Daun pohon pinus berjatuhan di halaman SMA Yongi, salah satu sekolah terbaik di Busan. Banyak siswa berseragam yang nampak berlarian diantara dedaunan yang berjatuhan itu, membuat beberapa helai daun mulai beterbangan asal memenuhi jalan. Mereka tertawa bahagia; mengenang kembali semua memori indah yang telah tercetak di sekolah itu selama tiga tahun terakhir ini.
Upacara kelulusan dilaksanakan dengan hikmat. Salah seorang lelaki yang merupakan pemilik nilai kelulusan tertinggi saat itu memberikan pidato singkat mewakili angkatannya yang akan segera lulus. Semua bertepuk tangan tatkala si lelaki berkacamata mengakhiri pidato kelulusannya. Dengan hati-hati ia pun menuruni podium dan kembali ke tempat duduknya yang berada di deretan terdepan.
Kepala sekolah SMA Yongi pun tak mau ketinggalan memberikan sepatah dua patah kata kepada murid-muridnya yang seratus persen lulus dengan nilai yang memuaskan, yang tentunya semakin membuat harum nama sekolah yang dipimpinnya itu. Setelah pidato kepala sekolah yang menggebu-gebu itu selesai, acara yang dinanti-nantikan pun dimulai pula. Satu persatu siswa yang lulus pun maju ke podium untuk menerima surat kelulusannya.
Giliran gadis cantik itu pun tiba. Dengan percaya diri dia melangkah pasti ke atas podium. Gadis itu menerima surat kelulusannya dengan senyum tersungging lebar. Dia sedikit membungkuk memberi hormat kepada kepala sekolah untuk sekedar mengucapkan terima kasih. Helai surai lurus gadis itu pun sedikit turun menutupi wajahnya, namun dengan cepat gadis itu memasukkan helaian rambut hitamnya ke belakang telinga kanannya yang mungil dengan sebuah gerakan anggun.
Gadis itu pun berbalik dan menghadap ke arah kumpulan manusia yang juga menyaksikan acara kelulusan itu. Dia tersenyum manis sambil mengangkat surat kelulusannya tinggi-tinggi, menandakan dia bangga telah lulus dari salah satu sekolah menengah atas terbaik di Busan dengan nilai yang memuaskan. Kedua orang tua gadis itu nampak berdiri di tempat duduknya sambil bertepuk tangan bangga kepada gadis itu.
"Saranghae Sunbae..." teriakan para hoobae-nya dengan semangat. Mereka tidak mau ketinggalan memeriahkan upacara kelulusan para sunbae yang sebentar lagi tidak akan nampak berkeliaran di sekolah seperti biasa. Gadis itu tersenyum hangat membalas ucapan cinta para hoobae-nya. Lelaki itu pun tak mau ketinggalan. Dia membentuk tanda love dengan kedua tangannya di atas kepala, khusus untuk gadis di podium itu.
🍃
"Congratulations noona," kata namja itu sambil menyodorkan sebuket bunga mawar sebagai tanda kelulusan sunbae yang merupakan kekasihnya itu.
"Terima kasih...," balas si gadis singkat sambil menerima buket bunga yang disodorkan lelaki itu. Daun pinus kembali berjatuhan, bahkan beberapa mulai nakal dan hinggap di atas tempurung kepala dua manusia itu.
"Aishh, daun-daun kecil ini merusak rambut indahmu noona," lanjut lelaki itu sambil mengambil beberapa daun yang ada di rambut gadisnya.
"Tak apa, aku menyukai daun-daun ini," balas gadis itu kemudian.
"Ah, benar juga. Noona kan memang sangat menyukai musim gugur." jawab lelaki itu sambil mengacak-acak rambut gadisnya dengan gemas. Gadis itu hanya tersenyum kecut.
"Kenapa noona? Kenapa kau cemberut? Kau tidak suka aku mengacak-acak rambut indahmu? Aku minta maaf...," kata lelaki itu sambil menghentikan tangannya yang mengacak-acak rambut gadis itu saat sadar kekasihnya malah tersenyum kecut.
"Bukan itu, hanya saja aku ingin mengatakan sesuatu yang penting kepadamu," jawab gadis itu berterus terang. Lelaki di depannya tersenyum, artinya gadis itu boleh mengatakan 'hal penting itu' kepadanya.
"Aku ingin kita putus," lanjut gadis itu mantap, membuat lelaki di depannya terdiam dengan mata membulat sempurna—setengah percaya dengan pendengarannya sendiri. Putus?
Lelaki itu hanya diam mematung tanpa menjawab pernyataan sunbae itu. Dia berusaha mencari tanda-tanda kebohongan dari gadisnya. Mungkin saja gadis cantik itu hanya bercanda, kan? Namun nihil, lelaki itu tak menemukan tanda kebohongan sedikitpun dari mata gadis yang dua tahun enam bulan lebih tua darinya itu. Yang nampak hanya mata coklat yang menatap lelaki itu mantap akan kata-kata yang baru saja keluar dari bibir tipisnya. Suasana seketika membisu. Yang terdengar hanya suara semilir angin yang membawa daun-daun pinus yang berjatuhan diantara kedua insan yang asyik saling menatap dengan pandangan berbeda itu.
"Ayo kita akhiri semuanya, Chanyeol." lanjut gadis itu lagi yang membuat dada si lelaki mendadak terasa semakin sesak.
.
.
.
.
.
.
"But I still love you, noona."
.
.
🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
The Falling Leaves「 wenyeol 」
Fanfic「 PRIVATE 」 ❝ Seperti daun yang jatuh berguguran memenuhi tanah, seperti itu pula aku jatuh untukmu. Ya, aku jatuh dalam pesonamu. ❞ Chanyeol tidak pernah membuka hati meski Seungwan terus saja mengetuk. Sayangnya ketika Chanyeol tersadar dengan is...