(Brukk)
Gadis itu terjatuh dari sepeda, "Bisakah kau tenang sedikit?" Ucapku.
"Mati saja kau bajingan" Ucap nya.
"Terserah apa katamu" balasku datar. Aku pun menaikan dia ke atas sepeda lagi.
"Sebentar lagi kita sampai" ucapku. Dia terus meronta seakan ingin membunuhku.
***
Setelah lima belas menit berlalu, aku pun tiba di shelter ku. Bisa aku lihat seorang bocah berkulit putih dengan rambut pirang duduk di ayunan depan shelter.
"Kau Theodore kan?" tanyaku.
"Yap, umm kenapa dia disini?" Tanya Theo sambil menunjuk gadis yang telah aku ikat mulut nya.
"Begini Theo, Matt selalu berkata, manusia bisa mati tapi tidak dengan kemanusiaan, dan aku akan tetap menjaga agar tetap rasa kemanusiaan tetap ada diantara kita." Jelas ku.
"Baiklah Jake" balas nya singkat dengan raut muka bingung.
"Tony, bantu aku" teriakku dari luar pintu. Tony pun keluar dan langsung memberi tatapan sinis padaku.
"Kenapa kau membawa pulang gadis maut itu? Dia lebih mengerikan daripada gadis manapun" tukas Tony.
"Dasar kau pengecut, bawa dia ke kamar Matt, dan beritahu Matt soal ini. Aku perlu merapikan barang rampasan ku dari para bandit tadi." Ucapku dengan menaikan nada bicara ku
"Tidak tidak, lebih baik kau yang membawa dia dan memberitahu Matt, aku takut dia menggigit leherku" jawab Tony
"Argggh... Dia hanya seorang wanita Tony" gerutuku.
Seorang pria tua telah bersandar di ambang pintu. "Ada apa kalian ribut begini?" Tanya Matt.
"Jinxx membawa gadis lagi, dia memang seorang pengumpul gadis" keluh Tony.
"Terserah apa katamu Tony" gerutu ku.
"Biar aku yang rawat dia, kau Tony, taruh semua barang yang dibawa jinxx ke gudang, dan kau jinxx beristirahatlah sebentar, setelah ini banyak yang harus kita bicarakan." Ucap Matt dengan bijaksana.
"Aye aye captain" ucap Tony. "Baiklah" lanjutku.
Aku pun pergi menuju kamarku. Ku dapati seorang gadis tengah duduk melamun di ranjang ku. "Hi trish" ucapku memecah keheningan.
"Oh, h-hi Jinxx" balas nya gugup.
"Apa yang kau pikirkan?" Tanyaku heran.
"T-tidak ada, umm... Aku hanya tidak siap ditinggal oleh ayahku" ucap nya dengan mata berkaca - kaca.
Aku pun duduk di samping nya. "Aku tahu perasaanmu tapi, kurasa hal terbaik yang bisa kita lakukan sekarang adalah bangkit dari masa lalu dan mulai mengisi lembaran baru hidup kita" Ucapku menenangkan hati nya.
"K-kau sangat baik Jinxx" ucapnya dengan mata berkaca - kaca sembari tersenyum lembut kepadaku.
"Bagaimana luka mu? Sudah lebih baik?" Tanya ku.
"Jauh lebih baik, bahkan bisa dibilang sudah sembuh, terima kasih jinxx" ucapnya dengan senyum manis nya.
Argggh sial senyumannya!! Benakku
"A-aku harus bertemu Matt dulu" ucapku dengan gugup.
"Baiklah" jawab nya singkat.
Aku pun pergi berlalu dari kamarku. "Semua nya berkumpul" teriak Matt dengan tegas layaknya tentara dari ruang tengah shelter kami. Semua orang telah berkumpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soldier Of Wasteland [SOW]
Ficção CientíficaKu pandang jam weker disampingku yang telah menunjukan pukul 06:51. Hal pertama yang terlintas di benak ku, "kemana ibuku?". Aku hanyalah seorang anak berumur enam tahun, yang masih berlindung dibalik punggung ibuku. Suara rusuh datang. Banyak orang...