17 Juni 2047
05.53 a.m."Jinxx Bangun" Ucap Tony.
Terhitung sudah lima belas tahun semenjak kilatan besar di pusat kota ku dulu.
Kini aku dan kakakku Tony tinggal bersama seorang pria bernama Matt.
Entah bagaimana Matt bisa menemukan kami berdua dalam reruntuhan rumah ku lima belas tahun yang lalu.
Lima belas tahun berlalu, dentuman keras itu masih bisa ku ingat dengan jelas.
Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin, tidak ada satupun manusia hidup di tempatku berada yang tahu apa yang telah terjadi lima belas tahun lalu.
Aku, Tony, dan tentunya Matt sekarang tinggal di sebuah bar yang telah hancur akibat dentuman besar itu.
Tentunya bar ini tidak hancur total, hanya beberapa kaca pecah dan tembok retak. Ini dikarenakan lokasinya yang cukup jauh dari lokasi ledakan itu.
Dari yang aku tahu, Matt adalah anggota militer. Sama seperti ayahku, Jason.
***
"Aku rasa persediaan makanan kita mulai menipis Jinxx" ucap Matt.
Aku memiliki sebuah nama.Jake Owen Biersak setidak nya itulah yang tertulis di dalam akta kelahiran ku. Anak dari seorang Jason Alexander Biersak, dan saudara dari Tony Biersak.
Aku mendapat julukan Jinxx. Bukan julukan yang baik, karena memiliki arti pembawa sial.
Julukan yang ku dapat karena aku tumbuh dalam hidup yang sangat sial.
Bagaimana tidak, umur enam tahun aku kehilangan kedua orang tuaku dan seluruh hal yang aku tau musnah begitu saja. Hanya Tony lah yang tersisa dari masa lalu ku.
Satu - satu nya keberuntungan ku adalah kedatangan Matt di hidup ku.
Dia sudah seperti ayah kandung bagiku. Dia selalu mengajarkan basic survival ala tentara. Keras, tapi cukup untuk membuat aku dan Tony tetap hidup.
"Aku akan menuju kota untuk mencari beberapa makanan kaleng Matt" balasku.
"Ajak Tony untuk ikut bersamamu" ucap matt.
"Tidak perlu, ini hanya tugas ringan, aku bisa mengerjakannya sendiri" ucap ku dengan nada sedikit sombong.
"Baiklah kalau begitu, jangan lupa juga untuk mencari air" balas Matt.
"Siap kapten" ucapku.
***
Aku pun mulai pergi meninggal kan shelter kami itu. Aku mengambil persiapan.
Ku pakai sebuah t-shirt hitam, lalu ku kenakan sebuah jaket biker hitam, ditambah sebuah jeans biru, dan dilengkapi dengan sebuah masker.
Aku pun tak lupa menyelipkan sebuah revolver di sabuk ku.
Aku pun mulai menenteng sebuah tas tentara berukuran besar dan mulai berjalan menuju kota.
Perjalanan sekitar dua puluh km menuju pinggiran kota dengan berjalan. Perjalanan di sebuah wasteland sangat lah membosankan.
Hanya ada hamparan gurun yang luas. Dengan beberapa skeleton yang telah tersamarkan oleh pasir.
Aku telah berjalan sekitar tiga jam dan kota mulai terlihat. Hanya terlihat beberapa bangunan megah yang sudah rusak parah.
Aku pun mulai memasuki kota itu. Hanya ada sepi, dan semilir suara angin.
Aku pun memutuskan untuk menuju sebuah swalayan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soldier Of Wasteland [SOW]
Science FictionKu pandang jam weker disampingku yang telah menunjukan pukul 06:51. Hal pertama yang terlintas di benak ku, "kemana ibuku?". Aku hanyalah seorang anak berumur enam tahun, yang masih berlindung dibalik punggung ibuku. Suara rusuh datang. Banyak orang...