Rant doang sih, jangan dibaca

87 3 3
                                    

Saya mulai nulis sejak umur 5.

Nggak, bukan berarti saya mau sok jago. Mungkin karena papa-mama hobi baca, saya juga ketularan. Buku anak-anak udah disiapin sejak masih kecil banget, jadi ya... hiburannya itu (atau kumpulan squishy di deretan rak).


Saya seneng banget nulis,karena selain bisa ngarang sesukanya, saya bisa nambahin gambar-gambar (yang sekarang bikin bingung: kok ada kucing warna hijau?), dan bukunya bakal dijahitin pita sama oma. Sampai sekarang sebagian besar buku-buku "tulisan" saya disimpan sama papa di lemari.

Karena saya anak yang gampang terpengaruh, jadilah cerita-cerita saya berbasis apa yang saya baca atau apa yang saya alami. Waktu itu mama juga pernah bilang kalau sekali waktu saya dimarahi, saya bikin cerita dengan prompt yang sama.

Keinginan saya menerbitkan buku muncul waktu umur 7. Sepupu saya ngasih 2 buku KKPK yang ditulis anak 9 tahun--which makes me jealous. Ya. Iri. "Kenapa dia bisa bikin cerita kayak gini, dan aku nggak?", "Tulisannya aja kayak begini, kok bisa dibukuin sih? (ya, ego saya saat itu tinggi banget. Saya terbiasa mengoreksi dulu sebelum memuji karya orang yang saya anggap rival)" adalah komentar yang muncul di benak saya.

Karena itu, tahun 2006-2010 adalah masa dimana saya paling produktif menulis. File tulisan saya ada puluhan, bahkan ratusan. Sayang, sejauh itu hanya dua cerita yang berhasil dimuat di koran. Bukan dibukukan. Alasannya? Karena saya begitu cepat ngerasa nggak puas. Lewat seminggu saya kelarin tulisan, saya ngerasa karya saya masih perlu diedit. Begitu terus sampai akhirnya saya malas mengolah lagi.

Masa-masa SMP-SMA adalah masa dimana saya paling nggak produktif (menulis). Saya cuma nulis beberapa kali dalam rangka tugas. Sebatas itu. Makanya perkembangan nulis saya agak lambat.

Saya baru semangat nulis waktu akhir-akhir SMA, tepatnya waktu HP saya rusak dan satu-satunya gadget yang bisa saya pakai adalah laptop. Di situ saya ketemu website kepenulisan. Awalnya iseng doang, karena ada event berhadiah (apalagi hadiahnya pulsa //gak). Tapi entah gimana, saya keseret ke wattpad (lupa gara-gara apa--sebelumnya sih emang pernah nulis di sana, tapi saya delete), dan baca-baca cerita di sana. 

Eh, dapetnya kok fanfiction. Kurobas pula. 

Saya tertarik nulis juga gara-gara itu. Terinspirasi dari alice_dreamland sih, tepatnya. Ikutan bikin kumpulan oneshot dengan open request. Nggak kreatif memang. Saya juga lari ke mana-mana untuk minta saran dari para senpai (yang ternyata lebih muda njir). Ujung-ujungnya, saya gabung ke CoM. Entah dapet rezeki macam apa saya bisa masuk ke lautan manusia bejad itu. :( 

Oke, lanjut.

Masuk ke dunia kepenulisan, saya jadi kenal macam-macam orang. Ada yang kelihatannya jago banget di tulisan, tapi aslinya... gila banget. GILA. Literally kelihatan kayak anak alay yang nggak akan ketahuan identitas penulisnya. Ada juga yang memang udah terlihat wibawanya sebagai author

Dan...

Ada yang ternyata kelihatan superior, baik di dunia nulis maupun wattpad.

Umurnya lebih muda dari saya, tapi--perlu saya akui--dia jauh lebih hebat. Kemampuannya, prestasinya, bahkan pergaulannya. Dia adalah sosok yang pernah ingin saya capai waktu saya seusia dia--atau mungkin lebih muda. 

Diam-diam saya stalking  dia. 

Saya tahu segala kemampuan dan prestasinya karena dia sering menulis soal hal itu. Di biodatanya berkali-kali dia menekankan hal itu. Salahkah? Nggak. Saya paham dia ingin menunjukkan kalau dunianya lebih luas dari sekadar kata-kata. Dia nggak ingin dilabeli sebagai 'penulis introvert yang cuma bisa ngomel di ketikan, bukan omongan langsung'. 

Saya tahu kok, karena saya pernah berada di fase yang mirip. 

Waktu SMP, saya sedang seneng-senengnya terjun di dunia musik. Nggak jago sih, tapi seneng aja. Main sesuka hati, nulis lagu setiap kali pengen... dan ego saya saat itu sedang tinggi-tingginya. Bahkan saya bikin fanpage  untuk 'pamer' kemampuan saya, dan pernah sekali dicerca sama orang luar gara-gara sombong. 

Dari situ saya tahu kalau saya nggak akan berkembang kalau memaksa orang menyukai saya. Saya mungkin membuat mereka kagum pada saya, bukan mencintai karya-karya saya. Yang diinginkan dari semua musisi, atau sastrawan, atau artis manapun rata-rata sama: mendekatkan orang-orang dengan karya mereka. Percuma saya membuat figur setinggi langit kalau ujung-ujungnya mereka nggak akan menangkap apa yang ingin saya sampaikan. 

Udah sih, saya cuma mau bilang gitu. Nggak tahu ada maknanya atau nggak, biar. Saya juga nggak ada maksud menyindir siapa-siapa. Saya kagum sama kamu. Beneran. Iri pasti iya, tapi nggak ada maksud menjatuhkan kamu. :)

Xoxo,

Ayame



Random BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang