Answer-1

12 2 0
                                    

Yah, mungkin memang nggak terlalu banyak orang yang kepengin tanya sama Aya--atau memang buku ini agak tersembunyi. Hehe. :3 

Karena udah ada satu orang yang nanya (makasih, Say XD), dan pertanyaannya, yah, cukup memicu jawaban panjang--here goes

From elthea_ : Ayame masuk jurusan Psikologi kan ya? Kenapa milih Psikologi dari jurusan lainnya?

Ya, buat temen-temen yang belum tahu, Aya resmi jadi mahasiswi psikologi sejak Agustus silam.

Kenapa milih psikologi, dan bukan jurusan lainnya?

Terus terang, sebelum ini Aya nggak kepikiran untuk masuk psikologi. Tertarik, tapi nggak berminat mempelajarinya secara formal. Sejak SMP Aya udah ngidam kuliah di luar negeri dan ambil jurusan musik.

Aya coba konsultasi sama orangtua saat itu, dan mereka bilang--"Musik bisa belajar di mana aja. Mending cari jurusan yang bener-bener bisa menetapkan kerjaan kamu besok."

Yah, mereka nggak salah, sih. Mereka juga dukung cita-cita Aya untuk bergelut di dunia musik. Tapi mereka nyuruh Aya untuk cari beasiswa, yang sampai sekarang belum kesampaian. :') dulu Aya kesel, kenapa mereka kolot banget, kenapa mereka malah nyuruh Aya nyari jurusan yang belum tentu Aya suka.

Sekarang, Aya tahu--mereka secara tersirat bilang kalau Aya harus mulai berjuang dari sekarang. Kalau bener-bener kepengin mengejar karir di musik, ya, usaha sendiri. Jangan terus-terusan ngandalin ortu. Bangganya juga akan lebih terasa kalau ambi kuliah di musik karena beasiswa.

Nah, terus, kenapa malah banting setirnya ambil psikologi?

Waktu SMA, Aya sempet mempertimbangkan untuk masuk IT--terus ambil jurusan teknologi game, karena dulu Aya memang pernah bikin game-game gitu pas SD-SMP (dan sekarang udah nggak lagi, huhuhu). Tapi karena itu cuma euforia sementara, Aya coba tanya ke ortu lagi.

Nyokap bilang, dia kepengin Aya masuk jurusan kedokteran--yang langsung Aya tolak. Dokter memang cita-cita Aya waktu kecil, tapi sekarang? Udah masuk blacklist. XD

Bokap? Dia menyarankan Aya untuk masuk psikologi. Katanya, sih, cocok. Dan psikologi juga bisa kerja di mana-mana.

Oke lah, daripada kedokteran, psikologi masih lebih diterima. Toh, Aya sendiri sering baca buku-buku soal permainan psikologis, novel berat yang isinya orang-orang manipulatif, dan novel-novel itulah yang selalu Aya babat habis.

Nah, waktu expo di SMA, salah satu universitasnya jelasin kalau ada jurusan music therapy, salah satu cabang S2-nya psikologi. Kata nyokap, music therapist di Indonesia itu masih dikit banget, dan kayaknya Aya cocok untuk menekuni bidang itu.

Jadi, akhirnya, Aya memutuskan untuk masuk psikologi.

Alasannya agak klise, ya? xD sebenernya ada sih, tujuan-tujuan baru yang muncul pas udah masuk psikologi--jadi semacam pendorong gitu.

Aya cuma kepengin berobat jalan. :) ini serius, bukan candaan. Sebenernya dari dulu Aya kepengin banget coba terapi di psikolog, tapi--yah, selain mahal, ortu juga agak-agak paranoid, takutnya anak mereka yang satu ini kenapa, lagi.

Tapi mungkin ini cerita buat lain kali.

.

.

Kalau ada yang masih mau ditanyain, tanya aja. Aya berusaha terbuka di sini, jadi kalian juga terbuka aja. ((:

Xoxo,
Ayame

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Random BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang