L

1.1K 96 2
                                    

Beberapa halaman bagian belakang buku tulis tebal yang tadinya bersih, kini sudah terisi penuh coretan tidak jelas ulah tangan Kim Jiyeon.

Ia melakukan itu bukan tanpa alasan. Ia bosan. Bosan dengan mata kuliah anatomi yang ia hadiri saat ini.

Sebenarnya ia mengantuk, daripada ia ketahuan tertidur, lebih baik ia menulis. Ya, menulis hal-hal yang tidak jelas bukan menulis apa yang tengah dosennya sampaikan.

Setelah dua jam setengah lebih sang dosen menjelaskan susunan-susunan tubuh manusia itu, akhirnya sang dosen menutup pembelajarannya.

Tepat saat sang dosen keluar dari ruang kelasnya, Jiyeon langsung menelungkupkan kepalanya diatas mejanya yang masih penuh dengan buku tulis dan buku kuliahnya yang tebal.

"Hoam.. akhirnya beres juga.." Ucap Im Nayeon sambil menguap dan meregangkan tubuhnya.

Im Nayeon adalah teman satu angkatan yang kini duduk di samping tempat duduk Jiyeon.

"Yeon, sebelum pulang makan dulu ya. Laper nih." Ajak Nayeon sambil merapikan buku-bukunya ke dalam tas.

"Males." Jawab Jiyeon yang masih menempatkan dahinya di atas buku tulis tebalnya Jiyeon.

"Ya udah temenin aku makan aja ya?"

"Aku mau pulang aja Nay, ngantuk."

"Kamu kenapa sih Yeon? Beberapa hari ini kamu malesan terus?"

Pertanyaan Nayeon membuat Jiyeon menolehkan kepalanya ke samping kanannya, namun kepalanya itu masih diatas meja. Tak menjawab apapun.

"Jimin masih belum bisa dihubungi ya?"

"Hmm.." Jiyeon memejamkan matanya.

"Tanya Taehyung lagi coba."

"Gak ada jawaban. Dia terus-terusan menghindar dari pertanyaan tentang Jimin."

Kini keduanya diam. Nayeon menempatkan kepalanya di meja seperti yang dilakukan Jiyeon saat ini. Kepalanya menghadap Jiyeon.

Melihat Jiyeon yang memejamkan mata, ia pun ikut memejamkan matanya. Sudah hampir lima menit, hening.

"Jiyeon-ah!" Ucap Nayeon tiba-tiba sedikit berteriak sambil menggoyang-goyang pundak Jiyeon.

Jiyeon yang sedikit kaget langsung membuka matanya tanpa mengubah posisinya.

"Gimana kalo kamu pancing Jimin."

"Maksudnya?" Jiyeon mengernyitkan dahinya.

"Yaa.. misalnya kamu bilang putus sama dia kalo sampe dia terus-terusan gak respon kamu."

"HAH? Gila kamu Nay! Gak ah. Kalo beneran putus gimana? Gak mau!"

Saran dari Nayeon barusan membuat Jiyeon menegakkan tubuhnya.

"Ya ampun Yeon. Segitu cintanya kamu sama Jimin, hah?" Ucap Nayeon saat matanya menangkap hasil coretan Jiyeon tadi.

Saat Jiyeon megakkan tubuhnya membuat halaman buku tulis yang penuh coretan Jiyeon tertangkap oleh kedua mata Nayeon.

Tak ada yang salah dengan apa yang diucapkan Nayeon tadi, karena coretan yang Jiyeon buat tadi itu isinya hanya tulisan Jimin dan Jimin.

Jiyeon segera merapikan buku-bukunya di meja tanpa membalas ucapan Nayeon.

Saat memasukkan buku terakhirnya ke dalam tasnya, ada getaran yang cukup lama berasal dari dalam tasnya.

Jiyeon segera merogoh tasnya mencari sumber getaran tersebut.

Sumber getaran itu berasal dari ponsel Jiyeon yang menandakan ada panggilan masuk baginya.

Saat ia melihat nama kontak yang tercantum di layar ponselnya, matanya membulat berbinar.

"Jimin Nay, Ssstt.."

Telunjuk jari tangan kirinya Jiyeon menempel di bibirnya mengisyaratkan pada Nayeon untuk diam, seraya dengan ibu jari tangan kanannya menggeser tanda hijau layar ponselnya.

Ia segera menempatkan ponselnya di telinga kanannya. Nayeon yang juga ingin tahu mendekatkan telinga kirinya di ponsel Jiyeon.

"Ji-ah! Kamu kemana aja, kok gak ada ngabarin aku? kenapa telepon aku gak diangkat? chat aku juga gak ada yang kamu baca. Kamu baik-baik saja kan?"

"Jiyeon-ah, aku tunggu kamu di taman depan gedung serbaguna kampus sekarang juga."

Jiyeon diam mendengar perkataan Jimin di sebrang sana.
Bukan karena ia tidak mengerti yang Jimin ucapkan, tapi Jiyeon mendengar perbedaan dari suara Jimin yang ia dengar saat ini.

Datar dan dingin.

Tak ada lagi suara Jimin yang menyenangkan sekaligus menenangkan di telinganya setelah hampir seminggu Jiyeon tidak mendengar suaranya.

Jelasnya lagi tak ada panggilan sayang dari Jimin untuk Jiyeon.

"Jiyeon-ah.. kau masih mendengarku?"

"Ah, iya aku kesana sekarang."

Setelah Jiyeon tersadar dan panggilan dari Jimin terputus, ia segera menyimpan kembali ponselnya ke dalam tasnya.

Segera ia letakkan tasnya di bahu kanannya sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Aku duluan ya, Nay. Maaf."

Sambil berlari kecil, Jiyeon menolehkan kepalanya ke belakang, melambaikan tangannya berpamitan pada Nayeon.

"Eoh, hati-hati Yeon!" Balas Nayeon yang juga melambaikan tangannya.

.

"PARK JIMIN!"

Teriak Jiyeon girang dari jauh saat melihat Jimin yang sedang duduk di salah satu bangku taman  di depan gedung serbaguna kampus mereka.

Jimin pun berdiri saat melihat Jiyeon yang tengah berlari ke arahnya.

Bisa Jimin lihat kebahagiaan yang Jiyeon tunjukkan dengan senyum manis JIyeon yang tak pernah bosan Jimin lihat.

Selalu cantik. Batin Jimin. Kedua sudut bibirnya sedikit terangkat.

BUKK

Jimin merasakan tubuh Jiyeon menabrak tubuhnya, tangan Jiyeon kini melingkar di pinggang Jimin. Jimin sedikit terhuyung ke belakang, namun mampu ia tahan.

Harum. Indera penciumannya menangkap aroma yang dimunculkan dari rambut Jiyeon.

Hangat. Sudah seminggu ia tak merasakan kehangatan tubuh Jiyeon.

Bisa dipastikan kini Jiyeon bisa mendengar detak jantung Jimin.

Aku merindukanmu Ji-ah. Jimin kembali membatin.

Kedua tangannya terangkat. Namun, kedua tangan itu berhenti pada bahu Jiyeon. Jimin  mendorong pelan Jiyeon agar terlepas dari pelukannya.

Jujur, sebenarnya Jimin sangat ingin membalas pelukan Jiyeon dengan pelukan yang lebih erat. Bahkan tak akan pernah Jimin lepaskan.  

Jiyeon menatap Jimin heran, senyumnya memudar. Jiyeon benar-benar merindukan Jimin, ia ingin memeluk Jimin lebih lama bahkan tak ingin melepasnya. Tapi kenapa Jimin melepasnya? Apa Jimin tidak merindukannya?

"Kim Jiyeon."

Jiyeon menegang saat ia mendengar Jimin mengucapkan nama lengkapnya. Tatapan Jiyeon tak beralih sedikit pun dari mata Jimin.

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Tapi ku mohon, jangan tanyakan apapun setelah kau mendengarnya."

Jimin melepaskan tangannya yang tadi berada di bahu Jiyeon.

"Kim Jiyeon, mari kita putus. Jangan hubungi aku lagi. Jangan temui aku lagi."

[BTS WINGS SERIES] LIE -Jimin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang