Partie 3 💫

47 5 0
                                    

Jam tangannya menunjukkan pukul 17.15 sore. Syiela pun mulai merasa lebih tenang kala mendengar gurauan Ario tadi. Meskipun nggak lucu sih, tapi Syiela cukup terhibur dan dari pada dia harus berada dikoridor sekolah terus, lebih baik dia pulang.

" Ario, kita pulang aja yuk. Dah sore nih. Pusing disini mulu, banyak kejadian bikin merinding tau nggak ni hari. Si Katro Alkes-lah, ada lagi tuh muncul si Anjy. "

Ajakan pulang itu pun disambut lagi dengan gurauan garing bin jaim ala Ario.

"Kita gitu? Lo aja gih pulang. Gua ma ogah. Pengen ikut dugem bareng si lando. Wkwkwk"

Wajahnya Keliatan lebih cantik dari pada marah. Membuat Ario yang meskipun setiap saat menghabiskan waktunya dengan Syiela bahkan merasa rindu melihat wajah merona itu. Wajah yang sudah lama tak dilihat Ario sejak Si Anjy yang disebut tadi meninggalkan Syiela demi wanita sialan itu.

"Ih Ario ada ada aja lo. Garing tau ngak. Dari tadi demen ngelawak mulu yah! Sekalian aja ikut kompetisi lawak lawakan itu tuh. Siapa tau menang !"

Tawa Syiela terus meledak ledak. Em, makin menampilkan paras cantik yang ia miliki saja. Hingga sekarang, tawa itu mulai mengingatkan Ario akan perasaan yang sudah lama ia buang jauh jauh. Perasaan yang sejak dulu ingin dia utarakan pada Syiela, namun ia takut ungkapannya itu merusak persahabatannya.

" You are so beautifull. "

"Woi, lo ngelantur yah?" Heran. Ia pun memelankan suaranya untuk bertanya.

"Em. Ngak lo kan emang cantik. Pantas aja yah si lando bilang lo pacar gue, secara lo tau lah muka gue ini tampangnya mirip Justin Bieber"

"Idih. Justin bibir kali. Jijik tau ah. Lo kesambet apa barusan? Kok jadi alay gini sih? Ario, lo nggak sakitkan? Atau lo kena anemia yah, sampe ngelantur, kok jadi gini sih sahabat gue"

Ehm, lagi lagi kata itu. 'Sahabat' kata yang selama ini bosan didengar Ario. Ngak pernah ada kesan lebih.

"Gua kesambet Peri barusan"

"Perinya mana? Masa lo bisa liat gue ngak bisa sih. Secara kan mata kita sama sama dua!"

Ario menggeleng.
"Ih polos banget sih."
Sambil mencubit gemas hidung Syiela.

"Gini deh Syel, kalo lo mau liat peri, mending lo pulang karna ini udah hampir gelap."

"Kok malahan gue disuru pulang? Kan kepingin liat juga perinya."

"Maksudnya, lo pulang terus jangan langsung tidur. Mandi dulu. Terus ngaca deh. Kaca dirumah lo kan gede tuh, pasti perinya juga keliatan gede."

"Iihh, Gombal. Ya udah, kita pulang deh. Maksud gue pulang kerumah masing masing."

"Iya, iya cantik !"

Mereka pun jalan melintasi koridor sekolah yang sudah sepi. Hanyalah tinggal Pak Supriadi satpam jaga malam sekolah menanti Mobil Ario melintasi gerbang yang kini sudah tertutup rapat. Berhubung waktu sudah malam, orang tua Syiela yang berada diluar kota dan bahaya saat menaiki angkutan umum se- sore ini, Syiela pun memutuskan untuk menumpang di mobil Ario.

👣👣👣👣👣👣👣👣👣👣👣

📢📢Trettt...tettt.
Kanya dan Gafin sampai dirumah. Mereka disambut hangat oleh kedua orang tua Gafin Pak Sutomo dan Ibu Liliana. Dan lagi, yang berdiri di pojok rumah. Sahabat baik Gafin dan Kanya.
Ya,
Dia Ario.

Tak dapat dipungkiri. Dulu mereka empat orang yang bersahabat. Namun insiden itu, membuat persahabatan ke- empatnya retak. Sempat marah, Ario kemudian memaafkan kedua sahabatnya. Gafin dan Kanya. Tapi, tidak dengan Syiela.

"Hay Sob! Welcome to Indonesia"
Kata Ario.

"Iya,iya. Thanks udah datang. Walau gue selalu ngecewain lo, Elo selalu bersedia buat maafin gue apapun keadaannya." 
Gafin membalas sambutan itu.

"Hay Ri. Lama ngak ketemu. Gua rindu banget sama kita yang dulu. Yang selalu senang bareng, bahagia bareng, becanda bareng. Tapi nggak buat sekarang ini. Padahal, gue udah minta maaf sama Syiela. Udah gue WA, DM, PC, bahkan nelfon, tetap nggak dibales, nggak diangkat. Sampai bingung !"
Kata Kanya yang menyambut kedatangan Ario.

"Iya, gue juga kepengennya kita kaya dulu lagi. Tapi... waktu dan keadaan ngak berpihak pada persahabatan kita"

RęłãťíoņTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang