Partie 6

25 5 2
                                    

Pagi ini Syiela sudah bersiap didepan pintu rumahnya. Berhubung ini hari libur, ia bersedia memenuhi keinginan Ario untuk mengajaknya pergi.

"Mungkin Ario beneran bisa kasi gue solusi. Walau gue nggak yakin. Tapi Ario itu sahabat gue."

Terdengar klakson mobil Ario diluar pagar kediaman Syiela. Kemudian Syiela segera berlari menuju pagar untuk membuka.

"Hay Syel,pagi" ucap Ario setelah mendapati Syiela bediri didepannya.

"Pagi Ri. Kita mau kemana nih? Bingung gue? Lo ngajaknya dadakan sih. Nggak tau mau kemana lagi!"

"Ya elah, gue kan udah bilang sama lo, kalau semua ini gue lakuin demi lo. Menurut gue ini solusi yang terbaik. Lebih bagus lagi kalau elo nerima permintaan maaf Gafin sama Kanya."

"Sorry Ri. Gue nggak bisa kalau itu. Gue emang kangen sama mereka, tapi bukan berarti gue bisa lupain semuanya gitu aja. Nggak semudah itu Rio."

"Emh..ok lah. Nggak apa apa!"

Kemudian Ario membukakan pintu mobil untuk Syiela. Syiela masuk kedalam mobil, dan mereka melaju melintasi jalan yang masih sepi. Jam juga baru menunjukkan pukul 05.30 pagi.

Kemudian Ario berhenti didepan sebuah rumah dikawasan elit. Syiela tau itu rumah Gafin.

"Ri, lo ngapain bawa gue kesini? Ngeselin banget sih. Gue bilangkan gue cuman kangen, bukannya mau ketemu dia."

Ario menghela nafas.
"Syel, obat rindu itu cuman satu, yah ketemu sama orang yang lo rindu lah."

"Ario tapi gue nggak mau. Mendingan gue nahan rindu ini ketimbang gue harus ketemu mereka berdua."

"Astaga Syel tapi lo harus.."

"Udalah Ri. Kalau lo mau ketemu mereka, yah ketemu aja. Tanpa elo pun gue bisa pulang sendiri."

Kemudian Syiela turun dari mobil Ario dan pergi dengan tergesa gesa. Sepertinya wajah itu kelihatan marah. Dia mungkin tidak terima dengan perlakuan Ario.

Tapi tak disangka, tiba tiba ada seseorang yang berdiri didepannya. Laki laki itu, Gafin.

"Syiela, stop. Gue cuman pengen minta maaf!"

Tentunya Syiela terkejut.
" lo lagi, lo lagi. Udah puas lo ngianatin kepercayaan gue. Gue selalu berusaha jadi yang terbaik buat elo. Tapi apa kenyataannya? Lo ngerengut kepercayaan gue, dengan lo macarin gue supaya lo kepilih jadi kapten tim basket. Dan lagi, lo ngambil sahabat gue, Kanya. Gue nggak nyangka lo setega itu fin."

"Syil, itu gunanya gue minta maaf. Karena gue udah sadar kalo apa yang gue lakuin setahun yang lalu itu salah. Lo tau Syil, gue berusaha ngumpulin keberanian setelah Ario buat gue sadar sama apa yang gue lakuin. Dan soal kanya. Dia juga minta maaf udah selingkuh sama gue. Tapi itu pilihan gue Syil. Gue nggak bisa maksa hati gue buat sayang sama lo. Benar kata anak anak disekolahan kalau lo itu cocoknya sama Ario. Dan bukan gue. Gue sayangnya sama kanya, dan bukan elo."

"Apa sih lo fin. Harusnya dari dulu lo jujur sama gue. Emang berat fin kalau gue harus liat orang yang gue cintai jalan sama sahabat gue sendiri. Tapi itu lebih baik dari pada lo manfaatin gue, selingkuh terus ninggalin gue. Itu yang bikin gue susah untuk maafin lo. Dan sialnya gue nggak pernah ngindahin kata kata teman kita soal Ario. Karena dia sahabat yang sesungguhnya buat gue. Dan gue pun yakin fin, kalau Ario nggak ada perasaan sama gue!"

Tiba tiba muncul Kanya yang lebih mengagetkan Syiela.

