Ajal

365 40 48
                                    


Gang gelap, kotor, dan sempit. Semua orang tentu tidak akan menjejakkan kakinya walau tahu jalur tersebut adalah jalan pintas, terlebih sekarang sudah hampir pukul 12 malam.

Lorong itu kosong, seandainya tidak ada yang menyadari kehadiran siluet gadis muda sedang duduk meringkuk seperti orang kedinginan, memeluk dirinya sendiri dalam keheningan.

Terdengar suara seseorang menapaki tanah setelah sebelumnya berada di udara. Gadis berjaket cokelat itu mendengarkan dengan saksama langkah-langkah lebar sang pendatang baru yang telah terjebak dalam perangkapnya.

Terlihat kilauan cahaya putih bersinar pucat, diiringi gerutuan lelah yang menyerupai gumam penyesalan orang yang salah mengambil tindakan.

''Ini jelas bukan Pandora yang kucari. Ya ampun, kapan aku bisa segera menemukannya?''

Ami menyeringai tipis. Ia segera berdiri dan berlari secepat kilat, mendekati sosok bertopi putih yang terlihat lengah. Telinga Kaito yang tajam membuatnya terjaga. Ia berbalik, berusaha menghindar, tetapi satu tusukan dari besi runcing telah menggores pundaknya.

''Siapa!'' Kaito berseru seraya memegangi pundaknya yang terasa perih. Darah segar mengalir deras merembes cepat ke tuxedo putihnya dan menetes di aspal.

''Utusan Iblis kematian, Ami Kairu.'' jawab siluet bersuara merdu itu nyaris tanpa emosi.

Kaito berlari, berusaha secepatnya untuk menghindar. Dia bisa saja melawan, tapi setelah mengetahui penyerangnya adalah wanita, pemuda berusia 17 tahun itu memilih untuk--

ZRAASHH!

''Ukh ...!''

''Kau takut?'' Ami menyeringai tipis.

Kaito menahan nyeri yang merayapi punggung. Ia sekarang yakin bahwa suara itu bukanlah Akako. Ekor matanya menangkap bayangan senjata tajam di dinding. Memutar badan, Kaito menahan pergelangan tangan perempuan yang berniat menyerangnya lagi itu dan mengamatinya.

Tudung jaket cokelat yang menutupi warna rambut sedikit pirang. Wajah sepucat marmer dan sinar mata semerah darah. Kaito terkesiap. Perempuan inilah yang menyiksanya dalam mimpi.

''Apa maumu,'' ujar Kaito pada akhirnya. ''Di mana kesalahanku sampai kau mau membunuhku?!''

Teriakan itu memberikan konsekuensi berbahaya. Daun telinga Kaito tertusuk dalam satu kedipan mata.

''Kesalahanmu adalah karena menjadi idolanya. Siapa pun yang berhubungan dengannya harus enyah.''

''Siapa yang kaumaksud?!''

''Mendiang kakakku. Yuki Hana.''

Ingatan Kaito samar-samar mengenali nama itu. Ya, perempuan itu mengisi halaman utama koran selama seminggu dan pelakunya belum ditemukan. Otak Kaito berputar. Jika mengingat profesi korban dan kasus pembunuhan berantai setelahnya, besar kemungkinan perempuan di hadapannya ini adalah pelakunya, yang tidak tahu siapa orang yang melakukan hal keji pada kakaknya, dan memilih untuk menghabisi semuanya.

Tapi sekarang, kenapa dia harus dijadikan target hanya karena Yuki mengidolakannya?

Pusing memikirkan segala kemungkinan, Kaito segera lari. Darah yang mengalir deras dari pundak, punggung, dan telinga kanannya membuat kepalanya berdenyut. Memanfaatkan sisa kesadaran yang ada, ia berbelok pada sebuah jalan kecil lainnya, menuju jalan raya. Di luar perkiraan, perempuan bernama Ami itu segera menyusulnya dan hanya berjarak 10 meter di belakang. Melihat sebuah tangga yang terhubung dengan pintu darurat, Kaito segera menaikinya dan meraih kenop pintu. Beruntung, pintu itu membuka dan Kaito segera masuk, memasang selot kunci dan menahan pintu dengan punggungnya.

Ami Kairu-I'm KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang