumben sekali Ketua kelas mengajakku berbicara' batin Taehyung.
"Tadi Guru Jung memberi tugas kelompok meresensi 3 buku dengan tipe yang berbeda. Kita berdua satu kelompok," Ujar gadis itu.
"Oh, baiklah. Kapan kita akan mengerjakannya, Ketua?" Taehyung menumpu dagunya dengan satu tangan, manatap gadis Ryu itu dengan ekspresi imut yang dibuat-buat.
"Hari ini di perpustakaan kota, setelah jam pelajaran tambahan"
Taehyung tampak seperti ingin protes, namun Jinsa kembali bersuara, "Tugas itu harus dikumpulkan hari Senin pagi, omong-omong. Kita tak punya banyak waktu dan lagipula ini sudah hari Jumat."
"Ck, baiklah," jawab Taehyung dengan pasrah. "Mau kutunggu dimana?"
"Seharusnya dikelas tambahan," Jinsa menatap dengan penuh selidik. "Tapi kalau kau tak ingin mengikutinya, baiklah, minimarket di sebelah perpustakaan kota."
Taehyung merengut, "Baiklah, baiklah. Aku akan kesana sebelum jam tujuh malam."
::::
Pukul 7 malam. Jinsa merapikan buku-bukunya lantas memasukkan benda itu kedalam ranselnya. Ia beranjak meninggalkan ruangan kelas tambahan, menuju halte untuk menaiki bus yang akan membawanya ke perpustakaan kota.
Saat melihat jam yang terdapat diponselnya, Jinsa tahu bahwa ia akan terlambat beberapa menit. Pukul 7 lewat 20 menit, dan Jinsa baru saja turun dari bus yang mengantarnya. Kakinya berjalan menuju sebuah minimarket diujung persimpangan, persis disebelah kiri bangunan perpustakaan.
'Ah, itu dia', benaknya berujar demikian.
Dilihatnya seorang lelaki dengan hoodie abu-abu, duduk dikursi minimarket dengan ditemani satu cup ramen yang telah tandas isinya.
"Maaf, aku terlambat," Jinsa menghampiri Taehyung. Namun lelaki itu tak menoleh sedikitpun.
'Apa dia marah? Apa aku terlalu lama?'
"Taehy-," ucapannya terpotong ketika tiba-tiba lelaki itu berbalik.
To Be Continued
Ini chap genap pertama👀 Jadi ceritanya ini settingnya dimasa sekarang (2017) dan tempatnya di Daegu (Taehyung's hometown) 😄
Semoga ini gak ngebosenin yah heheheThx for reading💕💕
Regards
Ryujin4🍉
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated To Reincarnated [🚨STOPPED]
Historical Fiction[On Going] Sebuah kisah tentang Reinkarnasi Takdir dua insan yang telah terikat Takdir untuk bereinkarnasi -Fated to Reincarnated- Sunday, 13 September 2017 Written by: Ryujin4 Cover by: Ariski #133 in Historical (23 September 2017)