[4] Tonight

45 10 0
                                    


"Ketua, kau marah, ya?"

Taehyung mengekori Jinsa yang berjalan diantara deretan rak buku. Lelaki itu merengut kesal karena merasa diacuhkan si gadis yang kala itu sibuk memilah buku-buku dihadapannya. Terkadang Jinsa mengambil sebuah buku, membacanya sekilas lalu menaruhnya kembali pada tempat semula.

"Baiklah, maaf. Aku minta maaf karena telah mengejutkanmu tadi, Ketua," kata Taehyung seraya menyender pada rak didekatnya. Namun bukannya dimaafkan, Taehyung justru diacuhkan, lagi.

"Hey, aku sudah minta ma-"

"Bisa tutup mulutmu yang berisik itu? Ini perpustakaan, kalau kau lupa," ujar Jinsa acuh pada rekan kelompoknya itu. Sedangkan Taehyung, lelaki itu hanya bisa mengacak rambutnya.

Omong-omong, saat di minimarket tadi, Taehyung sengaja tak langsung menanggapi panggilan Jinsa. Ia memilih diam terlebih dahulu, baru kemudian melancarkan rencananya untuk 'menghukum' Jinsa yang terlambat. Rencana yang dimaksud Taehyung adalah dengan mengagetkan gadis itu.

Yah, dan begitulah. Jinsa marah pada Taehyung. Bukan, sebenarnya bukan karena ia dikagetkan. Pasalnya, ketimbang hal itu, ia lebih merasa tak enak pada pengunjung lainnya diminimarket itu. Suara keras Taehyung yang awalnya hanya ingin menghukum Jinsa itu, malah berujung mengagetkan seisi minimarket.

"Pegang ini," Jinsa menyodorkan sebuah buku bertema sejarah pada Taehyung. Dan lelaki itu hanya bisa pasrah menerima buku kedua yang 'Ketuanya' berikan.

"Berapa buku lagi, sih?" Taehyung menggerutu disaat buku ketiga lagi-lagi disodorkan padanya.

"Sudah, kok. Hanya tiga buku, buku bertema sejarah, masa muda dan ilmiah," jawab Jinsa yang kini menuju sebuah meja baca dengan sebuah penghangat ruangan di sisi meja. Tak lupa dengan seorang Kim Taehyung dikursi sebelahnya.

Jinsa meraih sebuah buku bersampul putih yang dihiasi berbagai gambar ilmiah. Gadis itu melirik Taehyung yang tampak sama sekali tidak berniat membantunya. Taehyung malah menyumpal lubang telinganya dengan sepasang earphone, selagi tangannya ia gunakan untuk hal tak berguna, bermain game.

Dan hal itu, berlangsung selama Jinsa menyelesaikan resensi buku ilmiahnya.

Ppak!

Jinsa menutup buku tebal itu dengan kasar dan berhasil membuat Taehyung beralih menatapnya. Lelaki itu tersenyum lebar, ia melepas earphone yang menggantung.

"Oh, sudah selesai? Padahal aku mau membantumu sekarang," ucap Taehyung dibarengi cengiran bodohnya.

"Benarkah? Sayang sekali kalau begitu. Tapi jangan khawatir, aku baru menyelesaikan satu buku, omong-omong."

"Huh?"

"Kita lanjutkan sisanya besok disini, ya."

"Tapi kan besok weekend, Ketua!" Taehyung mengajukan protesnya.

"Kau bahkan tidak membantuku tadi," Jinsa menatap lelaki disisinya dengan pandangan datar. "Pokoknya, pukul 11, disini. Oh ya, kusarankan kau datang, kau tentu ingat bahwa kau masih dalam pengawasan Guru Jung."

"Ck, baiklah baiklah," jawab Taehyung dengan pasrah seiring keluarnya mereka dari perpustakaan kota.

Kedua insan itu kini berdiri berdampingan di halte, menunggu bus. Taehyung diam-diam menatap Jinsa dari samping, namun yang ditatap agaknya tak menyadarinya. Mata Jinsa tengah terarah pada ponselnya.

"Ketua, memangnya tak apa-apa gadis sepertimu pulang selarut ini?"

Jinsa mengendikkan bahu, "Lagipula tak ada orang tuaku di rumah. Baek ahjumma bilang mereka belum pulang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fated To Reincarnated [🚨STOPPED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang