"Pergilah dengan sungjin, lakukan tugas pertama kalian"
"Siapa target kita kali ini?"
"Kim jongin.."
***
Hyojung mendengus kesal. 2jam yang lalu seseorang menelepon nya, mengatakan perlu bertemu karna ada hal yang harus dibicarakan.Setelah sampai ditujuan, justru ia tak menemukan siapapun. Ck, padahal dia sudah datang lebih awal untuk bertemu dengannya.
"Hyojung!!!"Hyojung mendelik melihat pemuda yang meneriaki namanya dengan sinis. "Maaf telat hehehe".
"Kau buang-buang waktuku jungkook!"
"Iya.. Iya aku tau, mianhae tadi hyung minta antar ke tempat kerjanya "
"Memang mobil yang biasa ia pakai kemana"
"Biasa, rusak lagi..."
Pemuda bernama jungkook itu kini mendekat pada hyojung yang masih menatapnya kesal lalu mengacak rambut hyojung dengan gemas."Ayolah jangan cemberut terus, sudah jelek jadi makin jelek". Niatnya membujuk hyojung justru malah mendapatkan pukulan bertubi-tubi darinya.
"Ya! Kau mau mati,eoh!!! "
"Aissshh, kau memang perkasa sekali. Pantas saja hyung merekrutmu " jungkook meringis pelan. Badannya hampir remuk karna pukulan hyojung.
"Jadi apa yang mau kau bicarakan? "
Bukannya menjawab, jungkook justru memberikan sebuah amplop coklat besar pada hyojung yang kini menatapnya heran.
"Mwo?"
"Kasus kematian orangtua mu. Ayahku masih menyimpannya selama 10tahun"
"Sudah kubilang kematian kedua orangtua ku hanya kecelakaan jungkook"jawab hyojung dengan lirih. Jungkook menatap hyojung dengan sendu, berkali-kali jungkook mengatakan bahwa kematian orangtuanya bukanlah disebabkan oleh kecelakan. Namun hyojung selalu menampiknya. Hyojung tidak mau membahas yang masa lalu. Itu cukup menyakitkan. Cukup biarkan semuanya berjalan saja.
"Jebal, aku hanya tak ingin berurusan dengan masa lalu jungkook"ucap hyojung lirih.
"Dengar aku Kim Hyojung. Kematian orangtuamu hanya sebuah manipulasi, kau harus memperjuangkan kebenarannya."
Tak ada jawaban dari hyojung, hanya helaan nafas yang terdengar frustasi darinya.
"Aku,hyung, dan abeoji, akan membantumu"ujar jungkook meyakinkan hyojung.
"Tapi kasus itu sudah kadaluarsa jungkook.. "
"Memang, tapi jika kita mengajukannya kembali ditambah dengan menarik perhatian media. Aku yakin kita akan berhasil. Lagipula kasus ini menyangkut para petinggi Negara"
"Katakan.. Katakan padaku mengapa kau bersikeras mengungkit kasus ini kembali.. "
Jungkook menatap ujung sepatunya yang sedikit berembun akibat salju yang yang telah lama mencari.
"Karna kasus kematian orangtuamu, ada sangkut pautnya dengan kematian ibuku... "
🌋🌋🌋
"Hoseok, bagaimana dengan pengiriman senjata ke Swedia? " Jongin mengalihkan pandangannya pada hoseok yang tengah fokus dengan ponselnya.
"Clear" jawab hoseok singkat tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.
"Ck, Ingat umurmu. Kau tidak pantas bermain game lagi hoseok" jongin mendelik kesal merasa diabaikan.
"Biarkan, aku butuh hiburan"
"Ah! Aku ingat sesuatu " hoseok berdiri menghampiri jongin yang tengah berbaring di sofa. "Aku memang tidak menemukan alamat ia tinggal, namun kau harus tahu sesuatu. Ini sangat menarik asal kau tahu"
Jongin mengangakat alisnya heran apa yang tengah hoseok bicarakan.
"Siapa yang tengah kau bicarakan? "
"Hyojung, Adikmu.. "
Keadaan menjadi tegang ketika hoseok menyebutkan nama yang bahkan jongin ingin lupakan.
"Apa yang kau maksud menarik? " kali ini jongin berujar dengan sangat serius.
"Setelah kematian orangtuamu ditambah kau meninggalkannya sepuluh tahun yang lalu, dia diadopsi-
"Oleh keluarga letnan Jeon. Orang yang berusaha mengincarmu selama ini..."
Tangan jongin mengepal, sudut bibirnya terangkat keatas. Lalu tawa menggelegar memenuhi isi ruangan itu. Siapapun yang mendengarnya pasti langsung akan lari. Karna tawa yang menyeramkan itu terdengar seperti tawa seorang psikopat.
Hoseok pun tak menampik, ia yang mendengarnya saja sangat ketakutan. Namun ini hoseok, ia tak akan lari karna takut begitu saja. Pengecut sekali.
"Bukankah ini sungguh menarik, aku bisa memulai permainan yang sangat menyenangkan"
🌋🌋🌋
"Kau mau langsung menyusul hyung atau makan malam dengan ayah? " jungkook melirik hyojung yang tengah memandang jalanan dari kaca mobil.
"Terserah... "Jawab hyojung acuh.
"Ck, dasar wanita bilangnya terserah, dia pikir lelaki harus selalu mengertinya begitu. Heol. "Gumam jungkook mencibir hyojung.
Jungkook kira hyojung yang mendengarnya akan meneriaki namanya dan memukulnya. Biasa nya juga begitu. Hyojung memang suka sekali memukul jungkook.
Namun kali ini hyojung hanya diam tak menanggapi cibiran jungkook. Seperti hanya menganggapnya angin lalu. Hyojung lebih berfokus pada jalanan seoul. Pikirannya kacau, banyak hal-hal yang terus merusak suasana moodnya.
"Hyojung" panggil jungkook pelan.
"Hm.. "
"Kau masih kepikiran soal yang tadi? "
Hyojung hanya menghela nafas, tak berniat menjawab pertanyaan jungkook.
"Geurae... Jika kau tidak mau tak apa, kita tak akan mengungkit kasus ini ke pengadilan. "
"Tidak apa, ini juga salah satu cara agar aku bisa menemukan kakakku "
"Kau masih berusaha mencari kakakmu ya? Jelas-jelas dia telah menelantarkan mu.. " Ujar jungkook tak suka.
"Bagaimanapun, dia satu-satunya keluargaku yang masih tersisa"
"Ck, orang sepertinya tidak perlu kau cari lagi hyojung"
"Kenapa kau tidak suka sekali dengan kakakku sih, memangnya kau pernah bertemu dengannya"jawab hyojung kesal. Jungkook selalu seperti ini, ketika hyojung membicarakan kakaknya.jungkook selalu tidak suka mendengarnya.
"Mungkin... "
"Ne..??"
TBC
Kali ini fast update yaa hehew. Masih belum pengen mempertemukan mereka. Jadi tunggu aja dichapter chapter berikutnya. Dapat salam dari guanlin bagi yang vomment kkkkkk~ 🐤🐤🐤😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED
FanfictionKetika pertemuan yang dinantikkan berubah menjadi sebuah jebakan yang tak terduga