"Yang salah itu elo Syil, bukan kita. Syiela lo salah nilai Ario selama ini. Ario itu sayang banget sama elo. Dan elo nggak pernah nyadarin itu. Udah lama Ario suka sama lo. Bahkan sebelum lo pacaran sama Gafin. Banyak beban yang ditanggung Ario, Syil. Nggak cuman rasa sakit ngeliat lo sama Gafin, tapi dia juga harus mengalah demi elo. Anggap aja semuanya karma buat elo yang nggak peka peka juga. Karena ada orang yang dekat disamping lo, tapi lo melirik yang ada diseberang."

"Apa sih maksud lo Kanya, gue gak ngerti?"

" Maksud gue adalah lo harusnya berusaha buka hati buat orang lain. Sadar Syil, Gafin bukan milik elo lagi. Gue akuin gue lah sahabat terjahat didunia ini. Tapi beruntungnya gue punya Ario yang bisa nyadarin gue dari ke khilafan gue. Gue khilaf Syil. Sampai rasa itu buat gue harus lebih memilih Gafin ketimbang elo yang udah baik banget sama gue.  Tapi gue justru nggak mau jadi munafik seperti apa yang lo tuduhin ke gue."

Syiela hanya bisa terkekeh mendengar pernyataan Gafin dan Kanya.

"Owh,, jadi menurut elo, gue nuduh lo munafik? Kanya itu bukan tuduhan. Itu fakta. Dan lo harus tau itu. Jadi apa lagi namanya kalau bukan munafik?"

"Entalah menurut elo gue munafik atau nggak. Pada intinya gue cuman pengen elo menyadari yang namanya cinta tulus!"

"Kanya, menurut gue nggak ada cinta yang tulus. Karena bahkan sahabat yang katanya teman sehidup semati aja satu persatu mundur perlahan."

Kanya sekarang diam tergeleng ditempatnya. Mungkin karena tidak mengerti atau tak habis fikir dengan Syiela.

"Syiela nggak ada satu pun dari gue, Gafin bahkan Ario yang mundur perlahan dari lo. Tapi kalaupun lo ngerasa kaya gitu, itu semua terjadi karena kita udah cape Syil. Gue tanya sama elo sekarang, apa lo bisa mencintai orang yang nggak lo sukai dengan tulus? Seperti terpaksa contohnya!"

"Ya jelas nggak bisalah. Cinta itukan nggak perlu dipaksa."

Suara Syiela mulai tersedu.

"Syil, gue yakin sekarang lo ngerti. Seperti jawaban lo tadi, Gafin juga kaya gitu Syil. Dia nggak pengen nyakitin elo dengan bilang kalau dia nggak ada perasaan yang sama kaya elo. Dia pengen pakai cara halus. Tapi apa yang dia lakuin salah. Dan Syiela Gue pengen minta maaf. Gue ini bodoh. Lo sahabat terbaik gue. Tapi gue buat elo kecewa."

Kanya menangis menatap Syiela. Rasa rindu yang dipendam Kanya sama dengan Syiela.

Tak disangka, Syiela memeluk Kanya. Tanda Syiela memaafkan kesalahan Kanya.

"Iya Kanya, gue maafin elo"

Kata kata Syiela barusan, seakan membawa mereka kemasa dimana semua masi baik baik saja. Syiela menangis begitu lepas. Sampai mengucap kata itu pun ia berteriak. Ia ingin melepas semuanya.

"Gue maafin elo kanya, gue maafin. Gue sadar selama ini gue egois. Terlalu memaksakan kehendak. Sampai sampai gue nggak nyangka kalau disekitar gue banyak orang yang tersakiti. Gue minta maaf kanya. lo selalu berusaha buat jadi sahabat gue yang terbaik, yang selalu berusaha mengindahkan semua keinginan gue, sampai sampai lo harus ngorbanin perasaan lo sendiri."

"Nah gitu dong Syil, lo maafin gue juga kan?"
Kali ini giliran Gafin yang meminta maaf.

"Iya fin, gue maafin elo kok. Harusnya lo jujur dari awal dong jadinya kita nggak perlu kaya gini gini segala."

Mereka tersenyum sumringah. Akhirnya setelah sekian lama mereka dapat bersama lagi.

RęłãťíoņTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang